part - 10

1.2K 63 0
                                    

"Ra kita ke kantin yuk?" ajak Kia setelah bel istirahat berbunyi beberapa menit yang lalu.

"Ayo Ki, tapi bentar yah aku beresin dulu buku." ujar Fira menanggapi ajakan Kia.

Mereka berdua berjalan menuju kantin yang di padati siswa. Kia tersenyum melihat masih ada bangku kantin yang kosong. Kia pun mengajak Fira duduk.

"Ra kamu mau pesen apa?" tanya Kia.

"Aku nanti aja deh Ki, belum tau mau pesen apa soalnya." jawab Fira.

"Kok gitu sih Ra, masa ke sini cuman aku aja yang jajan."

"Bukan gitu Ki, aku lagi gak tau mau makan apa."

"Ya udah deh aku pesen sendiri aja, kamu tunggu sebentar gak papa?" Fira hanya menganggukan kepala sebagai jawaban.

Tak beberapa lama Kia datang membawa 2 buah jus di tangannya. Lalu menyodorkan satu kepada Fira.

"Ini apa Ki?"

"Aku sengaja beli dua, masa aku jajan sendiri."

"Ya ampun Ki, kenapa mikirin aku sih. Aku juga bakal pesen sendiri, kalau gini kan jadi ngerepotin kamu."

"Fira kamu kayak sama siapa aja. Aku kan sahabat kamu, jadi stop merasa gak enak gitu sama aku."

"Makasih yah Ki."

"Sama-sama."

Di saat mereka tengah asik mengobrol suara seseorang mengalihkan obrolan mereka. Yang tak lain Mirza dan ada Elang di belakangnya. Kedua most wanted itu menghampiri Fira.

"Hai Fira." ucap Mirza menyapa Fira. Sedangkan Fira hanya tersenyum kikuk.

"Kakak kok gitu, masa Fira aja yang di sapa." cibir Kia.

"Eh lupa hai Kia."

"Hai juga kak Mirza." jawab Kia antusias.

"Za ayo tadikan lo..," ucapan Elang terhenti begitu Mirza mendahului ucapannya.

"Bentar napa Lang, kita nyantai dulu di sini."

"Za tapi..,"

"Ayolah Lang duduk dulu bentar." mau tak mau Elang pun menyetujui ajakan sahabatnya ini. Mereka berempat duduk saling berhadapan.

"Kalian kok gak pesen makanan?" tanya Mirza melihat kedua gadis di depannya hanya duduk ditemani minuman saja.

"Ini kak katanya Fira lagi gak tau mau makan apa." jawab Kia.

"Kok gitu sih Ra?" Mirza menatap Fira yang terlihat duduk gelisah.

"Itu kak, aku..," tiba-tiba saja saat Fira berbicara seseorang di sampingnya menyenggol Fira. Dan dapat Fira rasakan cairan basah mengenai seragamnya.

"Ups" ucap orang itu yang ternyata Felycia.

"Lo apaan sih Fel" teriak Elang melihat kelakuan Felycia.

"Gue gak sengaja." ujar Felycia tanpa rasa bersalah.

"Lo gak punya mata apa? Makannya jalan itu pake mata." peringat Elang. Semua orang di sana diam menyaksikan Elang yang sedang berteriak.

"Lang kok kamu yang marah sih, aku kan..,"

"Diem lo. Bisanya buat onar aja."

"Udah kak, aku gak papa kok." ujar Fira menghentikan perdebatan kakak kelasnya.

"Gak papa gimana Fira, dia..,"

"Udah Lang. Kendaliin emosi lo." Mirza mencoba menenangkan Elang.

"Sekarang gue minta lo minta maaf sama Fira" suruh Mirza kepada Felycia.

"Gue gak mau." jawab Felycia.

"Lo udah salah gak mau minta maaf."

"Gak sudi gue minta maaf sama si cupu. Udah untung cuman minuman yang kena baju dia. Harusnya dia bisa lebih dari itu, cewek kayak dia emang pantes di gituin biar dia nyadar diri." teriak Felycia terang-terangan menghina Fira. Sedangkan Elang terlihat mengepalkan tangannya mendengar ucapan Felycia.

"Eh nenek sihir, jaga ucapan lo yah, gak berhak lo ngehina Fira kayak gitu." Kia angkat bicara karena tak terima sahabatnya diperlakukan semena-mena.

"Udah Ki, ini cuman minuman biasa aja kok."

"Fira sekali aja kamu jangan kayak gini. Dia makin berani kalau kamu cuman diem aja."

"Gak papa Ki, kalau gitu aku duluan yah." ujar Fira sembari mengelus pundak Kia dan pergi.

***

Fira berlari menuju kamar mandi, Fira mengunci pintunya dengan cepat. Fira tak kuasa menahan tangis. Ia tumpahkan semua cairan bening yang tersimpan di pelupuk matanya.

"Ya allah kenapa bisa seperti ini? Apa salah ku sampai banyak orang yang selalu menghinaku. Apa aku tidak bisa hidup tenang. Aku hanya ingin menikmati sekolah dengan tenang. Tapi kenapa ini yang selalu aku dapatkan. Apa karena aku memang tak pantas bahagia? Sebenarnya aku lelah, aku ingin seperti orang lain yang menikmati hidup seperti yang mereka inginkan. Aku ingin sekali membalas ucapan mereka. Hinaan mereka kepadaku. Tapi aku tau ini hanya cobaan darimu agar aku bisa bersabar. Aku juga tidak ingin membalas kejahatan mereka. Jadi hamba minta berikan banyak kesabaran dan keikhlasan untuk bisa menghadapi mereka." ucap Fira di barengi air mata.

Fira menyeka kembali air matanya.

"Kamu harus kuat Fira. Tujuanmu hanya untuk mencari ilmu di sini, dan ingatlah Allah selalu ada bersama mu." monolog Fira menyemangati diri. Sebelum keluar Fira terlebih dahulu membersihkan bekas minuman di seragamnya. Untung saja hanya air teh manis biasa, kalau minuman berwarna Fira bisa kesulitan membersihkannya.

Begitu keluar sudah ada Kia yang menunggunya di dekat pintu kamar mandi.

"Kia kamu di sini?" bukannya menjawab Kia berhambur memeluk Fira.

"Ada apa Ki?"

"Ra kenapa kamu bisa setegar ini. Udah Ra, jangan bersikap seakan kamu kuat. Aku tau perasaan kamu sebenarnya." ujar Kia menatap Fira.

"Aku harus gimana Ki, aku gak bisa membalas kejahatan dengan kejahatan lagi."

"Seengganya kamu bisa jawab ucapan mereka Ra. Udah cukup hinaan yang selama ini kamu dapatkan."

"Dengan adanya kamu aku udah bahagia Ki. Jadi gak masalah kalau orang lain menilai aku seperti apa. Kamu selalu bersama ku aja itu cukup Ki."

"Kamu begitu hebat Ra. Aku aja belum tentu bisa kayak kamu."

"Makasih yah Ki kamu mau jadi sahabat aku."

"Aku lebih beruntung punya sahabat seperti kamu Ra." mereka berdua saling berpelukan, saling menyemangati satu sama lain.

"Kita ke kelas Ki." ajak Fira.

"Yuk Ra." kedua sahabat itu berjalan beriringan menuju kelas. Mata Kia tak henti menatap kagum Fira. Kia merasa begitu bahagia karena mendapat teman sekaligus sahabat seperti Fira. Firanya yang tak pernah mengeluh dengan apapun yang menimpa hidupnya. Selalu mencoba ikhlas dan bersabar. Yah Begitulah seorang Zhafira Qalesya.

****

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote+komennya. Supaya aku bisa cepet update lagi.

Bandung, 26-April-2020

21.27

Ys.

Zhafira (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang