Tamu tak diundang

277 28 2
                                    


Udah ketebak siapa pelakunya?

***

"El bangun, Oma dateng," ujar Rita menepuk pipi Elvano pelan. Lelaki itu malah menarik selimutnya enggan bangun.

"Elvano, bangun. Yaampun ini anak." Rita berusaha menarik selimut yang membalut tubuh anaknya.

"Mah ngantuk."

"Ini udah sore Elvano, gak baik tidur lama-lama."

"5 menit lagi Mah," balas Elvano.

"5 menit, tapi nanti bangun maghrib! Cepet bangun!! Udah itu mandi, bau asem." Elvano membuka kedua matanya malas. Terpaksa ia terbangun dari tidur siangnya daripada harus mendemgarkan ceramah dadakan dari sang mamah.

"Iya El bangun nih."

"Cepet ya, ada Oma soalnya. Dari tadi nanyain kamu."

"Ngapain Oma kesini? Mau nyari keributan lagi?"

"Hushh ngomongnya, mandi cepet. Bukannya ngomong terus!" Rita mendorong tubuh Elvano memasuki kamar mandi, kemudian ia keluar dari kamar menemui ibu mertua.

"Elvano baru bangun Mah, emang susah banget kalau di bangunin," ucap Rita.

"Hm," balas Nita cuek.

"Dia siapa Mah?" tanya Rita menyadari sosok perempuan di samping ibu mertuanya.

"Luna, calon pendamping hidup Elvano," Rita dibuat terkejut akan jawaban yang diberikan Nita.

"Halo tante, saya Luna. Kebetulan saya teman sekelas Elvano," ujar Luna menyalami tangan Rita.

"Maksud Mamah apa ya? Calon El?"

"Saya akan menjodohkan Elvano dengan Luna, dia perempuan baik-baik."

"Mah, Elvano punya pilihannya sendiri."

"Halah paling perempuan gak bener." Rita berusaha menahan emosinya, padahal Naya perempuan yang sangat baik dan ia menyukainya.

"Mah tolong jangan paksakan Elvano lagi, aku sama Riyan sudah sepakat tidak mengekang Elvano."

"Ini keputusan saya," ucap Nita tegas.

"Oma." Elvano datang menyalami tangan Nita, pandangannya teralihkan pada seorang perempuan yang sedang melempar senyuman lebar padanya.

"Lo ngapain disini?" tanya Elvano bernada tak suka.

"Oma yang ajak."

"Ngapain sih Oma ngajak orang lain?" Raut wajah Luna menjadi masam ketika mendengar itu.

"Dia akan jadi calon istri kamu nanti. Dia perempuan baik-baik, Oma tau itu. Makanya Oma milih dia, dengan orang tuanya saja Oma dekat." Elvano menatap Nita tidak percaya.

"Calon istri? Lelucon macam apa ini."

"Elvano! Pokoknya Oma hanya akan setuju dengan Luna."

"El punya pilihan sendiri Oma. Bisa gak sih Oma menghargai pilihan El? Oma selalu memaksakan apa yang El gak suka."

"Pilihan kamu itu pasti bukan perempuan baik-baik," cibir Nita.

"Oma tau dari mana bisa bilang kayak gitu? Perempuan pilihan Elvano itu baik luar dalam, bukan hanya baik diluar tapi busuk di dalam kayak perempuan di samping Oma," sindir Elvano.

"Elvano aku gak kayak gitu," sahut Luna.

"Cari muka!"

"Elvano jaga bicara kamu! Kenapa kamu semakin kurang ajar?"

"El gini gara-gara siapa? El benci kalau udah dipaksa. Jelas-jelas El gak suka. Tolong Oma, berhenti. Kalau seperti ini terus El gak akan nganggep Oma lagi."

"Apa yang sudah kamu katakan pada cucu saya Rita?" ucap Nita. Elvano segera merangkul bahu Rita erat.

"Mamah gak salah disini Oma. Elvano bener-bener muak sama sifat Oma yang kayak gini terus. Jangan kira papah lagi gak ada, Oma bisa nyalahin Mamah. Elvano yang akan ngelindungin Mamah."

"Dan lo, pergi dari sini. Harga diri lo kemana? Sampe ngelakuin hal menjijikan kayak gini supaya bisa dapetin gue. Lo itu cuman dibutain sama obsesi," lanjut Elvano menatap Luna tajam.

"Oma Luna pergi aja," ujar Luna tapi tangannya segera ditahan oleh Nita.

"Kalau kamu ngusir Luna, sama aja kamu ngusir Oma."

"Kalau Oma mau pergi, Elvano bakal seneng banget," sahut Elvano dengan senyuman lebar.

"Benar-benar keluarga yang kacau!" Nita menarik tangan Luna keluar dari rumah. Sedangkan Elvano, lelaki itu sudah dihadiahi pukulan dari Rita.

"Kenapa kamu gak sopan gitu sama Oma hah? Siapa yang ngajarin!"

"Mah sakit Mah."

"Bakal kayak gitu lagi gak?"

"Nggak Mah ampun, perih punggung Elvano." Rita menghentikan aksinya.

"Habisnya El gak suka, jelas-jelas El punya Naya. Luna juga gak sebaik yang Oma kira, dia itu licik Mah. Suka aneh El tuh kenapa Oma suka banget maksa. Kesel kan."

"Hal ini jangan dibilangin ke papah, namti dia ngamuk lagi. Hubungan papah sama Oma nanti malah makin renggang."

"Siap Mah, tapi uang jajan ditambah ya Mah?"

"Boleh," balas Rita membuat Elvano senang bukan main.

"Beneran Mah? Asik! Mamah baik banget deh."

"Tapi PS kamu Mamah jual, gimana?" Senyuman Elvano luntur seketika.

"Dahlah Elvano tarik lagi omongan yang nyebut Mamah baik."

NayaVa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang