part - 38

779 32 0
                                    

"Ini apa kak?" Tanya Fira saat Mirza memberikannya sebuah surat.

"Baca aja. Itu dari Elang." Fira tersentak mendengarnya. Tanpa menunggu Fira membuka lipatan kertas dan mulai membacanya.

Fira maafkan aku. Mungkin setelah kamu membaca surat ini aku sudah tidak bisa lagi berada di sisimu. Maafkan aku. Aku harus pergi. Aku tau kamu pasti akan marah, kecewa bahkan membenciku setelah ini. Tapi percayalah aku sangat mencintaimu. Kita hanya perlu berpisah untuk sementara waktu. Aku yakin kalau kita nanti akan bersama. Ini tidak mudah untukmu dan juga untukku. Aku tau itu. Aku melakukan semua ini karena suatu alasan. Mungkin jarak kepergianku sangat jauh. Tapi aku janji akan secepatnya kembali. Aku akan kembali untukmu. Untuk kita.

Elang.

Fira merasakan dadanya sesak setelah membaca surat dari Elang. Kenyataan ini membuatnya begitu syok dan terpukul.

"Jadi kak Elang pergi ninggalin aku?" Cicit Fira masih bisa di dengar Mirza. Sedangkan Mirza gelagapan untuk menjawabnya.

"Iya Ra."

Deg

Kenapa sesakit ini?

"Kak Elang pergi kemana?" Tanya Fira menatap dalam Mirza.

"Jawab kak!" Teriak Fira karena Mirza hanya diam saja.

"London." Tanpa sadar kakinya melangkah mundur. Saat ini begitu banyak pernyataan yang berkecambuk dalam pikirannya. Kenapa Elang meninggalkannya? Kenapa Elang berbohong kepadanya? Kenapa dan kenapa yang masih banyak lagi.

"Ra.." Mirza mencoba mendekati Fira tapi respon Fira malah berlari begitu saja meninggalkannya.

"Ra.." teriakan Mirza sama sekali tidak di dengar oleh Fira.

"Lang kenapa lo nyuruh gue buat gak cerita semuanya. Harusnya Fira tau alasan lo ninggalin dia." Ujar Mirza lirih.

Flashback

Malam itu setelah menghabiskan Malam romantis bersama Fira, Elang tidak langsung pulang ke rumahnya. Melainkan ke rumah sahabatnya Mirza. Mirza sendiri kaget Elang mendatanginya hampir di tengah malam.

"Lo kenapa?" Tanya Mirza dan duduk di samping Elang yang pandangannya masih lurus ke depan.

"Gue gak papa Za." Ujar Elang dan menatap Mirza.

"Lo jangan bohong Lang. Gue sahabat lo. Gue tau kalau lo pasti lagi ada masalah."

"Entahlah Za. Gue bingung." Elang menundukan kepalanya dan mengusap wajahnya gusar.

"Gue pinjem buku sama pulpen lo!" Mirza menaikan alisnya tidak mengerti.

"Buat apa?"

"Jangan banyak tanya dulu. Ada gak?"

"Tuh di meja belajar gue." Elang segera beranjak dan mencari benda yang diinginkannya. Setelah menemukan Elang mulai menulis sesuatu dengan sangat teliti. Selang beberapa menit setelah selesai Elang melipatnya dan kembali duduk di samping Mirza.

"Gue mau lo kasih surat ini sama Fira." Dengan ragu Mirza menerimanya.

"Ini sebenarnya ada apa Lang? Ngapain lo ngasih surat segala?" Tanya Mirza bertubi-tubi.

"Gue harus pergi Za."

"Apa?"

"Lo mau kemana?" Tanya Mirza setelah mengatasi rasa terkejutnya.

"London."

"Lo becanda kan? London itu tempat yang jauh Lang."

"Gue tau."

Zhafira (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang