Dalam dunia ini memang cukup menarik. Tanpa prediksi, pun penuh kejutan hingga tak bisa membuat ekspresi lagi lantaran ada sesuatu hal yang terkadang berjalan tak sesuai ekspetasi. Terkadang, realita yang dihadapi memang tak seindah gambaran utama hingga menyisahkan rongga luka dalam dada. Tanpa sukar beberapa hal meleceng dalam asahan rajut dalam tempurung kepala. Apa yang diinginkan, sangat diimpikan nyatanya bertolak belakang dengan kenyataan pahit yang mencoba singgah. Tertolak telak.
Barangkali hal itu memang menghadiahkan perasaan kekecewaan perihal keinginan serta perampunan yang tak dijabah semesta. Kendati itu cukup menyiksa diri lantaran mencoba terima terhadap takdir yang diberikan. Terasa berat, pun tak ada yang bisa dilakukan selain menerima ujian yang berlangsung bagaikan badai disertai angin deras yang menerjang tanpa ampun. Dari segala banyaknya ekspetasi yang dijamah sebagai bentuk luka batin, mengapa harus perkara yang menumbuhkan sekelumit pilu beserta rumit yang mati-matian Jungkook hindari harus terjadi?
Beribu kalipun mempertanyakan, Jungkook tak kunjung mendapat jawaban. Agaknya memang kata menyerah tak ayal menghampirinya, namun beruntungnya Taehyung, Jimin, maupun Seokjin selalu datang membawa bahu agar menjadi bahan sandaran pemuda Jeon yang tengah dilanda kesulitan. Pun Taehyung juga selalu berupaya membuat sikap Jungkook lebih cerah, kendati cukup sulit untuk melakukan hal itu. Baik Jimin maupun Seokjin hanya tak menginginkan bahwa pada akhirnya pemuda Jeon itu akan merasakan setres apabila hanya berlarut dalam kesedihannya.
Membuang waktu cukup lama untuk berolahraga, Jimin mengistirahatkan tubuh yang telah dibanjiri peluh hingga deru nafas terdengar kurang stabil lantaran rasa lelah kian membanjiri sekujur tubuhnya. Pun segera menyesap minuman guna menghilangkan separuh dahaga yang telah dikuras habis. Terkecuali Jungkook yang masih enggan menyudahi diri dari kegiatan memukuk samsak. Membuat ceruk di kening pemuda Park itu mengerut sebab Jungkook terus menyibukkan diri dengan pukulan samsak.
Kendati mencoba menyuarakan panggilan nyaring pun tak ayal selalu berbuah abai perihal jawaban. Mengabaikannya, meski suara seruan itu cukup mendobrak keras gendang telinga pemuda Jeon. Agaknya Jimin sedikit mengerti apa yang tengah Jungkook lakukan sesaat peluang memorinya terlintas sebagaimana Taehyung sedikit bersuara perihal keadaan Jungkook kemarin. Dan Jimin sendiri cukup mengerti mengapa samsak itu dipukul terus-menerus tanpa jeda karena sebagai pelampiasan penuh yang selama ini Jungkook rasakan.
Mengambil beberapa potong cemilan guna diserahkan kepada Jimin lantaran sebelumnya pemuda itu mengantongi permintaan kepada Taehyung mengingat daya lelahnya tak dapat bekerja sama sehingga mengharuskan tubuh untuk tetap stagnan—beristirahat ditempat. Dengan sepasang tungkai yang menapaki rerumputan, Taehyung bergerak menghampiri Jungkook.
Pada awalnya menyerukan namanya agar berkumpul dalam satu meja menikmati hidangan yang sebelumnya telah dibuat oleh pelayan rumah. Namun, Jungkook tak kunjung mengidahkannya hingga mengharuskan pribadi Kim itu mau tak mau berjalan menghampiri. Tiga bulan Jina menghilang tanpa kabar satupun, bahkan lokasi tak bisa melacak sekalipun dimana gadis Jeon tersebut. Menumbuhkan kerumitan yang tak berujung lantaran Jungkook terus melakukan pencarian, tak peduli akan menumbuhkan hasil yang sama pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐎𝐍 𝐀𝐌𝐎𝐔𝐑
PoetryHighest Rank : 1# Btsimage 1# Kpopfanfiction Genre : Romansa - Drama Rahasia-rahasia dipendam, terkubur jauh bersama kehidupan kelam. Rahasia adalah sebuah kunci sebagai jawaban untuk orang yang memilih bungkam, melindungi semuanya. Kalimat tanya be...