Nyatanya takdir tak selalu memihak kepada seseorang yang berperilaku buruk saja. Takdir itu adil. Pada waktunya, semua akan menjadi giliran untuk dipertontonkan dengan adanya takdir yang beragam, sudah disusun oleh Sang Maha Kuasa diatas sana. Semesta memang penuh dengan keadilan. Sedikit dari itu, ia hanya ingin menguji orang dengan memberikan sedikit konflik yang kemudian semesta datang kembali sebagai balasan atau hadiah.
Tepatnya, seperti beberapa menit yang lalu setelah konversasi sedikit mengejutkan serta pengakuan dari Soyeon justru membuat Jungkook semakin berlarut yang tanpa sadar ia telah memasuki ucapan tersebut kedalam hatinya. Barangkali Soyeon memang selalu berperilaku baik didepannya, kendati pada waktu yang beriringan dengan kejadian itu, Jungkook semakin muak dan melajurkan kata benci yang tersirat dalam jiwa Soyeon.
Begitu tak mengertinya Jungkook atas tindakan bodoh yang dilakukan gadis bermarga Jo tersebut untuk mendapatkannya, hingga-hingga gadisnya, Jeon Jina mendapatkan luka fisik yang seharusnya tidak terjadi jika saja kemarin ia mencoba meluluhkan pemikiran serta rasa egoismenya kepada Jaehyun, mungkin kejadian bisa berubah. Namun semestinya, ia rasa, tak ada gunanya untuk menyesali karena pada dasarnya, kejadiannya sudah berlalu di hadapan mata. Tak dapat memutar waktu, Jungkook hanya bisa sedikit menyimpan rasa sesalnya dalam-dalam.
Egoisme nya memang tak dapat terkalahkan, membuat Jina harus menjadi sasaran empuk Soyeon dalam hal cercaan hingga penyiksaan fisik dan batin. Muak, benar-benar muak rasanya Jungkook jika ingatannya kembali di putar ulang, taktala kejadian Soyeon yang terus bertekuk lutut dihadapannya guna untuk memohon agar dinding hatinya yang begitu keras dapat luluh dengan derai air mata yang diperlihatkan gadis itu. Namun, Jungkook bukanlah seorang pria yang mudah iba dan masuk kedalam perangkat rencana buruk dari Soyeon.
Seolah tak peduli dengan itu, nyatanya Jungkook terus mengabaikan dan menampik fakta bahwa Soyeon memang benar-benar menyukainya. Tidak, Jungkook lebih beranggapan bahwa gadis itu hanya terobsesi padanya. Terbukti bahwa kejadian tadi sudah dapat meyakinkannya.
"Setelah ini kau harus bersiap menerima hukuman yang setidaknya sebagai balasan perilaku burukmu kepada Jina."
Ucapan telak yang disampaikannya selalu berbuah ketegasan dan tak dapat dituntut siapa pun. Kendati Jungkook mencoba memihak kepada keputusannya. Seolah disini Jungkook sedikit mengambil peran menjadi seorang hakim yang mengadili seseorang yang berbuat kesalahan, maka dengan tanda sebuah palu ketukan di meja hijau, pada saat itu pula keputusannya diambil dan tidak dapat diganggu gugat. Semuanya mengandung unsur mutlak. Tak ada satu orang pun yang bisa berbuat selain menerima keputusan hakim, karena, bersadarkan dari bukti akurat lah hakim akan memutuskan siapa yang bersalah dan siapa yang tidak.
Keputusan tetaplah keputusan, membuat Jungkook tak harus berpikir untuk memberi satu kesempatan agar Soyeon bisa lepas. Terlebih jika pada saat ini, Soyeon melalukan kesalahan besar bertentangan dengan miliknya, sesuatu yang harus dijaganya akurat, sebaik-baik mungkin. Bahwasanya jika sepotong laju aksara yang dikumandangkannya dengan pelafalan yang tegas, maka, tak ada lagi sesuatu yang dapat Soyeon perbuat. Sekalipun dengan terus memohon ditemani dengan aliran sungai tangis yang sudah membasahi wajahnya, tetap tunduk dibawah, itu tak dapat mengalihkan perhatian Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐎𝐍 𝐀𝐌𝐎𝐔𝐑
PoetryHighest Rank : 1# Btsimage 1# Kpopfanfiction Genre : Romansa - Drama Rahasia-rahasia dipendam, terkubur jauh bersama kehidupan kelam. Rahasia adalah sebuah kunci sebagai jawaban untuk orang yang memilih bungkam, melindungi semuanya. Kalimat tanya be...