Highest Rank :
1# Btsimage
1# Kpopfanfiction
Genre : Romansa - Drama
Rahasia-rahasia dipendam, terkubur jauh bersama kehidupan kelam. Rahasia adalah sebuah kunci sebagai jawaban untuk orang yang memilih bungkam, melindungi semuanya.
Kalimat tanya be...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sekelabat rasa kecemasan tanpa henti menguar menilik permukaan senyap, pemuda itu menggigit seulas partikel lembutnya berulang kali bersamaan sejengkal sorot yang tanpa henti menilik seruang mipih dalam genggamannya. Seraut yang tersampir pada garis-garis rupawannya sukar terbaca oleh situasi yang telah merumitkan pola pikiran. Beberapa deretan lantunan eksplanasi sang lawan kembali bergerumul riuh dalam tempurung sebagaimana sang lawan menaruh sejumput alasan relevan berupaya mendapatkan persetujuan.
Namun, alih-alih untuk menyetujui, alasan yang matang-matang dipikirkan itupun telak tertolak sebagaimana Jungkook sangat tidak peduli alasan apapun. Asa kegundahan yang berkilat dibalik kepingan jelaganya dapat terlihat samar diantara lampu-lampu temaram yang menghiasi selingkup kamarnya. Menyorot pandangan semu, pikirannya kian dijajah kuat membuat pada akhirnya pemuda itu menyugar surai hitam legamnya nya frustasi lantaran adanya pertambahan satu perkara dari perkara lain yang belum menuntas.
Melanglang jauh pada berbagai rasa yang hancur berserakan menjadi kepingan, dering yang mengalun mendistraksi kesadaran si Jeon yang agaknya dipaksa mendobrak memenuhi gendang telinga. Barangkali Jungkook tahu bahwa usaha abai yang telah ia lakoni selalu gagal lantaran pihak sang lawan berulang kali mencari celah menelisik beribu cara guna menembus ruang.
Sepersekian dirampas oleh sejengkal gerakan yang menarik simpulan halus, tak gentar melahirkan decakan kesal yang menggebu tersalip pada bentangan laju labiumnya bergerak bersamaan dengan sebilah jemari meniti tombol hijau. "Katakan, apa maumu?" Manakala sang lawan hendak menyemburkan selarik frasa, Jungkook lebih dulu menggelepak sejuta berang yang menggerayangi.
Terdengar beberapa lantunan kekehan yang menginsterupsi dibalik gemuruh luar yang terdapat pada sambungan sebelum meluruhkan sebait jawaban. "Tenanglah, jangan terburu-buru seperti itu. Jangan emosi, kau ini adalah ayahmu. Tidak baik bersikap kasar padaku."
Semburat pupilnya bergulir bergerak guna meluruhkan amarah yang telah tertata pada ambang teratas hingga sehelai semilir nafas mengundara menelisik seperserkian akal sehat agar tetap terjaga tenang. "Sekarang, katakan apa maumu? Tidak cukup, 'kah kau menghubungiku beberapa waktu yang lalu?"
Tak diketahui bagaimana sang ayah melakonis gerakan anggukan samar yang terdapat dibalik sambungan, "Eoh, ini sangat penting. Besok, aku ingin kau menemuiku. Untuk alamatnya akan segera kukirimkan padamu. Kuharap kau datang."
Terukir lengkungan pada bentangan keningnya, memangkas jarak membingkai kerutan samar yang menjamah seluruh kuriositas dalam pribadi si Jeon yang tak gentar menyuarakan tanya, "Ada apa?"
"Aku akan menjelaskannya begitu besok kau tiba disana, Jung. Kau harus—"
"Aku tidak mau." Seraut keras kembali melingkari garis-garis guratannya bersamaan dengan laju aksara yang mencetak belah kurvanya untuk menginsterupsi yang barangkali untaian frasa sang ayah mendadak tertelan kembali kedalam kerongkongan. Jungkook selalu berpegang teguh pada benteng yang ia bangun seorang diri kendati telah terprediksi bahwasanya sang ayah akan melahirkan deretan peristiwa buruk yang setelahnya akan terjadi dalam pertemuan.