part - 5

1.3K 79 4
                                    

Suara gemuruh tepuk tangan membuat Fira memberhentikan langkahnya di dekat lapangan basket. Dari kejauhan ia melihat Kia dan siswi lain tengah kehebohan melihat permainan basket Elang dan teman-temannya. Fira mendekati Kia begitu melihat sahabatnya melambaikan tangan kepadanya.

"Eh Ki, katanya tadi kamu mau jajan ke kantin. Aku habis dari sana loh. Kiraian kamu bakal nyusul." ujar Fira kepada Kia.

"Gak jadi deh Ra. Mending liat dulu ini, tuh coba kamu liat kak Elang sama kak Mirza ganteng banget." cerocos Kia heboh.

"Jadi kamu cuman mau liat mukanya aja daripada main basketnya?"

"Duh Ra, gak gitu juga kali. Tapi emang bener sih. Gak papa lah Ra, sekali-kali aku liat yang bening gini." Kia bertepuk tangan begitu Elang berhasil memasukan bolanya ke dalam ring. Di saat yang bersamaan Fira merasa seseorang menubruk bahunya dari belakang. Fira menoleh ternyata sudah ada Felycia and the geng.

"Ngapain lo di sini cupu?" tanyanya kepada Fira.

"Eh lo, suka-suka Fira dong, mau dia ngapain. Emang urusan lo." jawab Kia.

"Gue bukan nanya sama lo yah. Stop lo ikut campur urusan gue sama si cupu." balas Felycia menunjuk Kia.

"Jelas itu urusan gue, dia sahabat gue."

"Duh emang dasarnya cupu. Yah gini, dua-duanya sama aja, gak tau diri. Terutama lo..," tunjuknya kepada Fira.

"Udah tau lo itu cupu, gak pantes lo nonton di sini. Nyadar diri dong lo, emang di sekolah ini bakal ada yang mau sama lo." geng Felycia tertawa terbahak-bahak mengejek Fira.

"Lo...," tunjuk Kia

"Apa? Emang bener kan. Harusnya si cupu itu tempatnya di perpus sambil mojok baca buku. Ini malah so mau nontonin pacar gue." ujar Felycia sombong. Kini giliran Kia yang tertawa mendengar jawaban Felycia.

"Sejak kapan kak Elang jadi pacar lo. Kasihan banget gue sama lo, udah cantik tetep aja dicuekkin sama kak Elang. Pake ngehalu segala lagi." seketika Felycia mengepalkan tangannya mendengar ejekan Kia.

"Ki udah, kita ke kelas aja yuk." ajak Fira karena merasa keadaan sudah makin memanas.

"Yuk Ra. Ngapain juga lama-lama di sini. Semangat aku jadi ilang buat nonton, gara-gara nenek sihir ini." jawab Kia menatap sinis Felycia. Yang membuat wajah Felycia seketika merah padam begitu Kia meninggalkan lapangan.

"Awas aja lo. Bakal gue kasih pelajaran, karena berani ngehina gue."

****

Fira berlari tergesa-gesa begitu merasakan air hujan mulai turun. Padahal baru beberapa saat dirinya meninggalkan sekolah. Jika kalian bertanya kenapa dia tidak bersama Kia. Jawabannya karena jalur rumah mereka tidak sama, maka dari itu mereka masing-masing pulang ke rumah. Ya walaupun Kia selalu menawarkan untuk mengantar Fira pulang dengan kendaraan roda duanya. Tapi Fira merasa tidak enak, karena jika Kia mengantarnya, Kia harus capek dua kali.

Bunyi klakson membuat Fira kaget dan segera menyisi. Ternyata bunyi klakson itu bunyi motor sport Elang, yang berhenti di depannya.

"Kak Elang" ucap Fira menatap Elang. Fira agak kesusahan melihatnya, dikarenakan air hujan yang deras.

"Naik." ujar Elang dingin, Fira yang tidak mengerti mengerutkan keningnya.

"Gue bilang naik." ulangnya melihat kebingungan Fira.

"Gak usah kak, aku..,"

"Gue bilang cepet naik. Lo keras kepala banget sih." kini suara Elang naik beberapa pitam. Akhirnya Fira pun dengan ketakutan menuruti keinginan Elang.

Selama di perjalanan mereka hanya diam saja, hingga suara petir membuat Fira ketakutan, dan sontak memeluk pinggang Elang. Dan tiba-tiba saja Elang memberhentikan motornya di pinggir warung. Mungkin karena hujannya begitu lebat disertai kerasnya petir.

Fira tak berani menatap Elang di sampingnya, saat ini mereka tengah menunggu hujan sedikit mereda. Fira menggosok-gosokan kedua telapak tangannya. Terlihat jelas Fira menggigil karena kedinginan. Elang yang melihatnya merasa iba, dan ia buka jaket yang menempel di tubuhnya. Ia sampirkan jaketnya di kedua bahu Fira.

"Kak ini..," Fira menatap Elang seolah bertanya kenapa dia melakukan hal ini.

"Lo pake aja." jawab Elang datar.

"Tapi kak..,"

"Sekali aja lo bisa diem gak. Jangan banyak protes." peringat Elang mengetahui apa yang akan dikatakan Fira.

Dan benar saja, Fira seketika bungkam mendengar peringatannya.

Di rasa hujan sudah semakin reda, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Fira bingung kenapa Elang bisa tau jalan menuju rumahnya. Karena tak ingin banyak bertanya, Fira hanya diam sembari mencekal erat jaket Elang yang ia pakai.

"Makasih kak udah mau nganterin." ucap Fira begitu Elang telah mengantarnya tepat di depan rumahnya.

"Hm."

"Kakak mau mampir dulu?" tanyanya.

"Gak usah. Gue pulang kalau gitu." Elang melajukan motornya meninggalkan Fira. Yang membuat isi kepala Fira saat ini bertanya-tanya. Fira menepuk pelan pipinya, takut ini semua hanyalah mimpi. Tapi tidak, ini nyata yang tak pernah Fira bayangkan. Perlahan senyumnya terbit. Fira pun terkekeh sembari masuk menuju rumahnya.

******

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote+komennya.
Biar aku semangat buat cepet up.

Bandung, 07 maret 2020

02.44

Ys.

Zhafira (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang