Part - 49

742 31 2
                                    

"Ra, gimana rasanya satu ruangan sama Pak Elang? Beruntung banget lo." Celetuk Raya membuat Fira yang tengah mengunyah makan siangnya terdiam.

"Biasa aja kok." Fira kembali mengunyah nasi goreng di depannya. Sedangkan Hana dan Raya hanya menatapnya.

"Kenapa kalian natap aku terus?" Ucap Fira.

"Masa sih biasa aja? Kalau gue jadi lo, pasti seneng pake banget." Raya malah heboh sendiri menyatakan pendapatnya.

"Mana mau Pak Elang satu ruangan sama lo Ray." Cibir Hana membuat Raya mengerucutkan bibirnya kesal.

"Gitu banget sih lo sama gue Han." Raya memasang wajah memelas.

"Salah sendiri ngarep ketinggian." Ujar Hana sambil terbahak melihat kengenesan sahabatnya.

"Eh Ra, lo beneran gak ada rasa sama Pak Elang? Secarakan setiap hari lo deket terus sama doi?" Tanya Raya masih dengan mode kepo.

"Kenapa nanya begitu?" Fira membenarkan duduknya karena selesai menyelesaikan suapan terakhirnya.

"Ya ampun Fira, semua orang di sini juga tau kali Pak Elang itu super duper ganteng. Paket kompit dah pokoknya. Gue tebak, lo pasti ada rasa juga kan sama Pak Elang, ayo ngaku." Goda Raya dengan senyum jailnya.

"A..apaan sih kalian, enggak kok." Jawab Fira gugup.

"Kok jawabnya gugup gitu. Ngaku aja sih, sama kita gak perlu malu kali Ra." Kini Hana ikut-ikutan menggoda Fira.

"Terserah kalian aja deh." Jawab Fira pada akhirnya. Keduanya malah menertawakan Fira.

"Eh gue sampe lupa, gue punya berita nih." Ujar Raya tiba-tiba.

"Berita apaan?" Tanya Hana penasaran. Fira juga penasaran, makannya diam menunggu penjelasan Raya.

"Tadi pas gue mau ke sini, gak sengaja ketemu nenek sihir. Kayaknya mau ke ruangan Pak Elang deh." Ujar Raya.

Kapan? Kok aku gak liat? Tentu saja pertanyaan itu hanya dapat Fira ucapkan dalam hati.

"Lo gak tau Ra?" Fira menggeleng sebagai jawaban.

"Sampe sekarang gue masih kepo, sebenernya dia beneran calon istri Pak Elang bukan. Masa mau-maunya Pak Elang sama dia. Cantik enggak, kayak nenek sihir sih iya." Hana refleks memukul bahu Raya mendengar celetukannya.

"Apa sih Han. Sakit tau." Raya meringis setelah mendapat pukulan Hana.

"Lo asal ceplos, kalau misal dia denger gimana."

"Emang kenyataan gitu kan." Mereka berdebat tanpa menghiraukan Fira yang terdiam membisu.

"Ra, menurut lo Pak Elang beneran mau nikah sama si nenek sihir?" Tanya Raya membuat Fira langsung tersadar.

"Aku gak tau. Mungkin aja iya." Jawab Fira.

"Kasihan Pak Elang dong dapet nenek sihir kayak dia."

"Jangan gitu Ray, kalau dia tau kamu ngomongin dia gimana." Ucap Fira menasehati temannya ini. Yang suka sekali menghujat wanita yang dekat dengan bos nya.

"Tuh dengerin." Ujar Hana menimpali. Raya seketika diam, karena dinasehati dua temannya.

- - - - - -

Setelah jam istirahat berakhir, mereka kembali ke ruangan masing-masing. Fira membuka pintu di depannya tanpa melihat dengan jelas terlebih dahulu. Saat matanya menatap ke depan raut wajah Fira seketika berubah. Fira hanya bisa terdiam seperti patung. Di depannya Adriana tengah duduk di pangkuan sang bos. Pemandangan yang terlihat begitu intim untuk Fira. Lidah Fira rasanya begitu kelu untuk sekedar bersuara. Alhasil Fira hanya berdiri seperti orang bodoh. Sepertinya suara decitan pintu tadi membuat kedua orang di depannya ikut menoleh. Raut wajah Elang tentu saja terkejut melihat kehadiran Fira. Elang segera menyingkirkan Adriana dan bangkit.

"Kemana sopan santun lo, main masuk sembarangan aja." Teriak Adriana memarahi Fira.

"Ma..maaf saya.."

"Dasar cewek kampung. Lo gak pantes kerja di sini. Gue minta..,"

"Diam Adriana!" Bentak Elang menghentikan Adriana.

"Sayang, kamu belain dia? Jelas-jelas aku calon istri kamu." Bela Adriana tidak terima.

"Pergi dari sini!" Teriak Elang.

"Sa..,"

"Pergi!" Tegas Elang kembali. Nyali Adriana seketika ciut dengan kemarahan Elang. Dengan patuh Adriana berniat keluar. Tapi sebelum itu Adriana menatap tajam ke arah Fira.

"Awas aja lo cewek kampung!" Adriana menutup pintu dengan bantingan keras. Sampai bahu Fira ikut bergetar karena terkejut.

"Fira ini tidak seperti yang kamu lihat." Jelas Elang mendekat ke arah Fira.

"Itu hak Bapak, bukan urusan saya. Harusnya saya tidak lancang masuk."

"Aku tau kamu Fira. Aku bisa melihat dari wajah kamu." Fira tersenyum samar mendengar penjelasan Elang.

"Tau apa Bapak tentang saya? Yang jelas saya tidak peduli. Memangnya saya siapanya Bapak, sampai harus mendapat penjelasan seperti itu." Rahang Elang mengeras mendengar ucapan Fira. Dengan marah Elang menyudutkan Fira di antara dinding dengan tubuhnya.

"Lepasin saya! Saya peringatkan, jangan macam-macam Elang Damara Dirgantara." Fira menekan nama Elang dengan penuh amarah. Sedangkan Elang malah tersenyum smirk, semakin mengunci pergerakan Fira.

"Saya bilang lep.." kedua mata Fira membola saat ucapannya terhenti karena sesuatu membungkam bibirnya. Elang mencium Fira dengan tiba-tiba. Saat Fira akan berontak, Elang memperdalam ciumannya. Melumat habis bibir Fira yang sudah sejak lama ia dambakan. Tanpa memperdulikan Fira, Elang semakin dalam mencium Fira, barulah saat menyadari Fira akan kehabisan napas, Elang melepaskannya. Napas Fira memburu setelah ciuman itu berakhir.

"Apa yang Bapak lakukan?"

"Tentu saja mencium mu. Apa itu kurang jelas? Perlu aku ulangi lagi." Bisa-bisanya Elang menggoda Fira.

"Lancang sekali Bapak mencium saya. Saya tidak terima!" Elang tersenyum meremehkan.

"Oh ya? Tapi kamu tidak menolak'kan dan ikut menikmatinya."

"Sa..ya tidak menikmati, Bapak yang memaksa saya." Tegas Fira.

"Berhenti membohongi diri kamu sendiri Fira. Mau sampai kapan kita seperti ini." Lirih Elang menatap dalam mata Fira.

"Tidak ada yang namanya Kita, di antara Bapak dan saya!" Ucap Fira menyangkal ucapan Elang.

"Kita lihat saja nanti." Elang menyelipkan anak rambut Fira ke belakang telinga gadis itu. Lalu mengusap pipi yang terlihat merona. Elang mendekatkan wajahnya dengan telinga Fira untuk berbisik.

"Kamu berharga dalam hidup aku Fira. Dan selamanya akan begitu." Elang menghentikan sejenak ucapannya "Tidak ada  wanita lain di hati aku, selain kamu Fira." Elang kembali mencuri satu kecupan di pipi Fira. Dengan santainya Elang meninggalkan Fira yang diam menatap kepergiannya. Fira memegang dadanya yang bergemuruh. Mencoba mencari napas sebanyak-banyaknya. Rasanya Fira merasa begitu sesak. Ada apa dengan dirinya?

******

Tadinya mau up kemaren, cuman baru kesampean sekarang. Maaf ya:v

Tapi masih pada nungguin up kan?

Pantengin terus ya!

Jangan lupa vote+komen😉

Bandung, 08 Maret 2021

23.05

Ys.

Zhafira (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang