'Menerima kenyataan itu sulit,memaafkan juga sulit maka untuk mempermudahnya adalah dengan cara mengikhlaskan semuanya yang telah terjadi karna dibalik sebuah peristiwa terdapat sebuah pelajaran yang bisa kita jadikan pedoman atau menjadi sebuah pandangan kehidupan yang baru'
....
"Nak apa kamu mau denger kejadian 10 tahun lalu??"tanya dimas.
Sabit mematung memastikan dirinya sudah siap atau belum mendengar peristiwa yg selalu dibilang memilukan ini
"Ma-mau ,apa bisa ayah?"tanya sabut dengan ragu.
"Tentu,knp tidak"jawab dimas seraya tersenyum penuh arti
"Baiklah sabit siap,mulailah bercerita ayah.."jawab sabit.
"10 tahun lalu telah terjadi....."
Belum sempat dimas melanjutkan ucapannya sudah terpotong oleh ucapan seseorang.
"i-itu..."
Saat dimas ingin mengatakan hal yang terjadi 10 tahun lalu tiba-tiba saja khenzie menunjuk ke arah ranjang rumah sakit yang dimana maharani terbaring lemah disana,bukan tanpa alasan khenzie menunjuk ke arah ranjang tersebut karena mata elangnya melihat jari telunjuk milik maharani bergerak secara perlahan dan mata yang tadinya tertutup pun kini terbuka secara perlahan.
sabit dan dimaspun menoleh ke arah ranjang maharani dan berapa terkejutnya dimas saat melihat jari-jemari maharani bergerak,ia pun bangkit dan berjalan untuk duduk disamping ranjang maharani.
"ra-rani..."lirih dimas seraya menggenggam tangan pucat milik maharani
maharani pun perlahan membuka mata nya dan menjernihkan penglihatan nya,secara perlahan namun pasti bibir tipis maharani membentuk sebuah senyuman tipis di wajah pucatnnya,rasa sakit dan sesak perlahan hilang ntah kemana saat dirinya melihat orang terkasihnya berada di sampingnya dan menemani masa kritisnya.
"d-dimas..."ucap maharani dengan susah payah.
Sabit dan khenzie hanya tersenyum melihat sepasang suami istri yang saling mecintai telah berhasil melewati masa sulitnya...
"iya ini aku dimas,ada yang sakit?apa perlu aku panggilkan dokter ran?"tanya dimas yang khawatir.
"hm..gx perlu kok cukup ambilkan aku air saja,aku haus"jawab maharani
Dengan sigap dan cepat dimas bangkit dan mengambil segelas air putih yang ada di nakas tepat di samping ranjang maharani.
Sabit terkekeh melihat sikap bucin ayahnya itu namun secara tiba-tiba memories kebersamaan ia dan ayah bundanya pun terlintas di benaknya.
Sabit merindukan bunda tersayangnya,lamunan sabit pun buyar saat khenzie menyentuh pundaknya."mei are you okey?"tanya khenzie seraya menatap mata coklat sabit dengan sangat tajam.
"i'm okey,hanya saja aku teringat dan merindukan bunda."ucap sabit dengan tatapan sendunya.
Khenzie tau mental dan fisik sabit tak sebagus kelihatanya,terutama hati nya yang begitu rapuh yang harus dipaksa kuat untuk menerima segala kenyataan pahit mengenai hidupnya.
"ah..gimana kalo kita ketaman untuk menghirup udara segar,mau?"tawar khenzie seraya tersenyum hangat.
sabit terdiam untuk memikirkan ajakan khenzie namun sabit dibuat terkejut saat tangan ayahnya menarik tangannya,memintanya untuk duduk di samping ayahnya.
"ehh.."ujar sabit yang terkejut.
"duduk sini biar ayah lanjutkan ceritanya,kamu mau kan.."ucap dimas
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamcatcher. [END]
Teen Fiction•COMPLETE√ • Rasa Hampa Karena Tidak Mengingat apapun Rasa Benci Yang Selalu Menghampiri Rasa Dendam Yang Menghancurkan Diri. Hingga Pertemuan Yang Merubah nya Menjadi Rasa Hangat & Memiliki Menghampiri Aku Dengan Dia. Start : 09 Februari 2020. En...