"know you love me when I saw your eyes shine bright when looked at me."Membiarkan senyap tanpa ada sederet aksara yang melingkupi, menjatuhkan pandang pada jemari yang saling bertautan bersama gelabah yang menyelimuti hati pun sepercik gundah yang mengimbangi. Kuriositas menggema dalam tempurung kepala perihal landasan Eunbyul memintanya untuk berbicara empat mata—kendati hingga saat ini hanya ada buaian angin yang menggerogoti. Terlebih bila agaknya masih cukup berat mengundarakan afirmasi tentang apa yang sesungguhnya invasi beberapa waktu lalu.
Memilih mengundarakan nafas berat, sejemang gadis Jung itu menunduk sembari membentangkan sebaris aksara, "Aku tahu semua masalahmu dengan Jungkook." Membawa atensi pada sang lawan, lebih dulu Eunbyul mengumandangkan lantunan frasa sebelum gadis Jeon ingin menyalurkan aksara lain, "Jangan mencoba mengelak padaku lagi, Ji. Mungkin aku terlambat mengetahui semua ini. Mungkin ini adalah pertemuan pertama kita setelah berbulan-bulan yang lalu. Tapi, aku akan siap mendengarkan segala keluh kesahmu selama ini. Jika kau merasa canggung dengan orang lain perihal keluh kesahmu, maka ceritakanlah semua bebanmu kepadaku."
Mendadak kelimpungan akan afirmasi yang diberikan Eunbyul, Jina menggeleng kuat bersamaan dengan untaian frasa yang ia lontarkan guna berkilah, "Tidak, Byul. Aku baik-baik saja. Tidak terjadi apapun."
Menangkap sepercik kegelisahan dengan respon yang baru saja Jina lontarkan, Eunbyul mengundarakan seuntai nafas berat dengan sorot pongah yang terpahat pada serautnya. Barangkali Jina memang tak ada niatan untuk mengelak, sekalipun Eunbyul pasti sudah dapat mendeteksi segala afirmasinya. Hanya saja kerongkongan mendadak kering kerontang perihal konversasi getir tempo hari memicu gelenyar kepiluan yang masih terpatri utuh dalam benak. Tak mampu dielak, pun tak ada gunanya pula terus menutupi dan mencekik diri dalam kubangan lara seorang diri, menggadaikan cinta demi mengatasnamakan ego.
Sekonyong-konyong tiap bulir rentetan peristiwa tempo hari berputar dalam memori, cukup merasa nyeri yang menghampiri tanpa permisi. Sekelumit perasaan takut, barangkali ia terlanjur kehilangan nyali hingga mendadak menciut. Relung dadanya berdenyar ngilu, Eunbyul tak kuasa membayangkan jika selama ini Jina harus menanggung beban nestapa yang tersimpan rapi tanpa dapat tersingkap mengenai lara yang membumbung tinggi.
Melempar fokus pada lantai berubin serta kegundahan masif yang menggerogoti diri, Jina melantunkan frasa pada detik setelahnya, "Pada saat itu Jungkook menjelaskan banyak sesuatu kepadaku perihal kejadian tempo hari mengapa aku membencinya." Sepasang netra yang nampak meredup, kepingan coklat madunya tak ada secercah pijar pun yang merayapi kendati terlanjur hampa.
"Lalu? Mengapa semuanya berakhir seperti ini?" Eunbyul melucutkan pertanyaan dengan keterkejutan yang tertahan dalam celah tenggorokannya. Kendati tetap berusaha tenang, menanti afirmasi dari gadis Jeon, Eunbyul dapat merasakan kerongkongannya mendadak disinggahi kemarau bersama getir yang terselip didalamnya. Menikai vertikal kearah sang lawan, ada gurat kegelisahan yang tersemat tiap jengkal entitas dihadapan sorotnya bersama potret penuh luka yang nampak redup.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐎𝐍 𝐀𝐌𝐎𝐔𝐑
PuisiHighest Rank : 1# Btsimage 1# Kpopfanfiction Genre : Romansa - Drama Rahasia-rahasia dipendam, terkubur jauh bersama kehidupan kelam. Rahasia adalah sebuah kunci sebagai jawaban untuk orang yang memilih bungkam, melindungi semuanya. Kalimat tanya be...