25|| I've Hurt It Been

347 149 375
                                    

Ingatan mengenai kejadian beberapa saat lalu terus berputar berkeliling isi kepalanya bagaikan sebuah usang yang hampir saja rusak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ingatan mengenai kejadian beberapa saat lalu terus berputar berkeliling isi kepalanya bagaikan sebuah usang yang hampir saja rusak. Menjelajah lebih jauh, justru menanggalkan suatu bekas luka yang tak dapat dilupakannya. Sebagaimana sebuah frasa kekalutan itu berhasil menggaung, membuatnya untuk terus bercamuk dengan perkara itu. Selarik pesan dari nomor yang sama sekali tak dikenalinya terperangkap dalam satu ingatan, bersamaan dengan bagaimana seorang pemuda yang bersikap kasar kepadanya. Meluncurkan sebuah kalimat memekik, pun bersamaan berhasil menorehkan luka pada tangannya.

Bukan untuk mencoba menyembunyikan semua masalahnya dari Jungkook, namun Jina tentu memiliki alasan yang khusus mengapa ia selalu berdiam diri mengenai sebuah pesan teror untuknya.

Jina mulai lelah sebagaimana semesta terus mempermaikan hidupnya. Sulit ditebak, sikap Jungkook yang tak menentu membuat Jina selalu bingung untuk berhadapan dengan yang mana. Sikap manis dan sikap kasar, tak luput ditunjukkan pemuda itu dengan situasi yang berbeda. Tak membiarkan dirinya untuk beristirahat dari lelahnya kehidupan dunia, atau jeda sejenak, Jina justru seringkali mendapatkan sebuah notifikasi pesan yang berupa teror pada selarik kalimat itu.

Terkadang merasa takut, namun memilih untuk mencoba abai. Barangkali tak ingin menaruh rasa takut sebagaimana ia hanya berpikir itu orang asing, kendati setiap harinya Jina selalu mendapatkan pesan tak terduga. Setiap Jina berusaha mencari jalan keluar, semua bahkan terasa pekat keabuan dan hanyalah jalan buntu yang didapat dari masalahnya. Manakala sebuah dentingan lonceng menggangung, menggeledah gendang telinganya, lamunan gadis itu buyar sekejap. Menetralkan apa yang baru saja terjadi, ia mengambil langkah tergesa menuju pintu utama. Barangkali itu adalah seseorang yang ditunggunya.

Jina memutar kunci sekali sebelum berhasil membuka gagang pintu. Dikuasi rasa kuriositas yang menjamah semakin membuat gadis itu penasaran lantaran ia tak menemukan jejak seseorang sekalipun yang berkunjung ke huniannya setelah menekan bel. Berusaha menjelajah sekitar, pandangan menelisik guna menemukan seseorang dibalik suara dentingan yang bel berbunyi, tak menemukan satupun jejak obsidian yang berkeliaran di area rumahnya.

Hal pertama yang berhasil mengunci atensi gadis bersurai legam itu adalah sebuah kotak kecil dengan bungkus berwarna merah menyala yang didominasi pita dengan ukuran yang senada, lantas menghadirkan tatapan tanda tanya, pun alis yang tertaut heran. Terlihat seperti hadiah untuknya, namun ia tak menemukan satu nama pengirim pun yang tersedia. Mencoba kembali untuk menilik sekitar, barangkali ada satu orang dibalik pengirim ini, namun tak kunjung pula menemukan si pemilik yang agaknya—misterius.

Kendati ukuran kotak yang kecil dan isi yang terasa ringan setelah diangkat, memudahkan untuk Jina membawa dalam satu genggaman setelah berhasil mengunci pintu. Menggeledah kotak yang masih terbungkus rapi, terbilang isinya sangat ringan sekali, semakin membuat gadis itu penasaran apa isi dibalik sebuah kotak misterius yang dikirimkan kepadanya. Menutup daun pintu kamarnya, Jina mendaratkan tubuh pada pinggiran ranjang. Menilik obsidian yang berhasil mengerutkan keningnya. Tak banyak pertimbangan, Jina melepaskan pita merah yang mengikat empat sisi kotak untuk membuka isinya.

𝐌𝐎𝐍 𝐀𝐌𝐎𝐔𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang