Part - 53

998 39 5
                                    

Saat ini Fira hanya dapat melihat Elang melalui pintu yang terdapat kaca tembus pandang di depannya. Sudah berhari-hari kondisi Elang belum juga membaik, sampai saat ini Elang belum membuka matanya. Fira menempelkan tangannya seakan ingin benar menyentuh Elang. Sela dan Nanta berdiri tak jauh darinya, Nanta merasa tidak tega melihat Fira. Nanta bergerak ingin mendekati Fira.

"Papah mau kemana?" Sela mencegah suaminya dengan menarik tangannya cepat.

"Biarin Fira ketemu Elang Mah, lihatlah, sudah berhari-hari dia kesini. Tapi Mamah gak pernah izinin dia masuk." Ujar Nanta dengan iba, seolah merasakan.

"Gak boleh, gara-gara dia Elang jadi seperti ini!" Jawab Sela dengan tegas.

"Mamah masih belum ngerti juga? Papah gak habis pikir sama Mamah. Setelah semua ini, Mamah masih menyalahkan Fira?" Nanta menatap Sela tidak percaya. Tanpa mendengarkan Sela, Nanta berjalan meninggalkannya. Sedangkan Sela yang melihat suaminya malah menghentakan kakinya kesal.

"Fira.." mendengar namanya disebut Fira menoleh, ternyata Nanta berdiri di sampingnya. Segera Fira menghapus airmatanya.

"Iya Om." Jawab Fira.

"Kamu ingin melihat Elang?" Ingin sekali Fira menjawab iya, tapi Fira sadar dan menoleh ke arah Sela yang berdiri tak jauh darinya. Nanta sadar dengan keraguan Fira.

"Masuklah!" Perintah Nanta, dibalas tatapan tak percaya oleh Fira.

"Tapi Om, nanti Tante marah, Fira gak papa kok liat Elang di sini aja."

"Kamu jangan pikirin itu, masuklah. Mungkin saat ini Elang ingin kamu di dekatnya." Fira menatap Nanta untuk memastikan, Nanta pun membalas dengan menganggukkan kepalanya.

"Makasih Om." Fira tersenyum senang keinginannya bisa terpenuhi.

- - - - - -

Ceklek

Dengan langkah pelan Fira mendekati ranjang rumah sakit. Terdapat Elang terbaring lemah di sana. Sebenarnya Fira merasa sakit melihat kondisi Elang. Jika boleh meminta, Fira sangat ingin menggantikan posisinya. Fira duduk di samping Elang, masih belum mengeluarkan suara.

"Kak Elang.." akhirnya suaranya terdengar. Panggilan yang dulu sering ia ucapkan untuk lelaki di hadapannya. Fira memejamkan matanya sejenak mengatur perasaannya. Bagaimana pun menahannya cairan bening itu kembali meluncur.

"Kak Elang kenapa belum membuka mata juga. Aku di sini kak, untuk kak Elang. Maafin aku karena egois. Aku lebih mementingkan rasa benci aku dibanding rasa cinta aku sama kamu. Tapi aku mohon, jangan hukum aku seperti ini. Aku gak sanggup." Fira menunduk seraya terisak pelan. Fira menyentuh tangan Elang, langsung menggenggamnya. Fira mencium beberapa kali tangan Elang. Ia usap dengan sayang.

"Kamu bilang tidak akan meninggalkanku kembali, buka mata kamu. Aku takut, aku takut jika berpikir kamu akan kembali meninggalkanku. Aku sendirian, jika kamu tidak bersamaku. Aku harus apa supaya kamu membuka mata." Fira menjeda ucapannya sejenak untuk mengusap air matanya.

"Aku tau, aku sudah bersalah dengan sikapku. Kamu boleh hukum aku, tapi aku mohon kembalilah kak, berikan aku kesempatan untuk mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya." Fira semakin erat mengenggam tangan Elang. Siapa pun yang melihat pemandangan saat ini pasti akan bersedih melihat betapa menyedihkannya keadaan Fira. Begitu pun kedua orangtua Elang yang saat ini menyaksikan melalui kaca di luar sana.

"Mamah lihat sendiri kan, bagaimana Fira mencintai Elang, betapa hancurnya perasaan gadis itu melihat keadaan Elang." Ujar Nanta berharap Sela dapat segera mengerti.

"Mamah tau, tapi Fira..,"

"Stop Mah! Sampai kapan Mamah mau melibatkan semuanya dengan materi. Apa Mamah juga pikir dengan menjodohkan Elang dia akan bahagia? Mamah tau sendiri gadis yang Mamah pilih berbuat hal keji. Bukan Fira yang membuat Elang seperti ini, tapi gadis pilihan Mamah." Sela terdiam mendengarkan ucapan Nanta.

"Pikirkan kebahagiaan Elang Mah, Elang pantas bahagia. Harusnya kita mendukung karena Elang menemukan  kebahagiaannya. Kebahagian yang mungkin tidak bisa kita beri sebagai orangtua." Sela mulai menyadari kesalahannya, Sela menatap Fira yang tengah berbicara dengan putranya. Terlihat jelas ketulusan dari mata Fira.

"Kita terlalu sibuk Mah, sebagai orangtua pun kita gagal. Setidaknya kita masih memikirkan kebahagian untuk putra kita. Mamah gak bisa terus memaksa kehendak hanya demi keinginan Mamah sendiri. Apa gunanya status sosial, bergelimah harta jika Elang tersiksa." Nanta pun tak bisa menahan tangis mengungkapkan perasaanya.

"Papah harap Mamah segera mengerti apa yang Papah ucapkan." Sela kembali menatap Nanta, tak lama Sela berhambur memeluk Nanta dengan tangisan.

"Maafin Mamah karena selama ini egois, Maaf Pah.." Sela menyesali semua perbuatannya. Nanta mengelus punggung Sela meredakan tangisan.

"Minta maaflah kepada Elang dan juga Fira." Sela mengangguk dalam dekapan Nanta.

Sedangkan di sisi lain, Fira masih berusaha mengajak Elang berbicara.

"Aku udah banyak bicara, kamu belum membuka mata juga. Sampai kapan kak Elang begini. Aku harap kak Elang segera sadar. Aku rindu kamu." Bertepatan dengan itu pintu ruangan di buka, melihat Sela dan Nanta, Fira hendak berdiri tapi dicegah Nanta. Dengan perasaan takut Fira menatap Sela. Tanpa diduga Sela mendekati Fira, Sela menyentuh tangan Fira yang hanya terdiam. Tentu saja Fira terkejut dengan tindakan Sela.

"Tante minta maaf Fira, selama ini Tante egois dengan memisahkan kalian. Tante banyak menyakiti kamu. Tante tau terlalu banyak dosa Tante, semoga kamu bisa memaafkan Tante." Sela menunduk. Fira segera beranjak dan berdiri.

"Tante gak perlu minta maaf, aku ngerti Tante hanya ingin yang terbaik untuk kak Elang. Harusnya aku juga sadar, aku memang tidak pantas untuk bersanding dengan kak Elang."

"Tidak Fira, kamu pantas. Kamu sumber kebahagiaan Elang. Tante yang salah karena menyangkut pautkan semuanya dengan materi. Sekarang Tante sudah sadar, tidak akan menentang hubungan kalian lagi." Fira tersenyum, Sela segera memeluk Fira dengan erat. Nanta juga tersenyum bahagia melihatnya.

Di karenakan tidak boleh terlalu lama berada di dalam ruangan, mereka harus segera meninggalkan Elang kembali. Namun sebelum itu Fira mendekati Elang, Fira mengelus wajah Elang.

"Cepat sadar kak, aku akan selalu menunggu kamu." Meskipun berat, Fira tidak dapat berbuat apa-apa. Saat baru melangkahkan kakinya Fira merasakan tangannya seolah tertarik. Fira terdiam sejenak.

"Ayo Fira." Sela hanya melihat Fira terdiam mematung. Sedangkan Nanta yang baru akan membuka pintu, ikut menghentikan langkahnya. Fira tersadar, segera melihat tangannya yang ditarik oleh Elang. Sela dan Nanta yang melihatnya mendekat dengan pandangan takjub. Tangan Elang semakin erat mengenggam tangan Fira. Seakan tidak ingin Fira pergi meninggalkannya.

"Fira..." Tak lama suara itu terdengar disusul dengan kedua kelopak mata Elang yang akhirnya terbuka.


*****

Apa kabar semuanya?

Ada yang nungguin aku update gak?

Yuk komen disini! Aku pengen tau siapa aja nih yang nungguin cerita ini? Mari jangan sungkan sama aku, justru aku seneng banget kalau ada yang komen. Kalau kalian mau curhat juga tentang cerita ini boleh kok, boleh banget. Aku tunggu yah, komen2 dari kalian.

Sampai jumpa di next part!

Bandung, 25 Mei 2021

21.33

Ys.



Zhafira (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang