Cerita ini kurang seru kah? Sepi bangetㅠㅠ
Thanks yang udah luangin waktu buat baca.
Hppy reading❤
"Andin." Rere menghampiri Andin yang sedang mengelap wajah Naya dengan handuk basah.
"Eh Rere."
"Kita udah lama gak ketemu loh, sekalinya ketemu malah disini," ucap Rere pelan menatap Naya sendu.
"Maaf banget sebelumnya Re, anak aku suka ngerepotin kamu. Naya suka nginep di rumah kamu kan?"
"Nggak papa Andin, aku yang minta Naya nginep. Kasian juga Fiza sendirian di rumah."
"Pasti kamu tau masalah di rumah aku ya?" Rere mengangguk pelan. Sedangkan Andin meringis kecil.
"Yaampun jadi malu, masalah rumah jadi keumbar. Kenapa coba Naya harus bilang-bilang," ucap Andin.
"Naya gak bilang apa-apa sama aku, Andin. Anak itu terlalu tertutup. Bahkan sama Fiza dan Elvano dia gak terlalu terbuka. Aku tau, karena dia suka murung atau ngelamun gitu. Fiza juga cerita secara garis besarnya aja, anak itu tidak tahu apa-apa lagi."
"Andin, Naya anak yang sangat baik. Bukannya aku ikut campur atau apa, mental anak sangat rentan. Selama ini Naya tertekan, dan tadi saja kamu menuduhnya mengumbar permasalahan rumah," lanjut Rere. Andin terdiam, merasa apa yang diucapkan oleh Rere itu benar.
"Sebaiknya kamu menjadikan ini sebagai pelajaran."
"Aku memang menyesal, Rere." Air mata Andin luruh. "Aku ingin dia bangun, dan aku bisa menebus kesalahanku sebagai seorang ibu yang tidak berguna."
"Semoga saja kamu tepati ucapan kamu ini. Aku gak mau Naya terluka lagi. Dia udah aku anggap anak aku sendiri."
Rere mendekat, mengelus rambut Naya penuh kasih sayang. "Naya, maaf Tante jarang kesini. Kamu bangun ya nak, nanti Tante masakin kamu makanan yang enak. Fiza jadi murung gara-gara gak ada kamu."
Anak yang malang...
***
"Elvano, tau gak putri apa yang gue suka?" Naya menyenderkan kepalanya di bahu Elvano. Keduanya sedang menatapi langit yang ditemani oleh indahnya bintang.
"Cinderella?"
"Bukan."
"Lah biasanya cewek-cewek suka Cinderella. Sepatunya yang ketinggalan tengah malem itu."
"Ko lo tau El?" heran Naya menahan tawanya.
"Iyalah gue tau, dulu gue suka dipaksa lo sama Fiza buat nonton film princess."
"Oh iya hehe."
"Terus lo suka putri apa sebenernya?"
"Coba tebak."
"Putri yang di beauty in the beast? Lupa gue namanya." Naya terkekeh kecil. "Bukan."
"Terus?"
"Putri Aurora, putri tidur." Kedua alis Elvano saling bertaut kebingungan.
"Kenapa suka putri tidur?"
"Karena putri itu tidak akan terbangun, sebelum seorang pangeran datang dengan membawa kuda putihnya."
"Hanya seseorang yang benar-benar tepat, dan memiliki perasaan tulus yang bisa membangunkan putri itu," lanjutnya.
"Ah..., rasanya pengen jadi putri tidur. Gue bakal terus tidur sampai orang yang tepat datang."
"Nggak, lo nggak boleh tidur selama itu. Nanti gue kangen senyuman lo," ucap Elvano.
"Gimana kalau orang yang tepat itu lo?" tanya Naya menggoda.
"Oke nanti gue dateng bawa kuda putih dan bakal cium lo."
"Najis!!"
"Ko najis? Kan dicerita kalau dicium bakal bangun."
"Gue gak mau gitu."
"Terus maunya?"
"Gue bakal bangun kalau...," Naya menggantung ucapannya membuat Elvano penasaran.
"Rahasia!!!" Kesal, Elvano mencubit kedua pipi Naya sehingga perempuan itu meringis kesakitan.
"Nanti pipi gue makin melar!!"
"Gak papa gue suka."
"Jelek dong gue."
"Siapa yang bilang jelek hm? Cantik gini masa disebut jelek." Naya memutar bola matanya malas.
"Hilih bacot!"
"Nay tanggung jawab!" seru Elvano menatap perempuan itu serius.
"Tanggung jawab apaan? Gue gak hamilin lo."
"Mana bisa cowok hamil maemunah!" Elvano menjentikkan jarinya pada dahi Naya pelan. Tapi Naya melebih-lebihkannya.
"Sakit huahh otak gue gak ada!" ujar Naya mendramatisir.
"Otak lo kan digadein Nay."
"Sialan!" Tawa keduanya membuncah menyadari obrolan konyol mereka.
"Gue penasaran maksud lo tadi, apa yang bisa bikin lo bangun?"
"Jika dia orang yang tepat, pasti tau jawabannya."
"Ngapain juga gue nanya gitu, lo gak akan tidur lama ini. Bodohnya gue."
"Iya lo emang bodoh." Setelah mengucapkan itu, Naya berlari menghindar dari kejaran Elvano.
Siapa sangka jika obrolan konyol mereka benar terjadi?
Elvano, berada di tempat mereka saat itu. Ia baru teringat kembali percakapan konyolnya dengan Naya. Ternyata keinginan Naya terjadi.
Mengapa perempuan itu harus mempunyai keinginan seperti itu? Dasar bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
NayaVa (END)
Ficção AdolescenteIni tentang sebuah kisah dimana semua orang berjalan melewati jalan berduri untuk sampai keujung jalan yang penuh kejutan. Semuanya pasti terluka, secara fisik maupun batin. Tapi kelak akan tersenyum ketika sampai pada tujuan. Sudah siap berkelana d...