Pintu ruangan terbuka, menampilkan Elvano memasuki ruangan. "Tante," sapa Elvano menyalami tangan Andin.
"Maaf ya merepotkan kamu, soalnya papah Naya lagi ngurus kerjaan."
"Gak pala ko Tan, besok hari libur juga. Jadi saya bisa menginap disini."
"Syukurlah, kalau gitu Tante pulang dulu ya. Kasian Dava pasti sekarang lagi sendiri di rumah," pamit Andin pergi dengan tergesa-gesa.
Elvano menduduki kursi di samping kasur Naya, ia menatapi wajah Naya lekat. Dikeluarkannya ponsel lalu memotret wajah Naya yang sedang tidur panjang.
"Liat Nay, lo lagi tidur aja cantik."
"Harus berapa lama lagi gue nunggu lo bangun?" Elvano kembali menatap Naya.
"Lo gak bunuh diri kan? Gue tau lo gak akan sebodoh itu."
"Bangun Nay, gue mau denger semua kebenarannya dari lo langsung." Digenggamnya tangan Naya erat.
"Tangan lo jadi kurus, gue gak suka."
"Pipi chubby lo juga jadi ilang." Elvano mengelus setiap jari Naya.
"Suatu saat, jari lo ini bakal ada cincin dari gue."
"Di masa depan tangan lo ini bakal genggam anak kita nanti."
"Dan di masa sekarang dan juga depan, tangan lo ini akan selalu jadi favorit gue." Genggaman semakin erat. Kedua sudut bibir Elvano tertarik membayangkan masa depan yang ia harapkan bersama Naya.
***
Sepulang dari rumah sakit, Elvano memasuki rumahnya. Rita mendekati Elvano dengan senyuman lebar di wajah.
"Mamah mau nyuruh Elvano apa? Langsung aja gak usah senyum kayak gitu Mah, Elvano tau banget Mamah kalau senyum gitu pasti ada maunya," tebak Elvano.
"Anak Mamah atau aja, beliin bahan-bahan di supermarket ya. Mamah mau bikin kue."
"Mah Elvano baru aja pulang loh."
"Kamu tega ke Mamah Elvano?" ucap Rita dengan nada memelas. Mamahnya itu benar-benar bisa membuat orang menolak keinginannya.
"Iya Mah iya, mana uangnya?" Rita memberikan beberapa lembar uang beserta kertas berisi bahan-bahan yang harus dibeli oleh Elvano. Setelah itu, Elvano berlalu pergi ke supermarket berjalan kaki.
Sesampainya di supermarket, lelaki itu segera mengambil bahan-bahan yang dibutuhkan kemudian membayarnya. Untuk kali ini, ia memilih melewati gang-gang sempit untuk memotong jalan.
Namun ia dikejutkan oleh gerombolan yang terlihat sedang memukuli seseorang. Karena sedang malas berkelahi, Elvano memilih bersembunyi dan memutar suara sirine polisi, dan benar saja gerombolan itu berlari ketakutan.
"Dasar bodoh, mana mungkin mobil polisi ke gang kecil gini?" gumam Elvano terkekeh kecil. Ia menghampiri seseorang yang sedang terbujur di tanah, diiringi ringisan kesakitan.
"Woy lo gak papa?" tanya Elvano memastikan keadaan.
"Aldo?" Mendengar itu, Aldo membuka matanya. Ia berusaha bangkit walaupun seluruh tubuhnya sangat sakit.
"Lo ngapain disini?" tanya Elvano lagi.
"Bukan urusan lo!" balas Aldo. Elvano berdecih.
"Sama-sama." Elvano hendak berlalu pergi tapi tertahan oleh erangan kesakitan Aldo.
"Lo kalau butuh bantuan, bilang aja bodoh. So-soan kuat!" sahut Elvano mengalungkan sebelah tangan Aldo pada bahunya.
"Gue bisa sendiri!" ucap Aldo keras kepala.
"Bacot!" jawab Elvano kesal. Ia memapah tubuh Aldo menuju rumahnya.
Di rumah, Rita dibuat terkejut karena Elvano datang ke rumah membawa seorang lelaki dengan keadaan babak belur.
"Elvano kamu apain anak orang?!" kaget Rita membantu Aldo memasuki kamar Elvano.
"Kenapa jadi ke El Mah?"
"Kamu kan yang buat dia babak belur?" tuduh Rita.
"Mamah gak percaya sama anak sendiri? Elvano malah ngebantuin dia." kesal Elvano.
"Kamu gak bohong kan?" Rita menatap Elvano menyelidik.
"Bener Mamah Rita."
"Ada apa ribut-ribut?" tanya Riyan, papah Elvano. Pandangannya teralihkan pada kasur Elvano.
Sebuah pukulan mendarat dengan mulus di kepala Elvano. "Kamu ini bandel banget."
"Pah bukan Elvano!"
"Terus siapa kalau bukan? Hantu?" ucap Riyan.
"El ngebantuin dia! Malah El yang kena semprot!" gerutu Elvano kesal.
"Awas aja kalau kamu bohong, cepet urusin dia kasian mukanya banyak luka gitu," ujar Rita menarik tangan Riyan keluar dari kamar.
"Aldo kampret! Nyusahin aja bisanya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
NayaVa (END)
Novela JuvenilIni tentang sebuah kisah dimana semua orang berjalan melewati jalan berduri untuk sampai keujung jalan yang penuh kejutan. Semuanya pasti terluka, secara fisik maupun batin. Tapi kelak akan tersenyum ketika sampai pada tujuan. Sudah siap berkelana d...