Tak lama pintu ruang UGD terbuka Memperlihatkan wajah Hadi yang murung.
"Hadi bagaimana kondisi sabit? "Tanya dimas.
Hadi hanya diam dan menunduk.
"Jawab saja apa adanya Hadi tidak apa-apa aku siap apapun hasil nya"ujar Kirana.
"Aku juga siap, jangan merasa bersalah atau apapun karena lu udah ngelakuin yang terbaik. Maka sekarang bilang lah pada kami apa yang terjadi dengan sabit. " Ucap dimas
Hadi menatap dimas dan Kirana secara bergantian dengan tatapan sendu. Lalu memberanikan diri untuk mengatakan hal tim yang sebenarnya terjadi.
"Maaf..... " Lirih nya.
"Maaf untuk apa Hadi? Berbicara lah yang benar" Ujar Kirana.
"Sa-sabit dalam keadaan koma" Jawab Hadi.
Kirana dan Dimas menghembuskan nafas lega, karena masih ada kemungkinan sabit untuk tetap hidup.
"Ah syukurlah~" Ucap kirana.
"Terimakasih Hadi, setidaknya sabit masih mempunyai kesempatan untuk kembali sehat" Ujar dimas.
"Tapi seperti nya koma nya akan lebih lama,karena sabit mendapatkan luka sayat'an,tembakan,benturan yang cukup keras dibagian kepala dan kekurangan begitu banyak darah,apa kalian gpp?" Tanya Hadi.
"Tentu gpp, sabit masih bernafas kami bersyukur, oh Iyah apa kami boleh masuk? " Tanya dimas.
"Tentu saja boleh,saran ku ajak lah dia bicara, karena setahu dan Sepengamatan ku jika orang yang sedang koma sering-sering diajak bicara akan mempercepat masa pemulihan nya, sabit.Sabit akan di pindahkan ke ruang rawat inap VVIP jadi kalian bisa menginap diruangan itu karena fasilitas nya lebih memadai" Jawab Hadi.
"Baik lah, terimakasih hadi." Ujar Kirana
"Iyh, gw ke ruangan dulu ya, kalo ada apa-apa pencet bel yang di atas ranjang rumah sakit nya aja y" Ucap Hadi serata melangkah pergi.
Setelah Sabit dipindahkan ke ruang VVIP, Kirana dan dimas mulai merasa tenang.
Dimas dan kirana membuka pintu ruangan dengan perlahan,didalam sana mereka melihat sabit yang terbaring lemah dengan tubuh yang di penuhi oleh perban dan selang.
Hati mereka teriris, mereka kembali mengingat saat meira yang juga berjuang untuk sembuh dari leukimia nya walaupun Tuhan berkata lain~.
Kirana duduk di samping ranjang rumah sakit sabit seraya mengelus surai yang anak penuh kasih sayang.
"Maaf sayang ibu terlambat..." Lirih kirana.
Tangisan kirana pecah ketika mata nya melihat luka lebam di wajah sabit yang begitu banyak.
Tangannya gemetar berusaha memegang erat tangan mungil sangat anak.
Dimas yang melihat dua orang terkasih nya tersakiti pun merasa dihantam oleh baru besar di seluruh badannya.
Rasanya begitu sakit, sesak, pilu, dan membunuh.
Ketika satu kebahagiaan datang puluhan kesedihan menanti mereka,Cobaan demi cobaan mereka lalui hingga saat ini belum kunjung usai.
"Sabit gx kangen ibu..? Bangun yuk kita jalan-jalan lagi, kita masak-masak lagi yuk.." Ucap kirana yang terus-menerus meneteskan air mata nya.
"Maaf ini salah ku..." Lirih dimas yang ikut menangis.
Kirana menatap sendu dimas, ia tau dimas paling tidak bisa melihat anak nya terbaring lemah seperti ini.
"Kamu gx salah mas~makasih karena sudah menjadi ayah yang baik untuk sabit yang selalu mendukung sabit secara diam-diam" Jawab Kirana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamcatcher. [END]
Ficção Adolescente•COMPLETE√ • Rasa Hampa Karena Tidak Mengingat apapun Rasa Benci Yang Selalu Menghampiri Rasa Dendam Yang Menghancurkan Diri. Hingga Pertemuan Yang Merubah nya Menjadi Rasa Hangat & Memiliki Menghampiri Aku Dengan Dia. Start : 09 Februari 2020. En...