Dari sekian banyak afirmasi yang diketahui Jungkook, mengapa Jina harus menyembunyikan sebuah masalah terbesar dalam hidupnya? Tentu ada rasa keterkejutan yang diterima oleh gadis itu sesaat ia mengundarakan sepotong aksara. Tentu Jungkook tak ingin memaksa kembali, Jina bukanlah gadis yang mudah dituntut dalam hal kejujuran. Namun sepertinya, Jungkook begitu memiliki pengharapan yang lebih besar setelah berhasil memohon.
Sepenggal pertanyaan yang Jungkook leburkan memiliki persamaan selayaknya bom atom yang meledak dihadapannya tanpa sekelabat persiapan yang lebih dulu bertahan dibalik benteng. Tak terprediksi bagaimana gadis Jeon itu dapat merasakan aliran darah diantara beberapa jalurnya meremang, jantungnya seakan dipaksa bekerja keras dalam satu dentingan waktu. Garis guratan yang melingkari serautnya sukar didefinisi, barangkali Jina tak dapat memecah sunyi yang kelewat pekat membentangi lantaran pupil Jungkook yang menyorot kedua belah netranya begitu dalam tanpa kedip barang sejemang.
Sejumput kegugupan perlahan merangkak membanjiri area pelipis yang telah bercucuran keringat dingin. Sekujur tubuhnya mengkristal bersama bilah labium yang enggan melajukan sepotong aksara. Kendati sebilik ruangan pola pikirnya digerayangi oleh riuh yang berujung tak mampu mematahkan pertanyaan atau sekedar mengundarakan alibi.
Gelenyar dalam dada kian membara seiring detak waktu menginvasi memberikan deretan dentingnya. Jelaga bertabur hitam pekat dibalik awan kelabu seolah menitahkan untuk tetap bertahan selayaknya diseret lebih jauh pada ketakutan yang kian membelenggu. Jina telah merasakan atmosfer yang melingkupi terasa jauh lebih senyap lantaran gelembung sunyi yang menggebu terasa mencekik diri terjerembab pada kubangan neraka.
Barangkali dusta yang ia lonjarkan sama sekali tak membuat pemuda Jeon itu dilingkupi kepercayaan kendati segala asa yang telah ia rangkum terkuak—tak ada celah lagi sekiranya Jina menemukan ruang untuk mengelak. Sepercik rasa bersalah mengaliri denyut nadi yang menyembur pada sekelabat rongga dada taktala kepingan jelaga kepunyaan si Jeon berangsur meredup pada pijar yang berkilat dibalik retinanya.
"Ji, kumohon jujurlah."
Jika Jina pikir segala asa yang ia kubur sejauh mungkin dibalik tanah yang meratapi dusta tanpa satu orang yang mengetahui seluk-beluk perkara yang tengah ia lakoni dibalik bilik kebohongan, semuanya akan berjalan tanpa diungkit atau tak terdeteksi barang sekali. Namun laju aksara yang berkumandang dibalik celah bibir Jungkook melahirkan ketakutan yang tak mampu diluruhkan lantaran seraut si Jeon tersampir percikan kecewa bersaaman dengan intonasi tercekat mendengung memasuki rungunya. Jina tahu bahwasanya seluk-beluk pemuda Jeon itu tak hanya melampirkan amarah. Tetapi,
Seseorang yang pembohong.
Menutupi dan meratapi semua kejadian seorang diri. Tanpa sekalipun untuk mencoba mengungkitnya dasar kepermukaan laut yang membatasi antara dusta pun kegilaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐎𝐍 𝐀𝐌𝐎𝐔𝐑
PuisiHighest Rank : 1# Btsimage 1# Kpopfanfiction Genre : Romansa - Drama Rahasia-rahasia dipendam, terkubur jauh bersama kehidupan kelam. Rahasia adalah sebuah kunci sebagai jawaban untuk orang yang memilih bungkam, melindungi semuanya. Kalimat tanya be...