Di pagi hari, Aldo membuka matanya yang berat. Secercah cahaya memasuki indera penglihatannya. Ia mengerutkan dahi ketika menyadari ini bukan kamarnya, melainkan tempat asing.
Aldo berusaha bangkit dan keluar dari kamar itu. Walaupun dengan ringisan kecil saat menggerakkan tubuhnya yang terasa sakit
"Eh udah bangun, ayo sini makan dulu Aldo," ucap seorang wanita paruh baya nampak menyimpan piring di meja makan. Sedangkan Aldo hanya tersenyum canggung.
"Gimana? Masih sakit? Luka kamu belum kering loh."
"Udah gak terlalu Tante," balas Aldo canggung.
"Yaudah makan dulu." Rita menarik tubuh Aldo ke kursi dan mengkode agar duduk disana.
"Makan yang banyak ya."
"Udah makan, kamu istirahat lagi. Nanti kalau Elvano pulang, Tante suruh dia anterin kamu ya. Kalau mau nginep juga gak papa ko."
"Tante maaf ngerepotin, saya mau langsung pulang aja Tan."
"Turutin kata Tante, Aldo. Luka kamu belum kering. Pokoknya kamu gak boleh pulang dulu." Rita mengelus rambut Aldo kemudian berlalu pergi melanjutkan kegiatannya yang tertunda yaitu membereskan rumah.
Aldo mulai menyuapkan sendok ke dalam mulutnya, sudah sangat lama ia tidak merasakan masakan rumah. Lelaki itu nampak sangat lahap memakan masakan Rita.
Setelah makan, Aldo menghampiri Rita yang berada di halaman rumah sedang menyapu halaman. "Tante maaf udah ngerepotin banget, sampe saya dikasih makanan yang enak."
"Nggak papa ko, kamu kan temannya Elvano." Aldo terdiam tidak menanggapi ucapan itu.
"Kamu istirahat lagi aja di kamar Elvano."
"Saya mau pulang Tante, saya jadi gak enak soalnya."
"Gak, gak boleh pokoknya." Rita menyimpan sapu, kemudian menarik tangan Aldo kembali memasuki rumah.
Rita membawanya ke kamar Elvano dan menyuruh Aldo berbaring. "Liat luka di muka kamu banyak gitu, tunggu sampe kering baru pulang."
"Tapi Tan---"
"Udah istirahat aja."
"Makasih Tante."
"Iya Aldo."
"Tante mirip banget sama Mamah saya yang sudah meninggal," ujar Aldo tiba-tiba. Rita menduduki pinggiran kasur.
"Mamah kamu orangnya kayak gimana?"
"Baik, hangat, dan cantik."
"Maaf, boleh Tante nanya?"
"Boleh ko Tan."
"Mamah kamu meninggal kenapa?"
"Mamah sakit, disitu saya masih kecil." Rita mengelus rambut Aldo penuh kasih sayang.
"Yaampun, berarti kamu tinggal sama papah kamu?" Aldo menggelengkan kepala pelan.
"Kamu tinggal sendiri?" tanya Rita tidak percaya.
"Iya Tante. Papah nikah lagi, dia lebih milih keluarga barunya. Saya disuruh tinggal sendiri, tugasnya? Cuman ngirimin saya uang aja buat ngelanjutin hidup."
"Kalau gitu, kamu bisa panggil Tante dengan sebutan Mamah. Anggep aja mamah kamu sendiri. Naya sama Fiza juga manggil mamah ko." Kedua sudut bibir Aldo tertarik.
"Makasih, Mamah." Rita mendekap tubuh Aldo menyalurkan kasih sayang yang sudah tidak didapatkan lagi oleh Aldo.
"Anak Mamah jadi 4 sekarang." Keduanya melepaskan dekapannya.
"Elvano, Naya, Fiza, dan Aldo."
***
Elvano tidak bisa menutupi keterlejutannya ketika melihat Aldo dan mamahnya terlihat sangat akrab di sofa. Keduanya saling berbincang dan tertawa bersama.
"Mamah," panggil Elvano menghampiri Rita.
"El, sini mamah mau ngasih tau sesuatu." Elvano duduk di samping Rita dengan melemparkan tatapan tajam kepada Aldo.
"Aldo jadi anak Mamah juga."
"Gak, anak Mamah cuman 3. Gak ada nambah-nambah lagi," ucap Elvano tak setuju.
"Gak papa dong, kan jadi seru El."
"Mamah gak tau kelakuan dia kayak gimana! Nyebelin banget Mah, sumpah. Gak Elvano gak setuju pokoknya. Lo, cepet pulang!" ujar Elvano menarik tangan Aldo agar keluar dari rumahnya.
"Elvano jangan kasar! Luka dia belum sembuh total," sahut Rita.
"Nyesel gue nyelametin lo!" Bukannya pergi Aldo malah balik menjepit kepala Elvano pada ketiaknya.
"Woi kampret!!"
"Gue juga bisa pergi sendiri tanpa lo gusur," ucap Aldo.
"Lepasin anjir ketek lo bau!"
"Ogah."
"Lepas! Kita itu musuh asal lo tau."
"Bodo." Aldo melepaskan jepitannya dna menatap Elvano meremehkan.
"Mah, Aldo pulang dulu," pamit Aldo menyalami tangan Rita. Sedangkan Elvano? Benar-benar tidak percaya akan pendengarannya.
"Itu Mamah gue!!"
"El cepet anterin dia ya, kasian," ujar Rita.
"Nggak mau Mah, suruh dia pulang aja sendiri."
"Aldo pulang sendiri aja Mah." Aldo berlalu pergi keluar rumah. Elvano segera mengejar lelaki itu.
"Do, gue perlu ngomong sama lo," nada Elvano berubah datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
NayaVa (END)
Teen FictionIni tentang sebuah kisah dimana semua orang berjalan melewati jalan berduri untuk sampai keujung jalan yang penuh kejutan. Semuanya pasti terluka, secara fisik maupun batin. Tapi kelak akan tersenyum ketika sampai pada tujuan. Sudah siap berkelana d...