"Ini.." Fira terkejut saat Elang membawanya ke tempat yang begitu Fira sukai. Fira tidak menyangka dia menginjakan kakinya lagi di tempat ini. Di sinilah mereka berada. Di sebuah tempat yang terdapat rumah pohon. Tapi tunggu, Fira merasa ada yang aneh sekarang. Fira menengok Elang dengan penuh tanda tanya.
"Inikan tempat..bagaimana kakak bisa tau?" tanya Fira. Elang tidak langsung menjawab pertanyaan Fira.
"Kita duduk dulu di sana!" Elang mengajak Fira duduk di bawah rumah pohon itu.
"Jawab pertanyaan aku kak? Kenapa kakak bisa tau?" tanya Fira lagi.
"Menurut lo."
"Ini gak mungkin. Karena yang tau tempat ini cuman aku dan.." Fira menatap Elang tidak percaya.
"Damar.." ucap Elang.
"Jadi kakak?" Fira menutup mulutnya seketika.
"Gue Damar. Damarnya Rara." ucap Elang.
"Gak mungkin, bagaimana bisa?"
"Kenapa? Lo gak percaya? Gue emang Damar. Coba lo inget tentang kenangan kita dulu!" ingatan Fira pun melayang untuk mengingat kejadian bertahun-tahun lalu.
Flashback
Saat itu seorang gadis kecil berlari-lari di kejar teman laki-lakinya. Gadis itu tertawa riang saat dirinya berhasil ditangkap.
"Kak Damar curang." gadis itu mencoba melepaskan dirinya.
"Curang apa? Kakak gak curang, Raranya aja yang larinya lemot." gadis yang di sebut Rara itu melotot kepada Damar.
"Rara gak lemot. Pokoknya kak Damar curang!" ujar Rara tak mau kalah.
"Iya deh terserah Rara. Kamu gak cape?" Damar melihat kening Rara bercucuran keringat.
"Rara cape!"
"Ya udah, kita istirahat dulu." mereka duduk berdua di bawah rumah pohon. Dengan santainya Damar mengusap keringat Rara dengan tangannya.
"Cape banget yah?"
"Iya kak Damar."
"Nama aku Elang Rara, bukan Damar." jelasnya.
"Rara maunya kak Damar bukan Elang." kekeh Rara.
"Tapi nama aku, Elang Damara Dirgantara."
"Tuh kan, ada Damara nya. Jadi suka-suka aku lah. Kakak juga kenapa panggil aku Rara?"
"Karena aku mau panggilan nya beda. Jadi aku panggil kamu Rara." Rara tersenyum memamerkan giginya.
"Kak Damar itu punya Rara. Rara sayang kak Damar." Rara memeluk Damar.
"Iya kakak cuman punya Rara."
"Tapi Rara sedih, kenapa orang lain gak mau main sama Rara. Rara merasa di asingkan kalau di sekolah." adu Rara.
"Jangan di dengerin. Yang penting ada kakak yang selalu di sini. Buat Rara." Damar mencoba menenangkan Rara. Damar sangat sayang pada Rara. Pertama kali dia melihat Rara di ejek oleh temannya. Saat itu Rara kelas 4 dan dirinya kelas 5. Dan dari situlah Damar mulai berteman degan Rara. Sampai sekarang sudah 1 tahun mereka berteman. Raranya yang lucu. Membuat Damar selalu gemas. Apalagi dengan rambut kepangnya. Yang selalu membuat Damar ingin memainkannya.
Sampailah di hari yang membuat Rara merasa sedih. Saat itu Rara menunggu Damar di rumah pohon. Rara berniat memberi tahu Damar kalau ia meraih peringkat satu, dan naik ke kelas 6. Tapi sudah beberapa jam Damar tak kunjung datang. Rara memutuskan naik ke rumah pohon. Dengan hati-hati ia mulai menaiki tangga satu persatu. Ternyata Damar juga tidak ada. Perasaan Rara mulai tidak enak. Rara melihat sebuah surat tergeletak di sana. Ia pun mulai membacanya.
Untuk Rara.
Rara, maaf kakak gak bisa nepatin janji kakak. Kakak gak bisa ada di samping kamu lagi. Kakak harus pergi. Karena orang tua kakak memaksa kakak pergi. Maafin kakak, tolong jangan benci kakak. Kakak janji suatu hari nanti, kakak bakal kembali. Seperti ucapan kamu. Kalau kak Damar punya Rara. Dan akan selalu menjadi milik Rara.
Kak Damar.
Air mata Rara bercucuran membaca surat dari Damar.
"Kenapa kak Damar pergi. Rara sayang kak Damar." dari kejadian itu Rara terus bersedih. Dan Rara jarang main ke rumah pohon. Karena Rara merasa sedih jika ia mengingat kepergian Damar.
Flashback off
"Kak Damar" air mata Fira menetes sembari menatap Elang. Fira tidak percaya kalau kak Damarnya sudah kembali. Rara merasa bodoh, karena tidak sadar kalau Elang itu adalah Damar. Orang yang selama ini ia rindukan.
"Rara.." Elang membawa Fira ke dalam pelukannya. Bahkan Elang ikut meneteskan air mata.
"Kakak jahat..kenapa kakak tinggalin aku.." Fira memukul pelan dada bilang Elang.
"Maafin kakak.." Fira melepaskan pelukannya.
"Selama ini kakak kemana?"
"Saat itu orangtua aku maksa aku kembali ke Jakarta. Awalnya aku nolak. Aku gak mau ninggalin kamu. Tapi aku gak bisa Rara." jelas Elang.
"Aku nungguin kakak dari lama. Aku pikir kakak gak bakal kembali." Fira menundukan kepalanya.
"Bagaimana mungkin, kakak pasti kembali. Kakak udah janji." Fira tersenyum. Ia sangat bahagia Damar nya kembali. Apalagi panggilan Elang berubah, tidak memakai "lo-gue" lagi.
"Tapi kenapa kamu gak sadar kalau aku adalah Damar?" tanya Elang.
"Karena wajah kakak berubah. Aku gak sadar nama kakak emang persis seperti yang di ucapkan kak Damar waktu itu."
"Wajah aku makin tampan yah? Sampe kamu gak inget gitu?" Fira merona mendengarnya. Memang benar yang di ucapkan Elang. Tapi Fira malu untuk mengakuinya.
"Kenapa pipi kamu jadi merah gini?" Fira mencubit tangan Elang pelan.
"Kakak apaan sih." Elang tertawa melihat tingkah Fira. Sudah lama ia tidak melihat tawa bahagia Fira. Padahal dari dulu, tawa Fira yang Elang sukai.
"Rara aku minta maaf." ujar Elang tiba-tiba.
"Kenapa kakak minta maaf?"
"Karena tadi pagi sikap aku buruk sama kamu. Aku terbawa emosi."
"Gak papa kak. Aku juga gak marah."
"Aku begitu emosi saat mendengar kabar kalau kamu jadian sama Mirza. Aku takut. Aku takut Rara di milikin orang lain." hati Fira merasa hangat mendengar penuturan Elang.
"Tapi aku gak jadian sama kak Mirza." Elang mengangguk pelan.
"Aku tau. Aku juga sadar kebodohan aku. Kenapa aku percaya sama kabar yang gak jelas kebenarannya. Dan sekarang aku lega ternyata kamu gak jadian sama Mirza." Fira tersenyum simpul.
"Boleh aku tanya sesuatu?" tanya Elang yang di jawab anggukan oleh Fira.
"Kenapa kamu nolak Mirza? Padahal bukannya dia terus deketin kamu? Kamu beneran gak ada perasaan sama dia?" Fira perlu beberapa saat untuk menjawab pertanyaan Elang. Padahal Elang sudah tau apa penyebab Fira menolak Mirza. Tapi Elang ingin mendengarnya langsung dari Fira.
"Aku emang gak ada perasaan sama kak Mirza. Aku menganggap kak Mirza cuman teman kak. Sebenarnya aku menolak kak Mirza itu karena..." Fira menggantungkan ucapannya.
"Karena.." ulang Elang menunggu jawaban Fira.
"Ayo katakanlah Fira. Apa yang aku pikirkan memang benar? Aku menunggunya Ra." batin Elang tidak sabar mendengar jawaban Fira.
*****
Hai✋
Gimana part kali ini? Sengaja aku gantung😁 supaya kalian penasaran.
Kalau mau aku cepet up lagi, jangan lupa votenya yah. Seberapa pun vote akan aku hargai. Yang terpenting ada yang memvote aja aku udah seneng😊
Bandung, 19 juni 2020
20.23
Ys.
![](https://img.wattpad.com/cover/215510534-288-k891000.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Zhafira (End)
Teen FictionZhafira Qalesya, gadis cantik yang berpenampilan layaknya seorang kutu buku di hadapkan dengan Elang Damara Dirgantara, cowok most wanted di sekolahnya. Yang begitu banyak di puja oleh kaum hawa. Hingga akhirnya percikan cinta mulai mereka rasakan...