part - 22

631 41 0
                                    

Fira mendengar suara bising saat akan pulang sekolah, suara itu semakin jelas saat Fira mendekati arah suara, yang berasal dari belakang sekolah. Suara perdebatan kecil, yang membuat Fira penasaran. Fira berhenti sesaat, begitu melihat ternyata Elang dan Mirza yang berada di sana. Mereka berdua tampak tidak menyadari kehadiran Fira.

"Lang gue kan udah bilang, biar dia yang milih. Kenapa lo gak terima?" ujar Mirza kepada Elang yang bersikap santai di depannya.

"Karena gue gak suka, Za!"

"Apa lo tau, gue juga sama persis seperti lo. Gue juga gak suka lo, ada di dekat dia! Tapi kita udah janji, buat gak maksain ini Lang!" Mirza mencoba menarik napas beberapa saat, lalu menghembuskan kembali.

"Pokoknya, apapun yang terjadi biar Fira sendiri yang mutusin. Selama kita bersaing sehat, harusnya lo gak masalah. Itupun kalau lo yakin, bakal menang. Sampai akhirnya, dia sendiri yang memilih. Lo atau gue!" putus Mirza.

Tanpa Fira sadari, kedua kakinya melangkah mendekati perdebatan dua pemuda itu. Merasa ada yang mendekati, mereka baru sadar kalau Fira berdiri di depannya.

"Fira.." ucap mereka bersamaan. Raut wajah Fira begitu datar, tak bisa terbaca oleh mereka.

"Yang kalian maksud itu Fira siapa?" mereka berdua terdiam sambil menatap beberapa saat.

"Apakah ada siswa lain juga yang bernama Fira juga di sini?" sedetik kemudian tatapan datar Fira berubah menjadi penuh tanya.

"Fira, aku..," Mirza mencoba menjelaskan tapi di dahului oleh Elang yang mendekati Fira. Dan langsung membawa Fira menjauh.

"Kak, lepasin kak. Kakak mau bawa aku kemana?" berontak Fira, mencoba melepaskan tangannya. Fira menengok ke belakang dimana Mirza hanya diam saja.

"Kak Mirza.." lirih Fira.

"Diem!" bentak Elang membuat Fira menurut.

- - - - -

"Kak, ini rumah siapa?" tanya Fira saat Elang membawa ke sebuah rumah, lebih tepatnya sebuah mansion yang begitu luas.

"Ini rumah gue, ayo masuk." ajak Elang.

"Kak..," Elang seolah tidak peduli dengan kecemasan Fira, mungkin karena kebiasaannya, Elang menarik Fira begitu saja melewati pintu rumah yang besar.

"Eh den Elang udah pulang." tiba-tiba saja wanita paruh baya menghampiri mereka.

"Iya bi."

"Ini siapa den?" tanya orang yang di panggil bibi itu menatap Fira.

"Temen bi."

"Aden mau makan sekarang? Kalau gitu bibi masak sebentar den."

"Gak usah bi." cegah Elang.

"Kenapa den? Aden gak laper?"

"Biar temen saya aja yang masak bi." jelas Elang membuat Fira membulatkan matanya.

"Biar bibi aja den."

"Saya bilang gak usah bi, bibi bisa kembali ke belakang. Nanti kalau ada apa-apa saya bakal panggil." wanita paruh baya itu meninggalkan mereka.

"Kak, maksud kakak?"

"Gue mau makan masakan lo lagi."

"Tapi kak, kita..,"

"Gue bakal jelasin, tapi nanti." Fira tidak bisa berkutik mendengar ucapan Elang.

- - - - -

"Sini neng biar bibi bantu." ujar seseorang di belakang Fira.

"Eh bibi."

"Nama bibi Darmi neng. Neng mau bikin apa?" tanya bi Darmi melihat Fira yang tengah melihat-lihat isi kulkas.

Zhafira (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang