Part - 51

899 34 0
                                    

Sudah satu minggu berlalu sejak Elang mengungkapkan kebenaran kepada Fira. Membuat Fira merasa Elang seperti berbeda setelah kejadian itu. Bahkan mereka hanya berkomunikasi jika sedang di kantor selebihnya tidak. Fira menggelengkan kepalanya mengusir bayangan Elang. Tidak mungkin dia merasa kehilangan Elang selama seminggu ini. Fira memfokuskan kembali menonton acara tv di depannya meskipun hanya seorang diri. Hingga suara ketukan pintu membuat Fira segera beranjak.

"Hai Ra." Seseorang di balik pintu menyunggingkan senyum ke arahnya.

"Kak Mirza. Mari masuk kak." Ajak Fira ramah. Sejenak Mirza mengedarkan pandangannya.

"Sepi banget Ra."

"Iya kak, Anna lagi keluar, main sama temennya." Jawab Fira, ikut duduk bersama Mirza.

"Kamu sendirian dong. Kenapa gak keluar Ra, cari udara seger gitu mumpung hari libur." Fira menanggapi dengan senyuman.

"Gak deh kak. Cukup di rumah aja. Oh iya bentar, aku ambil minum dulu. Sampe lupa." Fira bergegas meninggalkan Mirza.

"Makasih." Ujar Mirza setelah Fira menyajikan air minum beserta beberapa camilan di depannya.

"Oh iya, ada hal apa sampe kakak mampir ke sini. Biasanya kan sibuk terus." Canda Fira memulai pembicaraan.

"Pengen main aja, gak boleh emang." Jawab Mirza.

"Boleh kok." Mirza membenarkan duduknya menatap serius ke arah Fira. Seketika Fira menebak kalau ada hal penting yang ingin dibicarakan Mirza.

"Sebenernya ada yang mau aku omongin juga." Ujar Mirza. Tepat tebakan Fira.

"Kenapa kak?" Tanya Fira penasaran.

"Kamu udah tau semuanya Ra?"

"Maksud kakak?"

"Tentang alasan Elang." Fira hanya mengangguk kecil. Fira tidak menyangka Mirza menemuinya hanya untuk membahas masalahnya dengan Elang. Tapi karena Mirza telah memulai maka Fira akan mengatakan apa yang dirasakannya dengan jujur.

"Kakak tau darimana?"

"Kamu gak perlu tau itu Ra. Tapi aku mau tau gimana hubungan kalian setelah ini. Terlebih perasaan kamu Ra, apa kamu gak bisa memberi kesempatan pada Elang." Fira mencoba menghirup napas sebelum menjawabnya.

"Menurut kakak aku harus gimana? Apa aku harus menerima gitu aja. Asal kak Mirza tau, aku kecewa kak. Kenapa kak Elang gak bicara dulu sama aku sebelum mengambil keputusan yang membuat aku membencinya." Fira mulai mengeluarkan apa yang ada dalam hatinya kepada Mirza.

"Karena situasi Ra. Saat itu Elang begitu takut kehilangan kamu. Aku tau Elang dan keluarganya. Terlebih ibunya, yang hanya menginginkan Elang bersama gadis pilihannya. Menurut kamu Elang harus gimana saat ibunya mengancam akan membuat kamu dan keluarga kamu terluka. Mungkin kamu gak tau, tapi aku lihat sendiri saat Elang begitu frustasi. Elang tidak ingin meninggalkan kamu Fira, tapi dia juga tidak ingin kamu terluka. Bahkan menjelang hari keberangkatannya Elang mencoba untuk kuat, padahal saat itu dia begitu rapuh. Karena harus meninggalkan gadis yang begitu di cintainya." Jelas Mirza yang sukses membuat air mata Fira menetes.

"Percayalah Fira, Elang sangat mencintai kamu. Dia sama menderitanya seperti kamu. 5 tahun kalian terpisah. Tapi sekarang kalian sudah dekat, jangan hancurkan itu Fira. Kembalilah, Elang membutuhkan kamu. Begitu pun kamu yang membutuhkan Elang." Mirza memeluk tubuh Fira, mengusap bahunya yang bergetar.

"Sekarang aku harus gimana kak?" Tanya Fira di sela tangisannya.

"Temui Elang." Fira mendongakkan wajahnya yang dijawab anggukan kepala oleh Mirza.

Zhafira (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang