Matahari mulai merangkak naik menuju puncaknya, siulan burung-burung merdu nampak terdengar dari sisi kanan dan kiri untuk menyambut hari yang baru. Dengan sinar mentari yang begitu pekat masuk tajam menilik retina mata, gadis berambut acak-acakkan itu kini tengah menuruni undakan tangga nya dengan wajah bantal; sehabis tidur. Mulai menguncir surai legamnya guna memperbaiki rambutnya, kelopak mata yang bahkan hampir tertutup separuh. Melangkahkan sepasang tungkai kearah dapur guna mengisi perut dengan sekotak susu ataupun makanan, Jina dapat menemukan seorang wanita paruh baya yang kini sedang berkutat didapur. Diatas meja pantry huniannya sudah terdapat beragam jenis sarapan pagi.
"Ahjumma." suara serak yang mengalun, Jina mencoba membuyarkan aktivitas Kim Ahjumma yang nampak serius hingga tak menyadari langkah kedatangannya. Sekon selanjutnya membuat atensi wanita paruh baya itu terdistraksi taktala Jina mencoba memanggil kembali.
"Ahjumma sedang memaksa apa? Ada yang perlu Jina bantu, tidak?" Jina sangat ingin sekali membantu dengan binaran mata nampak bersemangat. Barangkali Ahjumma membutuhkan beberapa bahan lainnya atau sejumput garam dari kulkas.
"Sebenarnya makanannya sudah selesai," perubahan terlihat kentara yang terpampang pada seraut wajah gadis itu usai Kim Ahjumma menjawab. Mencoba mengulas senyum tipis, wanita paruh baya itu kembali menyambung, "Tapi sekarang Ahjumma membutuhkan dirimu untuk mengambilkan secangkir madu yang sudah Ahjumma siapkan diatas meja sana. Kau bisa mengambilkannya sekarang." rupanya Ahjumma sudah paham betul sebagaimana seraut wajah Jina akan berubah menjadi lesu apabila pekerjaan rumah yang dikerjakannya sudah dapat terselesaikan semua. Harap-harap dengan kalimat pintaan itu dapat membuat wajah Jina kembali cerah.
Nampaknya, seraut wajah lesu kembali berubah ceria selepas Kim Ahjumma mengundarakan kalimat pintaan untuknya. Disusul dengan kalimat sahutan bersemangat setelahnya, "Ne. Aku akan mengambilkannya sekarang," bergerak gesit kearah meja pantry, kedua tangannya mulai mengambil secangkir madu yang sudah diperintahkan oleh wanita paruh baya itu.
"Gomawo Jina-ya."
"Ahjumma. Jina ingin bertanya satu hal."
─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚───
Sejengkal ingatannya mengingat bagaimana seraut wajah yang ditunjukan tepat dihadapan sepasang netra itu nampak berbeda. Jina dapat merasakan ada sesuatu yang tak beres manakala balasan yang disalurkan melalui mimik wajah Kim Ahjumma sewaktu membuat makan malam begitu berbeda, yang berbanding balik sekali pada saat ia mengundarakan sejenis pertanyaan kepada wanita itu. Mungkin privasi yang tak seharusnya ia lucutkan menjadi sebuah pertanyaan itu dapat ditahan karena tahu, memang terkesan begitu gamblang.
"Ahjumma, bisakah kau ceritakan dimana kedua orang tua Jungkook Sunbae? Mengapa mereka berdua membiarkan anaknya hidup seorang diri bersamamu dan pelayan lainnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐎𝐍 𝐀𝐌𝐎𝐔𝐑
PoetryHighest Rank : 1# Btsimage 1# Kpopfanfiction Genre : Romansa - Drama Rahasia-rahasia dipendam, terkubur jauh bersama kehidupan kelam. Rahasia adalah sebuah kunci sebagai jawaban untuk orang yang memilih bungkam, melindungi semuanya. Kalimat tanya be...