Part - 45

899 38 1
                                    

Elang terdiam sejenak begitu kakinya memasuki rumahnya. Di depannya Adriana sedang mengobrol bersama sang Mama. Dengan cepat Elang merubah mimik wajahnya menjadi biasa saja saat melewati mereka yang berada di ruang tengah.

"Lang kamu mau kemana?" Tanya Sela melihat putranya malah melenggang pergi begitu saja.

"Aku capek Mah. Mau istirahat." Elang meneruskan kembali langkahnya menaiki tangga. Tepat di dalam kamarnya Elang menyimpan tas kerjanya. Ternyata Sela juga mengikutinya dan berdiri di belakang Elang.

"Lang kamu gak sopan, di bawah ada Adriana sengaja pengen ketemu kamu." Ujar Sela. Elang melonggarkan dasinya seolah tidak mendengarkan ucapan Sela.

"Lang. Mamah lagi bicara sama kamu!" Bentak Sela karena melihat Elang tidak mengubrisnya. Elang membalikan tubuhnya menghadap Sela.

"Terus Elang harus gimana Mah?"

"Kamu harusnya hargain Adriana dong. Dia itu calon istri kamu." Elang tertawa renyah mendengar penuturan Sela.

"Calon istri? Siapa yang Mamah sebut calon istri?" Tanya Elang.

"Jangan main-main kamu." Tegas Sela.

"Aku emang bicara apa adanya. Memangnya aku pernah bilang nerima Adriana? Enggak kan Mah?" Tanya balik Elang.

"Ini yang terbaik untuk kamu." Elang memijat pelipisnya sekejap. Lebih tepatnya merasa pusing dengan tingkah Sela kepadanya.

"Ini hidup Elang Mah. Mamah udah cukup ikut campur. Terlebih masalah pendamping, Elang rasa itu hak Elang bukan Mamah." Elang berbicara tegas mengeluarkan kekesalannya.

"Maksud kamu dengan gadis itu? Gadis yang sekarang jadi sekretaris kamu?" Elang sama sekali tidak terkejut Sela mengetahui keberadaan Fira sekarang.

"Sampai kapan pun Mamah gak bakal setuju kamu sama dia." Teriak Sela dengan nada tinggi.

"Aku gak peduli Mamah setuju atau enggak. Tapi Elang akan tetap pada pendirian Elang yaitu Fira. Dan Mamah gak bisa mengubah itu."

"Kamu berani ngelawan Mamah? Kalau kamu sampai berani, liat aja Mamah akan..,"

"Akan apa? Hah?" Potong Elang "Mamah mau ngancam Elang lagi? Dengan alasan menyakiti Fira? Enggak Mah. Itu gak akan mempan buat aku. Karena aku sendiri yang akan menjaga Fira dari Mamah. Atau Mamah mau ngusir aku dari rumah? Gak papa aku juga siap. Memang harusnya dari dulu aku meninggalkan rumah." Sela tercengang Elang bisa berbicara dengan lantang.

"Sekarang kamu berani ngancem Mamah?"

"Udah cukup selama ini Mamah bertindak semau Mamah. Aku gak akan bertindak bodoh lagi dengan meninggalkan Fira seperti dulu. Gara-gara ikutin kemauan Mamah Elang harus menerima konsekuensi nya sekarang. Terserah Mamah mau lakuin apapun itu. Tapi Mamah harus ingat ini. Mamah gak bisa nyakitin Fira ataupun menjauhkannya dari Elang." Sela berjalan mendekati Elang dan menangkup kedua pipinya.

"Kenapa kamu jadi begini Lang?" Lirih Sela. Elang melepaskan tangan Sela di kedua pipinya.

"Ini semua karena keegoisan Mamah. Kalau Mamah gak egois Elang gak bakal kayak gini." Elang memilih mundur dan mendekati jendela yang menampilkan pemandangan di luar sana. Elang berdiri membelakangi Sela di belakangnya. Sela mengulurkan tangannya hendak mendekati Elang kembali, tapi ia urungkan niatnya itu. Sela memilih keluar dan meninggalkan Elang sendiri.

- - - - - - -

"Sesuai jadwal, lusa Bapak memiliki janji meeting di Bali bersama Brawijaya Group." Ujar Fira berdiri di samping Elang sambil membawa sebuah buku catatan di tangannya. Elang menatap Fira dan mengangguk.

Zhafira (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang