41|| Heartbeat

219 91 252
                                    

Cakupan fakta nyaris serupa dengan berbagai munculnya spekulasi maupun asumsi yang seolah gencar menyudutkan tiap titik lorong kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cakupan fakta nyaris serupa dengan berbagai munculnya spekulasi maupun asumsi yang seolah gencar menyudutkan tiap titik lorong kepala. Pun dapat meledak sewaktu-waktu tanpa prediksi lantaran banyaknya berbagai perkara yang tengah berkelidan. Relung hatinya seolah diremat kuat hingga dililit oleh bentangan benang taktala sepasang rungunya menyapa ulasan peristiwa yang telah terjadi. Barangkali tak percaya bahwa keadaan getir itu jatuh menimpa diri tanpa rasa iba.

"Aku sengaja menyembunyikan identitas ibumu dan berkata pada pihak polisi bahwa ibumu telah merenggang nyawa atas tujuh tahun silam. Dan pada waktu itu, aku membawa ibumu ke Amerika agar melakukan perawatan yany intesif lantaran Min-kyung koma. Jadi, mau tak mau aku harus menyembunyikannya dan membuat laporan palsu agar dua kubu beberapa tahun silam itu tak lagi mengincar Min-Kyung. Kau ingat salah satu kubu itu? Dia adalah ayah dari Lee Seung-Ho."

Rentetan berbagai bumbungan aksara melahirkan goresan luka, berbagai derita getir yang sama sekali tak ingin ia cecapi lagi, mengorbankan banyak kepingan hati yang telah remuk tak bersisa beserta rinai hujan yang berderai jatuh tanpa pondasi lagi. Sapuan kilas peristiwa menghantui setiap celah kepalanya, seolah tempurung kepalanya dihantam oleh palu besar. Bersama buncahan kerinduan yang tak dapat tertahan mengimbangi. Disisi lain, kehancuran dari getir tengah sibuk menjajahi isi hatinya.

Pemuda bernetra jelaga itu memandang hampa kearah luar jendela. Jemari yang saling meremat bergerak saling kuat—deretan kuku nya hampir memutih pucat. Memori jatuh tanpa permisi oleh berbagai ulasan takdir yang menyingkap tabir yang tak pernah sekalipun singgah dalam tempurung kepala setelah sekian lama membendung lautan asumsi hingga menjadi sebuah fakta yang mencuat pada dasar lautan.

Jungkook merasakan jantungnya bertalu merasakan kelabat rindu tak tertahan setelah bertahun-tahun tabir menghalangi takdir hingga melahirkan rasa haru pun pilu yang tak kuasa dibendung bersamaan derai bening mengalir berjatuhan melalui pucuk hidungnya sebelum jatuh mengenai permukaan wajah tanpa bisa ditampung lagi. Pilu menghantam karang hati begitu cepat datang merayapi tanpa permisi lebih dulu, terlanjur jatuh hingga begitu kepayahan menahan seluruh beban yang menggelayuyi sepasang bahunya.

Bertahun-tahun, buncahan kerinduan yang ditahan pada akhirnya dilepas oleh jeratan benang yang menghalangi tembok pertemuan keduanya. Memupuk banyak kerinduan tak terhingga—mulut membekap bisu tak mengeluarkan sepotong aksara pun lantaran berbagai rasa tengah sibuk mengobservasi. Atas segala kecelakaan yang diinginkan yang jatuh menimpa diri, semuanya telah terjawab mengapa semesta tak dapat menjumpai keduanya.

"Eomma, aku merindukanmu." Sebulir likuid tumpah ruah tak dapat terbendung lagi kala entitasnya menangkap sorot seorang wanita yang telah menghapus bentangan spasi. Tanpa banyak pertimbangan lari menghambur dekapan kepada sang ibu hingga tetesan air mata jatuh menimpa perpotongan leher Min-Kyung, "Setiap hari aku selalu merindukanmu, Eomma. Rasanya begitu menyakitkan."

Pun Min-Kyung dapat menangkap sekelumit pilu dari barisan frasa yang Jungkook gaungkan lirih hingga nyaris tak terdengar oleh sang empu. Lidah sang ibu begitu kelu mendengar ulasan sang anak yang mampu menyayat hati pun menguras isi paru-parunya bersamaan denga nafas yang tertahan. Tak membalas satu kata, Min-Kyung terlanjur jatuh pada tepian jurang mendengar pengakuan sang anak yang merengsek kedalam otaknya.

𝐌𝐎𝐍 𝐀𝐌𝐎𝐔𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang