32|| Stay Gold

317 137 274
                                    

Pada akhirnya tirai mata yang terpejam pulas itu dapat terbuka perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada akhirnya tirai mata yang terpejam pulas itu dapat terbuka perlahan. Agaknya merasa bingung lantaran tempat yang dipijakinya berisikan kegelapan yang begitu kentara. Kendati mencoba beradaptasi dengan hunian baru yang ditempatinya, kepingan gadis itu sejemang terpejam mencoba memilah-milah kejadian yang terjadi tempo lalu. Berupaya mengingat utuh kepingan yang telah berserakkan. Namun justru mendapatkan rasa denyutan nyeri tanpa permisi yang meliar pada tempurung kepalanya.

Barangkali Jina begitu dibutakan oleh rentetan yang sukar terprediksi lantaran tempurungnya serasa begitu dipenuhi kekosongan hingga sepucuk kekecewaan yang bersemayam dalam sebilik rongga dada terasa kuat menyentak jalur pikiran. Segelintir nyeri perlahan singgah diambang pertahanan manakala deretan usang dalam laci ingatan tersingkap. Kendati Jina memang tak sanggup menaruh amarah lantaran semuanya telah bertolak belakang atas apa yang tersampir dalam ujaran hati. Meski berujung kekecewaan yang singgah tak dapat meluruh akibat dentingan waktu yang mempermainkan segala perasaan asing dalam hati.

Pun sekarang rupanya ia telah terjebak dalam satu tempat. Segelintir denyutan nyeri kian menjalar, Jina berupaya total untuk segera bangkit, meski tubuhnya terasa akan remuk dalam satu waktu. Pusaran pupilnya sejenak bergulir, memindai banyak lingkup yang dipijakinya, agaknya, banyak peluang tanda tanya yang memenuhi kuriositas otaknya tengah menggema untuk segera dituntaskan. Kendati hanya bisa menemukan gelap yang tak berujung, tak ada satu pencahayaan pun yang didapatnya. Membuat tubuh ringkih itu meringkuk takut bersamaan dengan getar yang mulai terasa. Labium nampak pucat, dominan putih tulang yang melingkupi.

Barangkali ingin menyuarakan tolong pun terasa tenggorokan tercekat tak mampu berucap lagi, Jina begitu kepayahan untuk sekedar melafalkan satu atau dua patah aksara dari labiumnya lantaran keadaannya terasa begitu lemas; letih. Setengah nyawa yang belum tuntas untuk disadarkan, terpaksa pada akhirnya terbangun meski tampak otot-otot yang berkelidan rupanya tak bisa diajak untuk bekerja sama. 

Beserta seuntai tali yang nampak mengikat kuat tubuhnya membuat Jina semakin kepayahan untuk segera bangkit mencari seseorang meski tahu agaknya ruangan yang ditempatinya memang tak memuat satu orang pun dan nampaknya memang begitu sunyi. Terbukti bahwa Jina sama sekali tak mendengar hiruk-pikik kota yang biasanya begitu padat dengan deru mesin mobil, namun sekarang, hanya ada keheningan pekat yang menyelimuti. Sial sekali.

'Ceklek'

Sejemang kesadarannya ditarik kembali taktala suara dentuman pintu yang mendobrak habis gendang telinganya hingga membuat dirinya tersentak, terselip keterkejutan yang membara dalam dada bersamaan dengan degup jantung yang bererak abnormal. Terlampir keheranan pada seraut Jina, pun tanda tanya yang tak berbuah jawaban itu kian berlangsung dalam benaknya sesaat sosok perawakan tinggi tanpa permisi masuk ke dalam ruang gelap tersebut. Disertai pakaian serba hitam, sekaligus topi yang hampir menutupi serautnya.

Siapa dia? Mengapa aku ada disini?!

Agaknya merasa takut lantaran sosok bak penjahat tersebut kian memangkas spasi yang tertera pada keduanya. Diselipi rasa risau yang menggelayuti, Jina nyatanya tetap mencari perlindungan diri dengan satu persatu memundurkan langkahnya meski terasa sulit akibat jeratan tali yang belum sepenuhnya terlepas. Pun ditambah dengan seringaian tipis yang terpatri di sudut bibirnya, membuat Jina bertambah takut kendati ia tak lupa untuk selalu merapalkan do'a terbaik untuk dirinya sendiri meski gundah kian mencuat pada dinding dasar permukaan.

𝐌𝐎𝐍 𝐀𝐌𝐎𝐔𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang