48|| Mikrokosmos

140 39 103
                                    

Semesta memang unik; menampilkan deretan kejutan yang tak terduga-duga, barangkali semesta hanya bekerja pada realita kendati ilusi dalam benak harus pupus lantaran pahitnya kehidupan yang dilakoni

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semesta memang unik; menampilkan deretan kejutan yang tak terduga-duga, barangkali semesta hanya bekerja pada realita kendati ilusi dalam benak harus pupus lantaran pahitnya kehidupan yang dilakoni. Ada beberapa harapan yang digantung dalam awang-awang, namun, hidup tak semudah itu. Barangkali dari segala harapan harus ada bulir keringat pengorbanan ataupun merelakan yang kelak akan menuntun manusia meraih asa yang telah dirajut sedemikian rupa.

Buncahan rindu semesta kini tengah merayap tinggi—membentang pada setiap butiran helaian udara hingga ke janjang langit. Tak dapat didefinisikan, semua rasa telah berkalaborasi, beriringan dengan do'a, harap-harap segera dijabah oleh jagat raya ditengah malam beriring bulan sabit yang berpijar. Ombak bergeriliya buas ditengah sang pelaut, rindu dari kepiluan, segala rasa tengah memporak-porandakan diri bersama tubuh ringkih yang terduduk dengan seraut kelewat kuyu yang terpahat, bulir bening yang mengalir. Sekelumit getir yang berpijar serta genggaman tangan erat saling berpadu.

Sampai kapan kau akan terus seperti ini, Ji? Tidakkah kau merasa iba melihatku hancur seperti ini?

"Jungkook-ah, waktunya kita berangkat. Yoongi sudah menyiapkan keperluan lainnya untuk Jina." ujar Min-Kyung disertai tepukan pelan pada pundak sang anak berupaya memangkas cabang lamunan pemuda itu. "Yoongi akan melakukan yang—"

Menilik kelopak mata sang ibu kelewat sayu, Jungkook melempar pertanyaan sebelum Min-Kyung menuntaskan seulas eksplanasi yang tengah ia imbuhi, "Apa semuanya akan baik-baik saja?" 

Menahan nafas sejemang, Min-Kyung dapat menangkap pahatan sekelumit pilu dari aksara yang Jungkook lantunkan kepadanya. Getir yang ia cecapi, tak seberapa dengan rapuhnya sang anak bersama likuid bening yang telah menganak sungai, menghantarkan siratan luka penuh duka melalui jelaga kelabunya. Berupaya menerbitkan seulas senyum getir diatas wajah sendunya, Min-Kyung kembali menghantarkan aksara kendati kerongkongan mendadak tercekat akan jabaran dari pertanyaan sang lawan. "Kau harus yakin bahwa operasinya akan berjalan lancar. Rapalkan do'a terbaikmu untuk Jina. Yakinkan semuanya kepada Yoongi untuk mengatasi segala hal. Semuanya akan baik-baik saja jika premis buruk dalam kepalamu akan dimusnahkan."

"Gomawo." Belum sempat Min-Kyung mengundarakan eksplanasi lain, Jungkook lebih dulu menghambur dekapan pada sang ibu bersama butiran secercah rindu yang ia luapkan. Mengundarakan gumaman berulang kali diselingi dengan setetes air yang jatuh merembes ke sweater rajut sang ibu. Segara jiwanya luluh lantak tak berserak. Min-Kyung dapat merasakan bagaimana kehilangan separuh jiwa, pemuda itu hancur, kelewar hancur.

Dadanya berdesir, Min-Kyung dapat menangkap betapa rapuhnya sang anak yang tengah mendekapnya begitu erat hingga saat ini. Bersama lantunan frasa yang terungkap lirih, "Aku terluka. Mengapa harus Jina yang menjadi korban disini? Aku benar-benar merindukannya. Di dunia ini banyak beban yang telah kutanggung dengan tempat berpulang adalah dirimu, tapi aku tak dapat menampik jika kehadirannya mampu membuatku bangkit dari segala keterpurukan. Aku hancur, selama ini, aku selalu berkamuflase dengan senyum cerah yang mati-matian kutunjukkan, kendati hatiku begitu rapuh. Sekarang, aku tak ingin bawa akan kehilangan separuh jiwaku untuk kedua kalinya."

𝐌𝐎𝐍 𝐀𝐌𝐎𝐔𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang