12|| Worried

433 217 134
                                    

Jungkook POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jungkook POV

Aku tak tahu ini kenapa bisa terjadi, secara tiba-tiba, suara tembakan yang sangat mungkin pelakunya Jaewook terus menggema seisi festival. Membuat semua orang yang berada dalam sana seketika berhambur layaknya semut. Mereka pergi keberbagai tempat, mencari perlindungan untuk diri mereka sendiri. Mungkin efek takut akibat suara senjata yang dihasilkan si brengsek itu. Sial. Bisa-bisanya dia melakukan tindakan bodoh ini yang akan memakan nyawa banyak orang jika ia lalai dan salah sasaran dalam mengarahkan pelatuknya.

Firasatku benar. Sudah ku katakan sebelumnya bahwa terjadi sesuatu yang buruk. Jaewook benar-benar menantangku kali ini dengan menembakkan senjata ditengah kerumunan orang yang membuatku semakin geram. Rahangku semakin mengeras dengan pandangan tajam kuarahkan untuk mencari keberadaam Jaewook selepas penembakkannya.

Aku langsung saja mengeluarkan senjataku dari dalam saku dengan kedua netra yang masih gencar mencari sosok dibalik penyebab kekacauan serta kegaduhan di festival ini. Sementara itu, aku masih merengkuh tubuh Jina dengan erat. Tubuhnya bergetar usai suara itu mampu memekik keras, menusuk kedalam rungunya. Sebelum itu pula, kudengar Jina menjerit histeris dengan tangis yang tak dapat terbendung. Kurasa, Jina memiliki ketakutan yang besar apabila mendengar suara kegaduhan yang disebabkan oleh tembakan-tembakan tadi.

Sudah ketiga kalinya, pelatuk diluncurkan keatas langit, membuat semua orang semakin cepat pula melangkahkan kaki untuk pergi dari tempat ini. Sementara aku dan Jina masih berada ditempat yang sama. Berjaga-jaga apabila ada bahaya lagi. Karena menurutku, jika aku ikut pergi dengan gerombolan banyak orang, akan menyusahkanku untuk mencari pelaku dan berujung mengobarkan satu nyawa. Aku tak mau itu terjadi.

Beberapa kali pula Jina menyuruhku untuk meninggalkan tempat ini masih dengan ketakutannya. Aku tak mengidahkannya dan tetap mengarahkan pelatuk senjataku kesana-kemari, masih mencari sosok yang bersembunyi dibalik permainannya. Hingga pada akhirnya, aku sedikit lengah dengan senjata itu dan langsung saja menghubungi Taehyung untuk meminta bantuan, karena kurasa, aku tak dapat mengandalkan ini sendiri karena Jina harus kujaga. Dan dengan bantuan Taehyung nantinya, aku bisa sedikit leluasa untuk bertindak.

Tae. Cepat kesini. Kau benar, Jaewook ada disini.
Jangan lupa bawa senjatamu untuk berjaga-jaga.

Begitu mengetikkan pesan dengan jemari yang sedikit bergetar, aku kembali menyimpan ponselku. Manikku bergulir menatap entitas gadis yang kini masih ketakutan dalam rengkuhanku. Aku hanya bisa menenangkannya, walau tangisnya sejak tadi tidak mereda. Aku berdecak pelan dan kembali mengarahkan pelatuk senjataku ke penjuru tempat, ingin menembakkan sosok itu dengan tanganku sendiri.

Jujur, aku sudah geram ketika ia selali bermain dengan bersembunyi-sembunyi didekatku. Terakhir kali, sebelum aku kehilangan jejak dirinya, aku melihat sosok dengan bantulan hitam dari atas hingga bawah, tak luput memakai masker, topi, serta kaca mata hitamnya dibalik pohon besar yang disebelahnya terdapat tiang yang menghubungkan aliran listrik. Aku sedikit takut bahwa Jaewook akan mengarahkan pelatuknya ke sumber listrik tersebut karena kini, saluran kabel itu sedang berada dekat dengan diriku dan Jina. Tapi untunglah, Jaewook tidak memikirkan hal bahaya itu.

𝐌𝐎𝐍 𝐀𝐌𝐎𝐔𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang