Fira terlihat sedang mencari sebuah buku di rak perpustakaan. Begitu menemukan, Fira mencoba menggapainya. Namun berulang kali ia mencoba tidak berhasil sama sekali. Tiba-tiba saja sebuah tangan dari belakang menggapainya dengan begitu mudah. Fira menoleh, ternyata Elang yang membantunya.
"Lain kali kalau gak bisa coba minta bantuan orang lain." ucap Elang sembari menyodorkan bukunya ke arah Fira. Dengan tangan gemetar Fira menerimanya.
"Makasih kak." cicitnya. Elang tak menjawab dan pergi begitu saja. Fira mencoba menetralkan detak jantungnya, yang entah mengapa selalu berdetak tak karuan begitu di dekat Elang.
Inilah kebiasaan Fira, selalu membaca buku. Padahal sekarang saatnya jam istirahat. Meskipun Kia membujuknya untuk ikut istirahat tapi Fira hanya menjawab sedang tidak selera untuk makan. Lagipula Fira merasa masih kenyang dengan sarapan pagi di rumahnya. Kia pun tidak dapat memaksa jika itu keinginan sahabatnya.
"Ekhem." suara deheman membuat konsentrasi Fira yang sedang membaca tiba-tiba buyar. Fira menoleh ke depan. Entah darimana bisa ada seorang cowok di depannya.
"Eh kak Mirza." ujarnya melihat Mirza yang sedang menatapnya. Dia adalah Mirza Ramadhan kakak kelasnya. Yang sama-sama menjadi idola di Sma ini, seperti halnya Elang. Tapi bedanya jika Elang bersikap cuek, Mirza kebalikan dari itu. Mirza orangnya sangat terbuka dan mudah bergaul. Mirza juga salah satu sahabat dekatnya Elang.
"Kenapa gak istirahat?" tanya Mirza to the point.
"Aku masih kenyang kak. Jadi milih membaca buku aja." jelasnya.
"Oh gitu. Ya udah gue temenin yah."
"Tapi kak...," Fira gelegapan menjawab pernyataan Mirza.
"Tapi kenapa?"
"Aku.. Aku kayaknya mau ke kelas aja deh kak. Soalnya ada tugas yang belum aku catat." jawab Fira. Sebenarnya itu hanya alasannya saja. Karena Fira tidak ingin berada di dekat Mirza. Bisa-bisa orang salah paham menilainya. Makannya Fira memilih untuk menjauh.
"Kok ngedadak?"
"Itu.. Gak ngedadak kok kak. Aku baru inget aja. Kalau gitu aku ke kelas duluan kak." Fira ngacir begitu saja tanpa mendengar jawaban Mirza.
Fira bernapas lega begitu tiba di dalam kelas. Fira mendudukan dirinya di samping Kia yang menatapnya keheranan.
"Kamu kenapa Ra?" tanya Kia
"Itu Ki. Tadi aku ketemu kak Mirza di perpus jadi aku cepet ke sini aja." Kia tertawa mendengar jawaban polos Fira.
"Kenapa ketawa?" kini giliran Fira yang bertanya.
"Kamu aneh tau Ra. Masa ngehindar di deketin cowok se cool kak Mirza. Kalau aku ada di posisi kamu, gak bakal aku sia-siain kesempatan itu."
"Itu mah kamu. Aku gak mau cari masalah sama siswi lain. Kamu taukan kalau fansnya kak Mirza juga gak kalah banyak sama kak Elang."
"Iya juga sih."
"Tuh kamu tau."
****
Fira baru melangkahkan kakinya keluar gerbang sekolah. Saat tiba-tiba saja sebuah motor berhenti tepat di depannya.
"Kak Mirza." ucap Fira melihat Mirza yang memberhentikan motornya.
"Bareng sama aku yuk Ra. Daripada jalan kan jauh." tawar Mirza kepada Fira.
"Gak usah kak, aku jalan kaki aja."
"Beneran Ra?" tanya Mirza memastikan.
"Iya kak."
"Ya udah deh. Aku duluan kalau gitu." Fira tersenyum sebagai jawaban. Entah penglihatannya memang benar atau salah. Fira melihat dari kejauhan Elang tengah menatapnya sembari duduk di atas motor sportnya. Karena tak mau ambil pusing Fira segera berlalu.
Di perjalanan pulang Fira melihat seorang gadis kecil tengah meminta-minta. Hati kecil Fira tersentuh melihatnya. Fira jadi teringat akan adiknya Ana. Fira tidak bisa membayangkan jika Ana ada dalam posisi seperti itu. Fira merasa tidak tega, apalagi umur anak itu tak jauh beda dari Ana. Kebetulan sekali Fira melihat sebuah warung makanan di dekatnya. Fira membeli beberapa roti dan juga air mineral. Setelah itu ia hampiri anak kecil itu.
"Adek kamu udah makan?" tanyanya.
"Belum kak." terlihat jelas dari bibir anak kecil itu yang pucat.
"Sini ikut kakak." Fira membawa anak kecil itu duduk di sebuah bangku.
"Ini makanlah." Fira menyerahkan makanan yang ia beli.
"Makasih kak." anak kecil itu dengan tak sabar memakan roti dengan lahap. Fira hanya tersenyum melihatnya.
"Alhamdulillah." ujar anak itu setelah menghabiskan makanan yang diberikan Fira dengan tandas.
"Gimana, udah kenyang?"
"Udah kak. Makasih banyak yah kakak cantik."
"Sama-sama. Oh iya ini kakak juga punya sedikit uang buat kamu." Fira memberikan sedikit dari hasil jualannya untuk anak itu. Meskipun tak banyak tapi ia tau itu sangat bermanfaat untuknya.
"Gak usah kak. Kakak udah ngasih aku makan juga aku seneng banget."
"Gak papa ini ambil aja. Kakak ikhlas kok." Fira memaksa anak itu untuk menerimanya.
"Makasih kak. Semoga Allah membalas kebaikan kakak." do'a anak itu.
"Amin." tanpa Fira sadari dari kejauhan seseorang tengah menatapnya. Sedari tadi orang tersebut melihat kegiatannya. Senyum orang itu perlahan terlihat, setelah menyaksikan apa yang telah dilakukan Fira. Meskipun senyumnya tak begitu lebar. Tapi dapat terlihat jelas.
****
Jangan lupa votenya yah.
Spam komennya juga, jika mau aku cepet update.Bandung, 5 maret 2020
06.10
Ys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zhafira (End)
Teen FictionZhafira Qalesya, gadis cantik yang berpenampilan layaknya seorang kutu buku di hadapkan dengan Elang Damara Dirgantara, cowok most wanted di sekolahnya. Yang begitu banyak di puja oleh kaum hawa. Hingga akhirnya percikan cinta mulai mereka rasakan...