Chapter 9

2.9K 49 0
                                    

Nita seperti sudah menemukan pria yang sudah benar benar membuat hati nya bergetar.

" Seperti aku sudah menemukan nya " Celetuk Nita, membuat kedua sahabat nya, melirik nya yang sedang mengunyah makanan.

" Siapa Nit? " Tanya Sarah.

" Pria tadi " Jawab Nita dengan senyuman nya.

" NO " Seketika Nacita melarang nya jika pria yang di maksud Nita adalah keponakan nya.

"  Why ? " Nita mengerut kan dahi nya, dan menghentikan senyuman nya.

" Pria tadi adalah keponakan ku, aku ngga rela kamu jadikan dia sebagai pelampias kamu Nita. Lebih baik cari yang lain " Nacita dengan tegas nya, melarang Nita untuk menjadikan keponakan nya sebagai pelampiasan nya, dengan jari telunjuk digoyang kan ke kiri dan kanan.

Nita, menggapai tangan Nacita. " Aku mohon, bantu aku. Hanya pria tadi yang membuat aku terkesima Naci " Ucap Nita, dengan memelas.

" Ngga " Kata Nacita singkat.

" Bantu la sahabat mu " Sarah ikut ikutan membujuk Nacita.

" Tadi dia keponakan ku, Sarah " Nacita mempertegas bahwa ia tak rela jika keponakan nya di jadikan hanya pelampiasan sahabat nya, untuk memberikan nya keturunan.

" Aku akan berbuat apa? Kamu mau aku terus di tuduh sebagai wanita mandul. Kamu tidak prihatin melihat sahabat mu ini " Bujuk Rayu Nita, menggugah belas kasih Nacita.

" Ia kan masih ada yang lain, masa sama brondong " Cetus Nacita, bete.

Nita, berdiri ingin meninggalkan meja cafe.

" Kamu marah dengan ku Nit? " Tanya Nacita, kepada Nita yang berdiri dengan wajah emosi nya.

" Pikir aja sama kamu, masa kamu ngga mau,- "

" Ya ya aku mau, aku setuju " Jawab Nacita, tak rela tapi ia kasian dengan sahabat nya.

" Gitu dong, itu baru nama nya sahabat " Nita kembali duduk nya, dan tersenyum.

" Ia kalo dia mau, ia kalo dia bersedia"

" Mau dong pasti nya, siapa yang ga mau sama aku gitu, secara aku cantik dan,- "

" Dan di duain " Celetuk Sarah, membuat Nita kesal.

" Iiissss, Sarah " Decak kesal Nita.

" Hihihi maaf kelepasan " Sarah cengegesan.

" Tunggu dulu deh, kenapa Keponakan kamu tadi mengamen. Secara kamu dan suami kan kaya raya. Suami kamu seorang CEO dan kamu ngga bisa gitu membiayai dia " Nita heran,

" Bukan nya ngga bisa Nit, dia yang ngga mau. Semenjak kakak ku meninggal, aku udah merekomendasikan untuk dia tinggal bersama dengan ku. Menetap di rumah ku, tapi dia bilang mau mandiri aja " Jelas Nacita, membuat Nita semakin terkesima.

" Oo iya ya, tapi dia sering main ke rumah kamu ? "  Tanya Nita, mengulik.

" Sering banget la, kalo Mas Bara pulang dia sering main. Dia sering curhat ke aku " Jawab Nacita.

" Tentang dia ditinggal nikah tadi ya Naci " Cetus Sarah, mendengar perbincangan Nita dengan AL tadi.

" Dia di tinggal nikah OMG, stupid sekali wanita yang sudah meninggalkan pria setampan itu " Ucap Nita kaget, mendengar pria yang membuat ia terkesima ternyata di tinggal nikah oleh pasangan nya.

" Sama hal nya seperti kamu kan Nit " Celetuk Sarah, membuat Naci tertawa.

" Ya berarti aku sama dia jodoh dong "

" Sama sama di tinggal nikah " Celetuk Nita lagi.

Obrolan pun berakhir dengan dering telepon dari suami Sarah, yang menyuruh nya pulang. Begitu juga Nacita yang harus pulang juga, karena anak nya terus rewel mencari cari ibu nya.

Nita pun kesal, tapi ia harus bagaimana mereka berdua kan ibu rumahtangga yang harus melayani suami dan juga anak. Tidak seperti dia, yang sudah ada pengganti yang lebih baru.

" Maaf ya Nit, kami ngga bisa menemani kamu " Ucap Sarah, merasa tak enak.

" Ya gpp, santay kan masih ada hari esok sayang " Mereka saling merangkul, di depan cafe menuju parkir.

" Nanti aku, akan bantu kamu ya. Kamu jangan sedih ya " Ucap lembut Nacita.

" Ya tenang aja, aku ngga akan sedih kok "

" Yaudah kami pulang daaa Nit "

Akan kah Nacita berhasil membujuk keponakan nya untuk dekat dengan sahabat nya.

Next

He Is Mine not yours (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang