part - 15

1K 56 0
                                    

"Gue mau bicara sama lo!" ujar seseorang yang tengah memainkan analog ps.

"Ngomong aja kali." jawab seseorang yang di sebelahnya. Mereka sama-sama tengah bermain ps berdua.

"Kemarin lo jalan sama Fira?" tanya orang itu yang tak lain dan tak bukan Elang Damara. Dan dapat kalian tebak siapa yang Elang ajak bicara. Mirza langsung menghentikan kegiatannya dan menatap Elang. Matanya menyipit sempurna.

"Lo ngikutin gue?" tuduh Mirza.

"Menurut lo." jawab Elang dingin.

"Ngapain lo ngikutin gue?" tanya Mirza.

"Gue mau lo jauhin Fira." bukannya menjawab, Elang malah meminta sesuatu kepada Mirza.

"Kenapa?" ucap Mirza dengan nada tidak terima.

"Gue gak suka." jawab Elang dingin dan menyimpan analog ps yang sedari tadi ia mainkan.

"Lang jangan bilang lo...," Mirza langsung mengusap wajahnya.
"Astaga, lo juga suka sama Fira?" lanjut Mirza.

"Gue...,"

"Jangan ngehindar lagi Lang. Lo suka kan sama dia? Gue sebenarnya udah curiga dari awal, tapi lo malah menyangkal semuanya." kini posisi mereka saling duduk berhadapan.

"Gue gak tau Za. Mungkin juga iya gue suka sama dia. Jadi gue mau lo jauhin dia!"

"Gue gak bisa Lang." jawab Mirza pasrah.

"Kenapa?"

"Gue suka sama dia Lang. Gue cinta sama dia." mereka berdua terdiam untuk beberapa saat. Hingga suara Mirza memulai lagi percakapan.

"Fira bukan mainan Lang. Dia gak kayak cewek kebanyakan."

"Siapa yang bilang dia mainan?" jawab Elang cepat.

"Gue gak tau persis gimana perasaan lo sama Fira. Tapi yang pasti gue gak bisa jauhin Fira. Lo sahabat gue kan Lang? Lo mau rebut kebahagiaan gue? Banyak Lang cewek yang di luaran sana mau sama lo. Tapi jangan Fira Lang." jelas Mirza dengan nada serius.

"Gue gak bisa."

"Lo egois Lang."ujar Mirza yang membuat Elang langsung menatapnya tajam.

"Gue egois Za? Apa gue salah kalau mau milikin apa yang gue mau?" Elang mulai terpancing emosi.

"Lo emang egois Lang. Itu kenyataannya. Gue bener-bener gak nyangka lo mau gue jauhin Fira. Kalau bukan egois menurut lo itu apa? Apapun yang terjadi gue gak bakal turutin mau lo untuk yang satu ini. Gue gak bisa Lang."

"Za, lo...,"

"Kalau begitu lebih baik Fira yang bakal nentuin. Apa dia mau sama lo atau gue? Dan kalau sampai dia milih gue, lo harus berhenti."

"Kalau itu mau lo gak masalah, di sini bukan hanya lo yang bakal berjuang. Tapi gue juga. Mungkin gue salah karena gak dari dulu berjuang."

"Jadi lo udah dari dulu suka sama Fira?" Mirza tersentak mendengar ungkapan sahabatnya.

"Itu bukan urusan lo!"

"Gue sahabat lo Lang!"

"Gue emang suka sama dia dari dulu. Lo puas?"

"Baiklah, kita berjuang dengan sehat. Dan apapun hasilnya nanti harus kita terima."

"Hm." jawab Elang hanya dengan deheman.

"Gue cabut dulu kalau gitu." Mirza menepuk bahu Elang sebelum pergi meninggalkan rumah Elang yang bak istana.

"Hm."

"Satu lagi Lang." Mirza membalikan tubuhnya saat sudah berjalan beberapa langkah.

"Apa?"

"Gue gak mau persahabatan kita sampai hancur Lang." Mirza langsung menghilang dari pandangan Elang setelah mengatakannya.

"Gue juga gak mau Za. Tapi gue juga gak mau kehilangan gadis yang selama ini gue suka. Bukan hanya suka mungkin cinta. Kali ini gue gak bisa diem aja Za. Maafin gue." batin Elang.

- - - - -

"Ikut gue!" Fira tersentak saat tangannya ditarik seseorang dari samping.

"Kak Elang." cicit Fira melihat sang pelaku. Saat ini Fira tengah berjalan menuju gerbang sekolah untuk pulang.

"Kak tapi..."

"Lo tunggu sebentar, gue bawa dulu motor." Elang melepaskan tangan Fira di depan gerbang. Dan pergi begitu saja.

"Kak Elang kenapa?" pikir Fira melihat kelakuan Elang. Hingga suara motor membuat Fira langsung menghentikan kegiatan berpikirnya.

"Ayo naik!" titah Elang.

"Kak aku bisa pulang sendiri."

"Cepetan naik? Lo gak denger apa mau gue paksa!" Fira sedikit takut mendengar nada Elang. Hingga tanpa sadar kakinya mundur beberapa langkah. Elang menyadarinya dan langsung mengubah ekspresinya.

"Ayo naik Fira." ujar Elang sedikit lembut, yang membuat Fira akhirnya menuruti keinginannya.

"Pegangan!" ujar Elang saat merasa tangan Fira tidak berpegang padanya.

"Gini aja Kak." Fira malah memegang kuat sisi tasnya.

"Ya udah." Elang langsung melajukan motornya dengan cepat hingga membuat Fira langsung memeluknya dengan erat. Senyum Elang langsung terbit dan mengelus tangan Fira sebentar sebelum kembali fokus kepada jalanan.

Semua kegiatan mereka dari awal tak luput dari pantauan seseorang. Orang itu hanya diam menyaksikannya.

"Lo beneran ngebuktiin ucapan lo Lang. Tapi gue gak bakal nyerah. Gue bakal lebih dulu dapetin hati dia. Lo liat aja!" orang itu langsung menjalankan motornya menyusuri jalanan.

- - - - - -

"Makasih yah Kak, udah nganterin." ucap Fira saat Elang menurunkannya di depan rumah.

"Hm"

"Kakak mau mampir dulu?" tawar Fira.

"Lain kali." jawab Elang datar.

"Kalau gitu aku duluan masuk Kak."

"Tunggu." Fira kembali membalikan tubuhnya yang awalnya sudah berjalan untuk masuk.

"Ada apa Kak?"

"Malem ini lo sibuk gak?" mata Fira menyipit bingung mendengar pertanyaan Elang.

"Maksud Kakak?"

"Gue mau ngajak lo keluar malem ini." jelas Elang melihat kebingungan Fira.

"Aku...,"

"Kalau gitu gue jemput nanti malem." Elang kembali memakai helmnya sebelum mendengar jawaban Fira. Dan meninggalkan Fira begitu saja.

"Kak Elang kenapa sih? Kok sikapnya aneh? Dan kenapa dia ngajakin aku keluar? Kamu juga bodoh Fira! Harusnya kamu langsung nolak, bukannya diam saja. Sekarang bagaimana?" pikir Fira untuk kesekian kalinya.

*****

Akhirnya kita tau perasaan Elang. Pada nyangka gak sih kalau Elang suka sama Fira?

Pada nantiin buat part selanjutnya gak? Kalau iya jangan lupa vote+komennya yah😊

Sebelumnya kita cari tau dulu yuk. Kalian timnya siapa?

Fira-Elang

Atau

Fira-Mirza

Bandung, 26 Mei 2020

21.05

Ys.

Zhafira (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang