part - 8

1.2K 69 0
                                    

Hari minggu seperti biasa bagi Fira untuk melakukan olahraga pagi hari. Seperti joging. Setelah membereskan rumah Fira bersiap memakai sepatu untuk melakukan kegiatan yang akan dilakukannya.

Fira berlari-lari kecil di samping jalan. Fira melihat banyak orang yang melalukan juga joging. Fira hanya tersenyum begitu melewati beberapa orang tengah joging berpasangan. Tapi anehnya bukannya joging mereka malah berjalan biasa sambil berpegangan tangan. Ada juga pria yang hanya diam di seberang jalan hanya untuk menggoda gadis yang lewat. Fira hanya menggelengkan kepalanya.

Namun tak selang lama langkah Fira terhenti begitu melihat orang yang berlari berlawanan arah dengannya.

"Aduh, kenapa ada kak Elang sama kak Mirza di sini." batin Fira melihat kakak kelas most wanted di sekolahnya.

"Apa aku balik arah aja yah." pikir Fira.

Baru saja Fira akan berbalik arah, begitu suara bariton membuatnya mengurungkan niat.

"Fira!"

Terpaksalah Fira menengok dan mencoba tersenyum.

"Eh ada kak Mirza sama kak Elang." Mirza membalas senyum Fira sedangkan Elang hanya diam saja.

"Kamu joging juga Ra?" tanya Mirza basa-basi.

"Iyah kak."

"Kenapa sendiri? Gak sama temen kamu itu? Siapa namanya yah?" Mirza terlihat berpikir.

"Kia kak." sahut Fira.

"Oh iya Kia, aku lupa."

"Kebetulan Kianya lagi ada urusan kak, jadi aku sendiri."

"Oh gitu." Mirza melihat sahabatnya hanya diam saja. Mirza pun menyenggol tangan Elang.

"Apasih lo Za?" tanya Elang bingung.

"Lo kenapa diem aja sih Lang, ngomong kali. Kayak orang sariawan aja lo." canda Mirza.

"Gak lucu. Mau lo gue bicara apa?"

"Ya apa ke, daripada diem."

"Males gue." Fira hanya menyaksikan perdebatan kecil sahabat itu.

"Ra berhubung kita ketemu di sini, mending kita cari makanan dulu, lo belum sarapan kan?" tanya Mirza tiba-tiba.

"Za lo..," Elang baru akan protes saat Mirza memberinya kode lewat mata supaya diam.

"Gimana Ra?" Fira terlihat berpikir.

"Apa aku bohong aja yah bilang udah sarapan. Tapi kata ibu gak boleh berbohong." Fira merasa bimbang.

"Em boleh kak, aku belum sarapan kok." akhirnya Fira memutuskan untuk tidak berbohong. Mirza merasa bahagia mendengarnya.

"Ya udah Ra, kita ke tempat bubur ayam kesukaan aku yah." Fira hanya mengangguk setuju.

***

"Kenapa gak di makan Ra? Gak suka yah?" tanya Mirza yang melihat Fira diam saja sambil mengaduk-ngaduk bubur ayam.

"Eh ini aku makan kok kak." yang jadi permasalahan Fira adalah bukan karena bubur ayamnya. Tapi karena tatapan Elang yang duduk di depannya. Dengan canggung Fira memakannya. Tetapi lama kelamaan Fira merasa risih dengan tatapan Elang yang menatapnya intens. Sampai tanpa sengaja Fira tersedak karena saking buru-buru ingin segera menghabiskannya. Untunglah Mirza dengan cepat memberinya air.

"Pelan-pelan Ra." Mirza mengelus pelan punggung Fira. Entah kenapa Elang langsung berdiri melihat kejadian di depannya. Dengan kasar Elang menyimpan mangkuknya.

"Udah baikan Ra?" tanya Mirza.

"Udah kak. Makasih yah."

"Lain kali makan itu hati-hati. Rusuh banget kayak ada yang mau nerkam kamu." sontak mendengar ucapan Mirza Fira menoleh ke arah Elang.

"Selesai dramanya. Ayo Za kita cabut!" ajak Elang sinis.

"Lo apaan sih Lang. Belum abis juga, malah ngajak pergi." protes Mirza.

"Jangan banyak nanya deh Za. Niat lo kan mau joging bukan mau ngegoda cewek." dengan sengaja Elang menekan kata "ngegoda" sembari melirik Fira.

"Ya elah Lang. Ya udah deh lo tunggu gue mau bayar dulu."

"Eh kak, bentar ini sekalian aku juga mau bayar." potong Fira.

"Fira..fira gak usah kali. Biar gue aja."

"Tapi kak..,"

"Stop, gak ada bantahan." Fira hanya menghembuskan nafas pasrah.

***

Fira terlihat mundar-mandir menunggu angkutan umum untuk ke sekolah. Fira melirik jamnya. Perlu waktu 20 menit untuk sampai. Apalagi hari ini hari senin. Ada upacara. Fira sangat gelisah.

"Angkot mana yah. Kok gak ada-ada. Apa aku lari aja yah." pikir Fira. Akhirnya Fira memutuskan untuk berlari. Napas Fira sudah ngos-ngosan padahal jarak masih jauh. Tak lama terdengar suara deru motor di belakangnya. Dan benar saja seseorang berhenti di depannya dan membuka helm.

"Kak mir..za" ucap Fira terbata-bata.

"Ya ampun Ra, ngapain lari-lari."

"Itu kak, daritadi aku nungguin angkot tapi gak ada." jelas Fira.

"Bareng gue aja, ayo naik." tawar Mirza.

"Aku..,"

"Jangan banyak mikir Ra, cepet naik daripada telat loh. Mana bentar lagi upacara."

"Ya udah kak."

Selama di perjalanan Fira hanya diam saja. Tetapi sebenarnya Fira tengah memikirkan bagaimana jika orang lain salah mengartikan begitu melihatnya bersama Mirza. Dengan penuh keberanian Fira pun berucap.

"Kak" ucap Fira

"Apa Ra?" sahut Mirza.

"Em nanti turunin aku agak jauh dari gerbang yah."

"Loh emang kenapa Ra?"

"Anu kak..itu.."

"Jangan pikirin orang lain Ra."

'Tapi..," Mirza malah menambah kecepatan sebelum Fira menyelesaikan ucapannya.

Ternyata Mirza tidak mendengarkan permintaannya. Mirza malah memberhentikan motornya di depan gerbang sekolah. Hal yang Fira pikirkan pun menjadi kenyataan. Banyak mata yang menatapnya sinis. Dengan perlahan Fira turun dari motor mewah Mirza.

"Makasih kak." Fira tak lupa mengucapkan terima kasih.

"Sama-sama masuk gih. Gue parkir dulu motor."

"Iya kak."

Fira berjalan menunduk melewati beberapa siswa yang menatapnya. Fira tak berani menaikan dagunya. Fira tidak ingin melihat tatapan menghina orang lain lagi kepadanya. Tetapi memang begitulah nasibnya, selalu saja di pandang meremehkan semua orang. Fira tidak tau sampai kapan semua ini akan berakhir. Apakah Fira harus menunggu waktu yang lama lagi, agar orang-orang bisa menghargainya? Dan menganggap keberadaannya?

****

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote+komennya supaya aku bisa cepet update lagi.

Bandung, 13-april-2020

23.51

Ys.

Zhafira (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang