Seorang gadis terlihat mencoba membuka matanya dengan perlahan, begitu terbuka gadis itu mengedarkan pandangan ke sana kemari, gadis itu yang tak lain Fira menggerakan tangannya, namun nihil tangannya seolah sulit bergerak. Posisi Fira saat ini begitu memprihatinkan dimana mulutnya dilakban dengan kedua tangan terikat di belakang kursi. Alhasil Fira hanya bisa meracau tidak jelas.
Derap langkah kaki, spontan mengagetkan Fira dari kegiatannya. Wajahnya mendongak ke atas. Seorang wanita berjalan ke arahnya. Fira kembali berontak.
"Kasihan, malang sekali nasib lo, gadis kampung." Adriana sang pelaku tersenyum mengejek. Adriana mendekat ke arah Fira dan membuka lakban yang membungkam bibir Fira.
"Kenapa kamu melakukan ini Adriana?" Fira mengeluarkan suaranya begitu mulutnya terbebas.
"Kenapa? Lo tanya kenapa? Lo bego! Hah!" Adriana mencengkram leher Fira hingga membuat sang empu menahan sakit.
"Gadis kampung gak tau diri! Sampai kapan pun gue gak bakalan biarin lo bersama Elang!" Adriana segera melepaskan cengkramannya saat wajah Fira menjadi merah.
"Harusnya kamu sadar Adriana bagaimana pun Elang tidak mencintai kamu."
"Oh ya? Jadi karena itu, sekarang lo sombong karena Elang cinta sama lo? Asal lo tau meskipun Elang tidak mencintai gue, tapi cinta gue begitu besar buat dia."
"Itu bukan cinta Adriana. Kamu hanya terobsesi untuk memiliki Elang." Adriana tertawa seketika membuat ketakutan Fira muncul.
"Lo bener, gue terobsesi kepada Elang, mungkin juga gue bakal gila kalau sampai Elang tidak bisa menjadi milik gue." Adriana kembali mendekat dan memegang kedua bahu Fira "Dan lo salah, karena berani menjadi penghalang untuk seseorang yang begitu terobesi seperti gue!" Adriana kembali mundur dan berjalan mengelilingi Fira.
"Ck ck ck, kasihan banget hidup lo harus berakhir seperti ini. Harusnya lo tau konsekuensinya jika berhadapan dengan Adriana! Siap-siap aja lo akan habis Fira! Lo gak akan bisa lagi melihat Elang, bahkan melihat dunia!" Fira kembali teringat kepada Elang. Harusnya saat ini mereka bertemu. Fira yakin bahwa saat ini sudah malam, pasti orang-orang tengah sibuk mencarinya. Fira menggelengkan kepalanya menghapus pikiran negatif yang akan terjadi. Fira harus bisa pergi dari tempat ini.
"Lo takut gadis kampung? Gak akan ada yang nyelamatin lo kali ini."
"Elang. Aku yakin dia akan menemukanku."
"Percaya diri sekali, kita lihat apa benar dia akan menolong lo!"
"Apa kamu pikir dengan melakukan ini Elang akan menjadi milik kamu Adriana, kamu salah jika berpikir seperti itu. Yang ada Elang akan semakin membenci kamu."
"Diam!"
"Gue akan lakuin apapun agar Elang tidak bisa jadi milik siapapun. Elang milik gue. Dan harus jadi milik gue. Gak Masalah jika dengan itu gue harus berbuat kotor dengan melenyapkan penghalang seperti lo!" Adriana mengambil beberapa langkah mundur menjauhi Fira, Adriana mengeluarkan sesuatu dari belakang tubuhnya. Sebuah pistol. Adriana mengarah pistol itu ke arah Fira.
"Lo harus mati!"
Brakk
Pintu ruangan terbuka. Menampilkan dua orang, Elang dan juga Mirza. Adriana menjatuhkan pistolnya karena terkejut.
"Tangkap dia Za!" Mirza segera berlari menangkap Adriana.
"Penjaga tidak berguna!" Adriana memaki penjaga yang berjaga di depan. Sedangkan Elang segera berlari melihat kondisi Fira. Elang jongkok mensejajarkan tubuh mereka.
"Kamu gak papa?" Elang menangkup wajah Fira dengan kedua tangannya. Fira membalas dengan gelengan kepala. Elang bergegas membuka tali yang mengikat tubuh Fira, lalu membawa Fira ke dalam pelukannya. Adriana yang melihat pemandangan di depannya, semakin tersulut emosi. Adriana berontak semakin keras dan menginjak kaki Mirza, ke sempatan itu di gunakan Adriana saat tangannya sedikit melonggar. Adriana menyikut bagian perut Mirza. Adriana langsung berjongkok mengambil senjata pistolnya dan menjauh dari Mirza.
"Kalian tidak boleh bersama!" Adriana kembali mengarahkan pistol itu menuju pasangan yang tengah berpelukan, Adriana bersiap menarik pelatuknya.
Dor
"Elang!!!!" Semuanya terjadi begitu cepat, tepat saat Adriana akan menarik pelatuknya, Elang menyingkirkan tubuh Fira yang berada di depan dekapannya. Otomatis peluru itu menembus tubuhnya. Fira mendekat membawa Elang ke dalam pangkuannya.
"Bangun!! Kamu harus bertahan!!" Dengan sisa kesadarannya, Elang mengelus wajah Fira.
"Aku mencintai kamu Fira. Maaf karena aku telah banyak menyakiti kamu." Ujar Elang dengan suara lemah.
"Jangan berbicara seperti itu, saat ini kamu harus bertahan!" Elang mencoba kembali mengeluarkan suara, namun suaranya seakan tertahan sulit untuk terucap. Perlahan pandangan Elang pun kabur dan yang terakhir ia ingat adalah kegelapan dan suara Fira yang memanggil namanya.
"Buka mata kamu! Aku mohon buka! Jangan tinggalkan aku!" Fira menepuk pipi Elang berharap kesadarannya kembali. Air mata Fira tak berhenti menetes. Di sela tangisannya suara mobil polisi terdengar dan secepat itu Elang segera di bawa menuju rumah sakit sedangkan Adriana langsung di seret oleh beberapa polisi.
- - - - - - -
Saat ini Fira menunggu dengan cemas di depan ruangan Elang. Tak lama kedua orang tua Elang datang, terutama Sela yang langsung menyalahkan Fira.
"Semua ini pasti gara-gara kamu. Gadis pembawa sial! Jika saja kamu menjauh dari putraku, mungkin dia tidak akan seperti ini!" Bentak Sela mendorong tubuh Fira. Sampai Fira terjatuh, untung saja Mirza segera membantunya berdiri.
"Asal Tante tau, ini bukan karena Fira. Tapi karena wanita pilihan Tante itu. Dia yang berusaha mencelakai Fira." Bela Mirza karena tak terima Fira di salahkan.
"Benar Sela, harusnya yang kamu salahkan Adriana bukan Fira." Nanta ikut berbicara.
"Kamu juga membelanya?" Tanya Sela memandang seakan tidak percaya.
"Sudah cukup apa yang kamu lakukan selama ini. Tidak bisakah kamu mementingkan keinginan Elang daripada egomu itu! Lihatlah sekarang apa yang terjadi karena ulahmu!" Di tengah pertengkaran mereka Dokter ke luar dari dalam ruangan.
"Bagaimana kondisi anak saya dok?" Tanya Nanta.
"Saat ini, kami harus segera melakukan tindakan operasi untuk mengeluarkan peluru di dalam tubuhnya." Jelas sang Dokter.
"Lakukan apapun Dok, yang penting putra saya harus selamat."
"Kami akan berusaha Pak." Semuanya kembali menunggu dengan perasaan cemas. Sudah lebih dari satu jam pasca operasi itu berlangsung. Semuanya terlihat semakin gusar kala semakin lama mereka menunggu. Lampu yang menandakan operasi seketika mati, tak lama Dokter pun keluar.
"Bagaimana Dok?" Tanya Nanta mewakili semuanya.
"Alhamdulillah operasinya berjalan lancar." Semuanya menghembuskan napas lega.
"Tapi..,"
"Kenapa Dok?"
"Saat ini pasien mengalami koma."
"Bagaimana bisa Dok? Bukankah operasinya berjalan lancar?"
"Memang Pak. Tapi setelah operasi ini pasien belum bisa tersadar." Jelas Dokter.
"Lalu kapan anak saya akan kembali sadar?"
"Untuk itu, saya juga belum tau Pak. Kita berdo'a saja semoga pasien segera sadar." Setelah menjelaskan, Dokter segera berlalu. Rasanya saat ini Fira tidak mampu untuk sekedar berdiri menopang tubuhnya. Fira langsung terduduk lemas dengan pandangan tak terbaca.
******
Apa kabar semuanya? Semoga semuanya dalam keadaan sehat yah, Amiin..
Maaf baru bisa up, aku lagi ada ujian sekolah ditambah ada urusan jadi baru bisa up sekarang..
Semoga kalian selalu menantikan up cerita ini.. jangan lupa untuk terus vote yaa.. karena vote kalian juga sangat berarti untuk aku, si penulis pemula ini😁
Oke deh, sampai jumpa di next part 😉 tapi aku gak bisa janji buat up secepatnya, tapi aku usahain...
Bandung, 02 Mei 2021
23.00
Ys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zhafira (End)
Teen FictionZhafira Qalesya, gadis cantik yang berpenampilan layaknya seorang kutu buku di hadapkan dengan Elang Damara Dirgantara, cowok most wanted di sekolahnya. Yang begitu banyak di puja oleh kaum hawa. Hingga akhirnya percikan cinta mulai mereka rasakan...