Prolog

10.7K 576 46
                                    

Sepertinya dingin angin malam tidak membuat emosi Jimin yang sudah mencapai ubun-ubun mereda. Tangannya terkepal kuat dan beberapa kali kedua belah bibirnya mengeluarkan umpatan kasar untuk melampiaskan amarahnya walau tidak berhasil.

Tak jauh dari lokasi mobilnya terparkir, Aeyeon sedang duduk bersebelahan dengan seorang lelaki di sebuah halte bus. Mereka sedang berbincang dan yah, terlihat akrab.

Niat Jimin kemari untuk menjemput Aeyeon setelah jam kuliah gadis itu berakhir. Tapi yang ia dapati hanyalah sebuah kenyataan pahit, melihat Aeyeon bersama pria lain adalah hal yang paling ia benci.

"Cih," Jimin mendecih kasar dan memilih untuk putar arah kemudian menginjak pedal gas, mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh.

Lihat saja Yeon, aku pasti akan menghukummu, sayang. Batinnya sambil bersmrik. Jimin sudah tidak sabar untuk memberi hukuman pada adiknya. Siapa suruh membuatnya marah begini? Jadi, terimalah konsekuensinya.

~♡︎~

Aeyeon Pov

"Hmphh ..."

Park Jimin--Kakakku, terus mencium bibirku dengan brutal. Bahkan tak sekalipun memberikanku kesempatan untuk memberontak lantaran dia menahan kedua tanganku diatas kepala, sedangkan aku terkurung dibawahnya.

Sebenarnya ini sudah biasa terjadi padaku. Kakakku yang gila ini melakukan incest pada adiknya sendiri, yang tak lain adalah diriku sendiri. Tapi ini bukan seperti biasa, jika biasanya dia akan bermain lembut tapi sekarang tidak. Bermain dengan kasar dan menuntut. Aku sampai heran sendiri ada apa dengannya.

Jika kalian berpikir aku menikmati semua ini, kalian salah besar. Aku sudah benar-benar lelah menjalani hidup yang penuh dengan ketidak benaran seperti ini. Bukan seperti Kakak-Adik pada umumnya.

Aku baru bisa bernapas saat dia melepaskan tautan bibirnya dari bibirku, tapi sekali lagi aku harus menerima kenyataan kalau sekarang bibir sialan itu sudah menjamah leherku tanpa ampun. Ayolah, bahkan itu terasa lebih geli dan sakit dari biasanya.

Ini bermula saat tadi baru saja aku pulang setelah jam kuliah berakhir, Kakak sudah duduk manis diatas sofa dengan kaki yang disilangkan. Dan tanpa mengatakan apapun dia berdiri kemudian langsung menarikku kedalam kamar.

Setelah menghempaskan tubuhku keatas ranjang dengan cukup kasar, tanpa aba-aba dia langsung menyambar bibirku dan melumatnya dengan tak kalah kasar. Membuat pekikan tertahan tak terelakan lagi keluar dari mulutku.

"Akh!"

Bibirku kugigit kuat-kuat berusaha tidak mengeluarkan erangan laknat itu, jika aku mengeluarkannya pasti Kakak akan semakin menjadi.

"Kau harus menerima hukumanmu, Aeyeon-ssi." bisiknya dengan suara rendah disela menyesap serta menggigit kecil leherku. Hukuman? Hukuman apa yang dia maksud?

"K-kak, hentikan ..."

Tidak! ini sudah kelewatan, tangan besarnya sekarang tengah menjamah dadaku dan memainkannya disana. Kalian harus tahu, itu terasa sakit. Belum lagi satu tangannya lagi meremas pinggangku. Siapapun, tolong aku!

Air mataku mengalir begitu deras sedari tadi, ini pemerkosaan namanya. Aku benar-benar lelah, sungguh.

"Berhenti menangis!" ucapnya penuh penekanan dan semakin mengigit leherku. Sudah ketebak bahwa sekarang terpampang apik memar kemerahan disana. Setelah beberapa menit berlalu, mungkin dia sudah puas menjamah leherku, sebab ranumnya kembali berpindah pada bibirku.

Sincerity [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang