Part - 54

1K 31 3
                                    

"Mamah mau minta maaf Lang. Mamah sekarang sadar dengan perbuatan Mamah." Saat ini Elang telah sadar dari komanya. Sela duduk di samping Elang dengan mengenggam tangannya erat.

"Maafin Mamah Lang.." Sela bahkan sampai menitikan air matanya.

"Mamah.." Elang masih bingung dengan apa yang terjadi. Terutama kepada Sela.

"Mamah sadar sudah menyakiti kamu. Apalagi perbuatan Mamah di masa lalu, Mamah dengan tega membuat kamu harus berpisah dengan orang yang kamu cintai. Bahkan Mamah juga memaksa kamu untuk menikah dengan Adriana. Mamah minta maaf." Elang menjadi mengerti sekarang. Ia mengedarkan pandangannya. Fira tersenyum kecil sembari mengangguk. Kemudian Elang mengalihkan tatapannya, melihat Sela yang menundukan wajahnya sembari terisak.

"Tanpa Mamah minta maaf pun Elang tetap akan memaafkan Mamah." Sela mendongakkan kepalanya begitu mendengar ucapan Elang.

"Elang juga mau minta maaf, karena amarah Elang udah berbicara kasar sama Mamah." Sela menggeleng.

"Kamu tidak salah, kamu hanya berjuang demi cinta kamu. Tapi Mamah yang salah, karena terlalu egois."

"Sudahlah Mah, yang lalu biarlah berlalu. Elang seneng karena saat ini Mamah sudah mau menerima pilihan Elang." Sela tersenyum menyuruh Fira untuk mendekat. Sela mengenggam tangan Fira dan menyatukannya dengan tangan Elang.

"Tidak ada alasan untuk Mamah membenci Fira. Mamah baru sadar kalau Mamah akan sangat beruntung jika mendapat menantu seperti Fira. Sekarang waktunya kalian untuk berbahagia." Elang menatap Fira dengan penuh cinta begitupun Fira.

-----

"Kapan aku bisa pulang?" Tanya Elang sedangkan Fira dengan setia duduk menemaninya.

"Kamu baru sadar dari koma kemarin, dan sudah minta pulang."

"Aku sudah bosan di sini. Lagipula aku sudah sembuh." Fira hanya bisa geleng kepala dengan tingkah Elang.

"Dasar keras kepala. Kamu hanya bisa pulang setelah dokter memberi izin." Elang cemberut mendengar peringatan Fira. Sedangkan Fira malah tertawa melihatnya. Tanpa sadar Elang juga ikut tertawa begitu melihat tawa Fira. Elang membawa tangan Fira untuk ia genggam.

"Fira maafkan aku, kalau saja hari itu aku lebih dulu sampai. Mungkin..,"

"Sttt.." Fira segera menempelkan jari telunjuknya di bibir Elang agar diam.

"Jangan meminta maaf. Itu bukan salah kamu. Yang ada karena aku kak Elang sampai begini." Elang menyingkirkan jari telunjuk Fira dari bibirnya, sebagai gantinya Elang mengecup tangan Fira.

"Sudah tugas aku untuk menjaga kamu. Aku tidak bisa membayangkan jika sampai sesuatu terjadi sama kamu."

"Tapi lihatlah, malah kak Elang sendiri yang terluka." Sargah Fira.

"Tidak masalah, yang terpenting aku sekarang di sini. Di hadapan kamu." Fira hanya bisa tersenyum. Reflek tangan Fira terangkat untuk mengelus wajah Elang.

"Oh iya, ngomong-ngomong saat itu kamu mau bicara apa, dengan memintaku untuk bertemu?" Tanya Elang tiba-tiba.

"Apa harus aku ceritakan sekarang?" Elang mengangguk antusias. Akhirnya Fira pasrah dan mulai bercerita.

"Jadi saat itu kak Mirza menyadarkan aku. Harusnya aku tidak membenci kamu. Karena kenyataannya memang aku tidak membenci kamu. Hanya saja aku terlalu kecewa sampai membuat aku lebih mendengarkan pikiranku daripada hatiku. Maaf atas semua sikapku kak." Elang mengusap air mata Fira.

"Bukan salah kamu, bahkan jika aku ada di posisi kamu aku akan berbuat seperti itu. Kamu berhak marah Fira. Tapi aku bersyukur karena kamu sudah mau memaafkan aku."

Zhafira (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang