Part - 50

1K 41 0
                                    

Saat keluar dari pintu kantor, Fira melihat Adriana berdiri tak jauh di depannya, Fira pun yang merasa tidak ada urusan bersikap biasa saja sembari mengutak-atik ponselnya. Tak lama ponsel di tangan Fira direnggut seseorang.

"Apa yang kamu lakukan?" Protes Fira tidak terima. Andriana, sang pelaku malah menyeret Fira menuju tempat yang lumayan sepi.

"Kenapa kamu membawa saya kemari. Kembalikan ponsel saya!" Pinta Fira.

"Ini." Adriana menyodorkan ponsel di hadapan Fira, saat Fira akan mengambilnya Adriana malah menjatuhkannya.

"Ups, jatuh." Adriana tersenyum mengejek. Fira tersentak tidak terima, tapi Fira mencoba menahan amarahnya. Fira berniat berjongkok untuk mengambil ponselnya, sebelum itu terjadi Adriana lebih dulu mencengkram tubuhnya dengan kuat. Alhasil Fira hanya meringis kesakitan.

"Lo denger ya, cewek kampung! Gue sebenernya udah lama muak ngeliat lo. Gue pengen kasih lo pelajaran supaya lo sadar posisi lo. Gue gak akan diam aja biarin lo deketin Elang. Sebaiknya lo jauhin Elang mulai sekarang. Bagaimana pun dia milik gue. Calon suami gue. Ngerti!" Adriana semakin menguatkan cekramannya. Entah dorongan darimana, Fira dengan penuh keberanian melepaskan cekelan Adriana dengan mendorong bahunya, sampai Adriana sedikit terhuyung ke belakang.

"Asal anda tau Nona Adriana, saya sama sekali tidak mendekati calon suami anda. Jika anda tidak percaya silahkan saja anda cari tau sendiri!" Ucap Fira tak kalah lantang. Emosi Adriana berhasil terpancing mendengar jawaban Fira.

"Dasar cewek kampung, sok kecantikan banget. Lo kira lo siapa hah, dasar cewek murahan!"

Plak

Dengan napas memburu Fira melayangkan tangannya menampar Adriana.

"Lo..,"

"Cukup, anda tidak berhak menilai saya. Siapa anda bisa seenaknya mengatakan saya murahan. Lihatlah diri anda sendiri dan bercermin!" Adriana menyentuh bekas tamparan Fira dengan wajah murka. Adriana mendekat hendak membalas menampar Fira, tapi suara tegas di belakangnya membuat dirinya bungkam seketika.

"Apa-apaan ini, kamu mau menampar Fira?" Tanya Elang yang entah sejak kapan muncul di dekat mereka.

"Dia yang nampar aku duluan sayang, aku gak terima makannya aku mau balas nampar dia." Adu Adriana. Elang yang tidak percaya pun menatap Fira.

"Saya menamparnya." Ujar Fira menjawab pertanyaan Elang.

"Tuh kan sayang."

"Tapi saya melakukan itu mempunyai alasan, karena perkataan calon istri anda yang seenaknya mengatakan saya wanita murahan." Jelas Fira, sontak membuat Elang melebarkan pupil matanya.

"Sayang dia berbohong. Jelas-jelas dia yang mulai duluan. Kamu percaya sama aku kan?" Adriana bergelayut manja memegang tangannya.

"Lepas!"

"Sayang."

"Aku tau Fira, dia tidak akan melakukan itu. Dengar ini baik-baik Adriana. Berhenti berbuat masalah. Dan jangan ikut campur dalam urusan hidupku!" Ancam Elang dengan sorot mata yang begitu tajam.

"Ayo Fira!" Sebelum pergi bersama Elang, Fira terlebih dahulu mengambil ponselnya yang tergeletak tak berdaya.

- - - - - - -

Atas paksaan Elang akhirnya Fira harus pulang diantar olehnya. Saat ini Fira melihat ponselnya. Sungguh mengenaskan. Layar ponselnya sampai retak. Fira mencoba menekan tombol power. Fira bernapas lega ternyata masih bisa menyala.

"Nanti ponselmu akan aku ganti." Ucap Elang tiba-tiba.

"Tidak perlu. Ini masih bisa digunakan." Jawab Fira ketus.

"Apa yang terjadi sebenarnya antara kamu dan Adriana?" Tanya Elang sembari fokus menyetir.

"Bapak tanya sendiri pada calon istri bapak, yang jelas dia yang mulai duluan."

"Dia bukan calon istriku Fira!" bantah Elang.

"Oh ya? Kelihatannya dia begitu mencintai bapak, sampai memperingatkan saya untuk menjauhi bapak." Elang mengetatkan genggamannya pada stir mobil.

Setelah sampir, Fira berniat membuka pintu mobil, tapi Elang menahan tangannya.

"Aku ingin bicara Fira."

"Saya tidak punya waktu." Elang tidak kehilangan akal, ia dengan cepat mungunci pintu mobil.

"Dengarkan aku Fira, aku ingin menceritakan semua yang terjadi saat aku meninggalkanmu dulu."

"Saya tidak peduli lagi." Elang mengusap rambutnya kasar menahan gejolak emosi di dalam dirinya.

"Saat itu aku sama sekali tidak berniat meninggalkanmu Fira. Sama sekali tidak pernah aku berpikir seperti itu. Tapi karena aku mencintaimu aku melakukan itu." Elang menoleh ke arah Fira yang mulai mendengarkan ceritanya.

"Ibuku mengancam akan melukaimu Fira, bahkan ibu dan adikmu. Aku sangat takut, mengingat ibuku bisa melakukan segala hal yang diinginkannya. Dengan terpaksa aku harus menurutinya untuk pergi jauh. Tapi aku berjanji kepada diriku sendiri, aku akan kembali Fira. Bahkan selama bertahun-tahun aku sama sekali tidak bisa melupakanmu. Aku sangat tersiksa Fira." Elang menunduk memejamkan matanya.

"Sekarang kamu tau'kan alasan aku. Aku harap kamu mau memaafkan aku Fira." Lirih Elang dengan sendu.

"Aku kecewa." Ucap Fira setelah mendengar penjelasan Elang.

"Harusnya kamu membicarakan dulu denganku sebelum mengambil keputusan ini. Saat itu, aku masih menjadi kekasihmu. Lalu, apa gunanya aku jika kamu sendiri tidak mempercayaiku." Fira mulai mencurahkan isi di dalam hatinya.

"Bukan aku tidak percaya Fira. Aku..,"

"Jika kamu percaya, kamu akan mengatakan semuanya padaku. Tidak akan membuat keputusan konyol itu sendirian. Kamu pikir aku apa? Hanya mainan yang bisa kamu buang begitu saja."

"Fira!" Bentak Elang jelas tidak terima dengan perkataan Fira.

"Aku benar-benar kecewa dengan jalan pikir kamu. Apa kamu pikir setelah sekarang aku mengatahui kebenarannya aku akan kembali ke pelukanmu? Tidak, karena aku menganggap kita tidak mempunyai hubungan apapun saat ini."

"Kamu milikku Fira, kamu kekasihku." Fira menggelengkan kepala dengan senyum samar.

"Setelah semua ini kamu masih berpikir aku kekasihmu? Maaf, tapi itu hanya dalam khayalanmu. Bagiku kamu bukan siapa-siapa selain atasanku."

"Fira.."

"Cepat buka pintunya!"

"Tidak akan!"

"Elang Damara Dirgantara, buka pintunya sebelum aku semakin membencimu!" Ujar Fira sedikit meninggikan suaranya. Elang segera menuruti. Tanpa menunggu lama Fira secepat kilat meninggalkannya.

Setelah sampai di dalam rumah, Fira segera berlari menuju kamarnya. Fira terduduk lemas di balik pintu kamarnya. Air mata mengalir dengan deras dari pelupuk matanya.

"Kenapa rasanya di sini begitu sakit." Fira memegang dadanya. Terlebih setelah mengetahui semuanya. Kenapa baru sekarang ini terungkap.

"Apa dia memang benar mencintaku." Fira memejamkan matanya, mengingat penjelasan Elang tentang keadaan dirinya.

"Aku sangat tersiksa Fira." Ucapan Elang membekas diingatan Fira. Apa benar Elang ikut tersiksa seperti yang selama ini dia rasakan.

*****

Apa kabar pembaca "Zhafira"👋

Maaf yah aku baru bisa up sekarang 😁

Semoga aja secepatnya aku up lagi, tetep pantengin ceritanya😉

  Bandung, 28 Maret 2021

23.15

Ys.

Zhafira (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang