Cahaya matahari mulai merangkak naik keatas permukaan bumi, mulai menyembulkan cahaya indahnya, membuat permukaan bumi yang berisikan berjuta rupa manusia itu harus ditarik kembali kesadarannya setelah menyadari silaunya sinar matahari yang agaknya cukup terik untuk masuk melalui jendela bangunan. Bunyi-bunyi ricuh dari jenis burung yang bersangkar diatas ranting pohon pun segera ikut andil menyadarkan manusia untuk segera bangun dan kembali beraktivitas di pagi hari yang cerah.
"Bangun, sayang..."
Sebuah suara baritone mengundara, membuat seorang gadis yang tengah tidur dalam rengkuhan pribadi Jeon itu sedikit terusik kala suara itu kembali menginstrupsi lebih nyaring, mendengung menyapa rungunya yang sedang beristirahat. Walau dalam kondisi masih terlelap, Jina dapat merasakan dada pria itu bergetar manakala mengundaranya kalimat itu.
Dengan telapak tangan yang perlahan terangkat dari sisi atas ranjang, Jungkook mulai menggerakkan jemari untuk memberi usapan di permukaan wajah yang begitu didambanya. Sedikit menampilkan aksen labium yang terangkat keatas hingga menampilkan garis miring keatas membentuk senyuman tipis. Jungkook dapat melihat dari jarak dekat adanya gurat kelelahan yang terpancar di wajah cantik Jina ketika gadis itu masih terlelap dengan damai dalam tubuh hangatnya.
Butuh sekiranya usapan berkali-kali pada surai hitam Jina serta kalimat-kalimat afeksi guna membangunkan gadis polos itu, membuat Jungkook semakin gemas ketika beberapa saat lalu Jina sedikit merengek kepadanya ketika ia mencoba membangunkan gadis itu dengan tubuh mungil yang digerakkan kesana-kemari.
"Hngh Jina tidak mau bangun!"
"Hei. Bangunlah dahulu. Ayo, sekarang buka matamu." lagi, pemuda Jeon itu naik keatas tubuh Jina yang terbalut selimut putih tebal, posisi mengungkung gadis itu dengan beribu usaha agar gadis itu bangun dari mimpi indahnya. Mengecup seluruh permukaan wajah bantal milik Jina berkali-kali yang nyatanya selalu ditepis kuat oleh gadis itu.
"Bangun, sayang. Ini sudah pagi. Lihatlah, matahari sudah terik sekarang. Apakah kau tidak malu dengan matahari?" Jungkook terus mengeluarkan suaranya dengan jemari yang terus mengusap surai hitam panjang itu.
Hingga pada akhirnya, suara terakhir yang di lafalkan melalui celah labium tipis pemuda Jeon itu mampu menyadarkan seorang gadis yang masih berada di alam mimpinya. Perlahan, sepasang netra yang dihiasi oleh bulu mata tebal iu mulai terbuka. Mengerjapkan mata berkali-kali sebagai bentuk penyesuaian silaunya cahaya yang menusuk kuat kedalam retina matanya. Penglihatan pertama yang tertuju oleh sepasang netra itu ialah hadirnya sosok pria berbadan besar, masih mengungkung tubuhnya yang segera dihadirkan terbitan senyuman mengembang dari bibir tipis pria itu.
"Sunbae..." suara yang serak, Jina bergumam pelan menatap entitas pemuda Jeon tersebut dengan mata sayupnya efek masih mengantuk. Padahal, sinar matahari menerangi bumi teramat terik yang tak mengindahkan gadis bermarga Jeon tersebut untuk segera bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐎𝐍 𝐀𝐌𝐎𝐔𝐑
PoesíaHighest Rank : 1# Btsimage 1# Kpopfanfiction Genre : Romansa - Drama Rahasia-rahasia dipendam, terkubur jauh bersama kehidupan kelam. Rahasia adalah sebuah kunci sebagai jawaban untuk orang yang memilih bungkam, melindungi semuanya. Kalimat tanya be...