06|| His Look Like A Devil

569 269 120
                                    

Suara tangis tiada henti menusuk indera pendengaran yang membuat siapa saja pasti terganggu, terusik karena hadirnya suara dengan volume cukup keras itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara tangis tiada henti menusuk indera pendengaran yang membuat siapa saja pasti terganggu, terusik karena hadirnya suara dengan volume cukup keras itu. Sudah lima menit akhir, dihabiskan untuk menenangkan seorang gadis yang tengah menangis dalam rengkuhannya namun tetap tak berhenti. Kata-kata penenang yang di lontarkan serta bisikan lembut pun tak membuatnya untuk berhenti mengeluarkan suara itu. Membuat secara tak sadar akan berada diambang frustasi mendengarnya.

Beberapa cara gagal dan tetap dengan respon yang sama pada akhirnya gadis itu menangis lebih kencang dari sebelumnya. Berusaha sabar dan kembali menenangkan gadis itu. Mengecupi pucuk kepala serta usapan terlampau lembut masih saja dilakukan.

Pemuda Jeon mengusap punggung badan gadis itu lembut. Tetap dalam ambang kesabaran meski rencana yang dilakukannya tetap tak terbuai untuk menghentikan tangis gadis itu. Lagi, kata-kata penenang ia ucapkan yang sekiranya dapat membantu meski rencana kali ini tidak tahu akan berhasil ataupun tidak.

"Hei. Jina-ya. Sudah. Jangan menangis lagi. Disini ada aku. Kau baik-baik saja. Sesuatu buruk takkan terjadi padamu selagi bersamaku. Percayalah itu." kata-kata itu mengundara lembut dari kedua belah bibir tipis pemuda Jeon. Masih dengan posisi merengkuh erat tubuh gadis itu. Jemari yang menari-nari, membentuk usapan hangat. Setidaknya, membuat gadis itu lebih tenang secara perlahan.

Tak ada jawaban yang didapat oleh pemuda Jeon itu. Bahkan, anggukan pun tak ada sebagai respon dari ucapannya. Hingga beberapa saat, tangis Jina sedikit lebih tenang. Hanya terisak pelan membuat Jungkook mengeluarkan helaan nafas lega. Meski begitu, ia tetap merengkuh tubuh Jina yang sekekali diiringi kecupan kecil di pucuk kepala gadis itu.

Jina hanya bisa diam. Hal ini membuatnya merasa nyaman dan ketenangan. Jemari Jungkook yang menyentuh punggungnya benar-benar menyalurkan rasa kehangatan. Tak mau lepas, Jina semakin mengeratkan tubuhnya serta menyembunyikan wajah diantara perpotongan leher pria itu. Menghirup dalam-dalam wangi maskulin yang menyeruak, memasuki indera penciumannya. Saat ini, jika jujur, ia tak ingin dekapan ini terlepas sedikitpun. Tetap merengkuh satu sama lain membuatnya merasa begitu damai.

Perlahan, Jina mendonggak. Menatap presensi pemuda Jeon dengan tatapan sayunya. Mata sembab yang sudah tak bisa disembunyikan lagi. "Sunbae. Maafkan Jina. Jika saja Jina tak bertemu denganmu, maka sesuatu yang tidak diinginkan tidak akan terjadi padamu." terdengar lirih, namun kata-kata itu mampu menusuk Jungkook secara tak sadar.

Ketika kata itu dilontarkan dari birai manis Jina, sekarang, pemuda itu hanya bisa terdiam. Jika bungkam adalah keahliannya, maka ia akan melakukannya demi menghindari ucapan itu. Maka, hanya kata sedemikian yang penuh penyesalan dari gadis itu mampu membuat Jungkook seketika tak mampu berucap. Sepasang netra bulat tanpa kaca mata itu hanya menatap lamat presensi gadis. Tak ada suara sama sekali.

Maka, praduga Jina sekarang adalah benar. Ia dapat menduga bahwa Jungkook akan menghindari ucapannya kali ini. Ia tahu bahwa Jungkook adalah pria yang sangat sensitif dengan ucapan. Lantas, Jina kembali berujar, "Sunbae, maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk—"

𝐌𝐎𝐍 𝐀𝐌𝐎𝐔𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang