23|| Assassinate

296 147 311
                                    

Sekiranya memberikan dua pilihan yang disuguhkan kalimat afeksi didalamnya pun tak cukup untuk sekedar membuat Hwang Seulbi membuka suara perihal sebuah rencana yang telah disusunnya bersama Jaewook

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekiranya memberikan dua pilihan yang disuguhkan kalimat afeksi didalamnya pun tak cukup untuk sekedar membuat Hwang Seulbi membuka suara perihal sebuah rencana yang telah disusunnya bersama Jaewook. Kendati memang wanita seperti Seulbi harus diberikan ancaman lebih dulu, harap-harap dapat menyuarakan sebuah rahasianya. Namun, seiring dentingan jarum jam menyusupi hening yang menginvasi, Seulbi tetap bungkam barangkali itu memang sebuah keputusannya. Seolah abai dengan cengkraman kuat pada lehernya, wanita itu stagnan ditempat ditemani dengan tumpahnya sebulir air mata.

Membuat pemuda Jeon itu nampak kesal, seraut wajah yang dapat dikutip terlihat frustasi yang bersamaan dengan menyugar surai hitamnya kebelakang. Masih memojokkan gadis itu ke dinding berlapiskan cat abu-abu, sorot jelaga yang menunding tak bersahabat untuk menunggu Seulbi angkat berbicara.

"Kau masih tak ingin memberitahunya padaku?" rasanya, hampir untuk kesekian kalinya Jungkook mengundarakan tanyanya. Harap-harap wanita itu pada akhirnya berubah pikiran dan memang masih sayang dengan nyawanya. Namun, hingga kini hanya ada keheningan yang bersisa disela-sela deru nafas aktif. Menunduk, tak ada satu jawaban pun yang sekiranya dapat Jungkook cerna. Gadis itu tetap bungkam, membuat pemuda itu pada akhirnya menaruh rasa muak.

Agaknya, Jungkook memang harus lebih bersabar, barangkali memang membuat seseorang untuk menyuarakan rahasia itu tak mudah, kendati sebelumnya memang Seulbi telah membuat perjanjian dengan Jaewook agar tak lepas suara. Baik Taehyung maupun Jimin yang sama-sama berada dalam satu ruangan itu hanya mampu diam. Sebagaimana mereka lihat ada aura yang sangat berubah dalam diri Jungkook ketika dihadapkan dengan Seulbi. Mengingat kedua teman sejawatnya sudah tahu apa yang diperbuat wanita itu atas penyampaian kisah dari Jungkook.

Tak ada rasa kasihan sekalipun diantara tiga presensi yang berdiri didepan wanita tersebut, Taehyung pun sama, ia sebenarnya juga merasa muak kendati harus melihat tampang wanita itu. Ketegangan yang kental kian menyelimuti hingga suara sayup-sayup hewan malam sedikit terdengar. Melipat kedua lengan di depan dada, Taehyung lantas mengambil posisi untuk segera duduk pada salah satu bangku kosong dengan arah pandang yang tak lepas dari entitas Seulbi.

"Jika kau masih menginginkan untuk tetap bertahan, sebaiknya kau beritahu kami apa yang sudah kalian rencanakan," tutur Taehyung yang berupaya keras untuk membuat Seulbi tak lagi bungkam dengan penekanan pada akhir kalimat. Seraut wajah datang hingga suara barione yang terlampau dingin pun merengsek masuk melalui gendang telinga.

"Sepertinya pilihan dia memang tetap bungkam," imbuh Jimin pada akhirnya angkat bicara setelah tak bersuara apapun. Lebih tepatnya tak ingin terlalu mencampuri barangkali ini adalah urusan yang harus diselesaikan Jungkook seorang diri.

"Kurasa dia pengecut," tak lama diselingi oleh suara baritone yang kembali menginsterupsi hingga menarik seutas sudut pada bibir tipisnya, Taehyung memandang rendah Seulbi.

"Tuan, itu semua tak seperti yang Anda dengar." lama untuk diam, sekalipun tak membiarkan sedikit celah labiumnya terbuka. Entah hal apa yang membuat Seulbi kembali bersuara lirih diiringi dengan gelengan pelan, wanita itu masih tetap memberikan alibi. Nyatanya, dengan kalimat pengelakannya pun mampu membuat Jungkook tertawa. Tak lepas membuat Seulbi menatap pemuda Jeon itu dengan kerutan samar di keningnya manakala suara tawa yang begitu menggelegar.

𝐌𝐎𝐍 𝐀𝐌𝐎𝐔𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang