Segala misi yang akan dilangsungkan takkan membutuhkan berpuluh-puluh anak buah lainnya sebagai pendamping melancarkan aksi. Akan tetapi, Jeon Jungkook lebih dulu menyiapkan rencana besar dalam tempurung kepalanya untuk menjerumuskan sang lawan. Baik Jungkook maupun Seokjin adalah dua pemuda yang benar-benar cerdik. Mereka tentu tahu apa yang akan selanjutnya dilakukan demi menumbangkan sang lawan.
Taktala roda ban yang bergulir diatas tanah kian berhenti, Jungkook menarik pengayom besi dihadapannya. Merogoh saku celana nya sejenak bersama dengan tepian senyum seringai nampak terulas pada celah labium tipisnya dengan sebuah senjata api buatan Italia yang ia minta tempo hari lalu bersama anak buah Mafia lainnya. Kendati Jungkook akan memperoleh keberuntungan jika senjata api itu membidik tubuh sang lawan, ia tak perlu lagi menghancurkan sang lawan dengan jerih payahnya lantaran senjata api dalam genggaman mampu membuat tubuh siapapun hancur lebur tanpa tersisa.
Menoleh kilas, Seokjin mengangguk pelan sembari menyimpan benda dalam genggamannya dibalik kemejayang ia kenakan. Selepas mendaratkan laju mobil pada tepian gang sepi, Seokjin segera mengenakan jaket kulit sebelum beringsut bangkit sembari memacu sepasang tungkai jenjangnya menuju deretan jalanan gedung tua yang nampak kumuh disertai dedaunan liar yang bertumbuhan. Seokjin mendengkus kasar sesaat pijakan tungkainya berhenti menapak lantaran sepasang kepingan hazelnya menangkap perawakan sosok tinggi yang berpendar di area gedung.
"Dimana, Jo Seojin?" Tepat tungkainya membantu didepan sang pria, lantunan baritone milik si pemuda Jeon itu menginsterupsi kelewat dingin. Menunding pria dihadapannya dengan tatapan bak menyergap musuh.
"Sorry sir. Tapi Tuan Seojin melarang kami untuk tidak menerima tamu sementara—"
"Aku hanya bertanya. Bukan meminta izin padamu untuk bertemu dengannya." Jungkook lebih dulu memangkas eksplanasi sang lawan yang belum tuntas dijabarkan untuk kemudian ia kembali menyambung tegas, "Katakan, dimana, Jo Seojin?"
Sang lawan nampak terdiam sejenak guna meramu deretan aksara yang terlampir pada celah bibir si pemuda Jeon. Membiarkan lenggang yang melingkupi untuk beberapa detik sebelum pada akhirnya berujar lugas, "Tuan Jo berada didalam. Tetapi—"
Taktala sang lawan mengundarakan sebait jawaban lugas, Seokjin segera menendang lempengan kokoh dihadapannya bersama Jungkook yang beralih cekatan mengambil senjatanya menggunakan pangkal pegangan yang terbuat dari logam timah lantaran sang lawan mencoba membidiknya. Gema tembakan saling bersahutan, sepersekon, seringai penuh yang terukir pada celah kurva si Jeon ketika sepasang jelaga nya berlabuh pada sang lawan yang telah terkulai lemas beserta aliran cairan merah pekat yang mengaliri penjuru tubuhnya.
Sekelabat Seokjin menggerlingkan tempurung kepalanya serta kepingan hazel tajam yang menunding tajam para penjaga untuk kemudian melonjarkan sebait frasa, "Kalian masih ingin menghalangi kami?" Baritone yang menelisik gendang telinga penuh mendadak atmosfer mencekam yang membelenggu. "Jika kau menghalangi kami untuk bertemu Tuanmu, kau akan bernasib seperti dia." Taktala salah satu penjaga hendak melayangkan sebaris aksara, lebih dulu pemuda Kim itu berujar kaustik dengan bilah pangkal senjata yang sigap terarah sempurna untuk membidik sang lawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐎𝐍 𝐀𝐌𝐎𝐔𝐑
PoesíaHighest Rank : 1# Btsimage 1# Kpopfanfiction Genre : Romansa - Drama Rahasia-rahasia dipendam, terkubur jauh bersama kehidupan kelam. Rahasia adalah sebuah kunci sebagai jawaban untuk orang yang memilih bungkam, melindungi semuanya. Kalimat tanya be...