Lantunan yang baru saja menjamah gendang telinga cukup menjumpa gelenyar sesak menghantam relung hati diatas gemuruh ombak menginvasi. Lampiran aksara tempo hari melilit tempurung yang dipenuhi setangkup kekalutan tak terbendung hingga sesak membelit tak terlupakan secuil deretan pun yang menggema pada inti kepala. Dirangkum tiga jam atas banyak kekecewaan membelenggu, sekujur eksistensi hanya merajut bungkam barangkali merasakan aliran kelu yang tercekat memenuhi ruang kerongkongan.
Hening yang menginvasi bersamaan dengan deru nafas mengalun disela ketegangan yang melingkupi dengan sorot tajam beradu tanpa henti. Taehyung telah menduga bila Jungkook akan menelan kecewa atas apa yang mereka coba tutup-tutupi kendati pada akhirnya dapat tersingkap beserta bau bangkai yang menyengat, keduanya telah terlanjur jatuh dalam lautan seperti dijatuhi hukuman mati dengan sorot menusuk.
Namun Taehyung tentu takkan lari dalam masalah, bagaimana pun ia yang memulai semuanya harus mengantisipasi agar tak menimbulkan kesalahpahaman lebih yang membuat si pemuda Jeon kembali menelan kecewa yang lebih. Aku harus menjelaskannya kebenarannya pada Jungkook, aku tidak bisa diam seperti ini menyembunyikan tentang Jina. Bagaimana pun dia berhak mengetahuinya.
Pun diselidiki lebih, kebenaran akan menyangkut pada perasaan batin, kecewa tak dapat dibendung, Jungkook benar-benar kehilangan akal mengapa Taehyung bisa bersikap seolah tak mengetahui apapun kendati pemuda itu telah menyimpan suatu rahasia tak terduga, berakhir cercaan pengkhianat dari kurva si pemuda Jeon. Pun tentu saja Taehyung tengah diliputi sekelabat rasa bersalah yang mendulang relung hatinya, barangkali semuanya takkan berbuah sekelumit pilu bila ia tak menyembunyikan segala sesuatu sebesar ini.
Ketegangan yang menyelimuti kian berubah pekat manakala hening tak berbuah konversasi apapun lantaran lidah si pemuda Jeon nampak kelu untuk menyampaikan sepatah aksara kendati masih banyak kecewa yang membendung dalam hati. Mati-matian menahan gemuruh berang yang membara agar tak meradang dengan pelampiasan pada arah sorot yang kelewat tajam hingga sang lawan hanya diam membisu tak berkutik sedikitpun dengan tundukan kepala.
"Jelaskan sekarang." Kian waktu tegang yang menyelimuti, si pemuda Jeon menyuarakan aksara pertama nya hingga mematahkan atensi banyak pasang mata. Masih menunding Taehyung begitu tajam seolah tak ada ampunan sedikitpun yang ia berikan. Tak ingin basa-basi lagi, Jungkook harus segera menerima kebenarannya barangkali tak ingin menerima asumsi lebih banyak lagi. Kendati membendung kecewa, Jungkook harus tetap tenang mengingat lantunan aksara afeksi yang Seokjin lontarkan detik lalu.
"Aku melakukannya atas permintaan Jina. Awalnya aku memang tak ingin melakukan ini karena aku tahu kau pasti akan kecewa jika mengetahui aku menyembunyikan ini padamu. Tapi bagaimana pun jika dipikir kembali, kau harus mengetahuinya dan aku juga tidak berhak menutupi fakta perihal gadismu." Sepotong larik Taehyung menggema menginsterupsi beberapa eksistensi disekujurnya menyeret si Jeon kembali merengsek kedalam raga.
"Kau melakukannya karena benar-benar perintah Jina?" Sekelabat bentangan ceruk alisnya terangkat, mengukir lautan tanya bersamaan sebait laju lantunan yang mengundara diantara laju labium Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐎𝐍 𝐀𝐌𝐎𝐔𝐑
PoetryHighest Rank : 1# Btsimage 1# Kpopfanfiction Genre : Romansa - Drama Rahasia-rahasia dipendam, terkubur jauh bersama kehidupan kelam. Rahasia adalah sebuah kunci sebagai jawaban untuk orang yang memilih bungkam, melindungi semuanya. Kalimat tanya be...