Modal Kita yang Paling Berharga

40 7 1
                                    

#Islamic Geographic Institute
All About Islam-Recharge Your Iman
Seri: Aqidah-Tasyabuh-Muhasabah (bagian 16)

*Modal Kita Yang Paling Berharga*

Setiap pedagang/pembisnis, siapapun dia, tentu akan merasa sedih saat bisnisnya mengalami kerugian yang menghabiskan sebagian atau seluruh modalnya. Apalagi jika modal yang ia investasikan dalam bisnis berjumlah besar. Selain sedih, tentu ia bingung jika modal itu merupakan hasil pinjaman dari pihak lain.

Tak, terbayangkan, dari mana ia akan bisa mengembalikan utangnya saat bisnisnya merugi, bahkan gagal total.

Terkait dengan hal diatas, tentu menarik saat Allah  ﷻ  berfirman:

وَالْعَصْرِ
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ

_”Demi waktu. Sesungguhnya manusia benar-benar ada dalam kerugian…”_  *(QS al-‘Ashr (103);1-2).*

Terkait hal itu, *Abdullah bin Abdillah bin al-Hushain* menuturkan bahwa ada dua orang sahabat Rasulullah ﷺ, saat mereka  berjumpa, mereka tidak akan berpisah kecuali salah seorang diantara keduanya membacakan surat al-‘Ashr kepada yang lainnya. Selain itu, baru salah seorang dari keduanya mengucapkan salam perpisahan. *(HR  ath-thabani).*

Menurut *Ahmad Muhammad asy-Syarqawi,* surat yang mulia ini menjelaskan kepada kita jalan keselamatan dari kerugian dan kesuksesan meraih keridhaaan Allah  ﷻ .

Karena itulah, *imam asy-Syafii* pernah berkata, _”Andai manusia merenungkan surat ini saja, cukuplah bagi mereka.”_ *(Asy-Syarqawi, hlm.4).*

Dalam ayat diatas, setelah sebelumnya Allah  ﷻ  bersumpah dengan waktu, *Dia menyatakan dengan tegas bahwa sesungguhnya manusia benar-benar merugi. Mengapa merugi?*
Allah  ﷻ  menyatakan demikian.

Sebagaimana kita ketahui, kerugian hakikatnya adalah berkurangnya atau bahkan lenyapnya modal *(Lihat: ibnu Manzhur, Lisan al’Arab, II/1156; al-Fayumi, Mishbah al-Munir, I/78).*

Jika rugi – sebagaimana juga dirasakan oleh para pedagang/pembisnis –adalah berkurangnya modal.

*Lalu apa modal manusia?*
*Apa yang berkurang dari manusia?*

Tidak lain, *modal manusia adalah waktu yang ia miliki,* lebih tepatnya adalah umurnya. Meski lahiriahnya bertambah, umur manusia hakikatnya terus berkurang setiap saat. Sebab Allah  ﷻ  telah menjatahkan umur setiap manusia.

Tentu hanya dia yang Maha Tahu berapa jatah umur yang Dia berikan kepada setiap manusia di dunia ini. 

Saat Allah  ﷻ  menjatah umur si fulan di dunia ini hanya 60 tahun, dan ia telah memasuki usia 50 tahun, maka sebanyak itu lah modal umurnya berkurang, sementar sisa umurnya tinggal 10 tahun lagi. Tahun berikutnya modal umurnya tinggal 9 tahun lagi. Tahun berikutnya lagi modal umurnya tinggal 8 tahun lagi.

Begitu seterusnya hingga modal umurnya habis saat ajal datang kepadanya. Setiap manusia, siapapun dia, pasti berkurang modal umurnya, tak ada yang bertambah.

Tentu, manusia mengalami kerugian saat menghabiskan umurnya dalam hal-hal yang tidak bermanfaat.
Salah seorang ulama salaf (ulama terdahulu.red) berkomentar tentang surat al-‘Ashr diatas,

_“Aku mempelajari pengertian surat ini dari salah seorang penjual es yang berkeliling di pasar sembari berteriak,_

_“kasihanilah orang yang melelehkan modal (baca;es)-nya…. Kasihanilah orang yang melelhkan modal (baca:es)-nya…’_ 

Maka inilah yang kunyatakan terkait:

_”Demi waktu.  Sesungguhnya manusia benar-benar ada dalam kerugian...”_  *(TQS al’Ashr(103):1-2).*

_”Manusia yang melewati waktu hingga umurnya berlalu, namun ia tak memperoleh hal-hal yang bermanfaat, maka rugilah dia.”_  *(Lihat  : Ar-Razi, Mafatih al-Ghayb, XXIII/85).*

Kerugian manuasia lebih besar lagi *saat ia menjual akhiratnya demi memperoleh dunia;*  menjual hal-hal yang abadi dengan yang fana; menjual kemuliaan untuk mendapatkan kehinaan.

Dalam hal ini, *Abu Hayan* berkata,

_” Siapa saja yang menjual akhiratnya demi memperoleh dunia, ia berada dalam puncak kerugian. Ini berbeda dengan seorang Mukmin karena ia justru membeli akhirat dengan menjual dunianya hingga ia memperoleh keuntungan dna kebahagiaan.”_  *(Lihat : Abu Hayan, Bahr al-Muhith, VIII/509).*

*Namun demikian,* tidak semua manusia merugi karena modal umurnya yang terus berkurang. Ada manusia yang tetap beruntung meski modal umurnya habis.

*Siapa gerangan???*

Tidak lain, sebagaimana dalam lanjutan ayat tersebut:

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

_”... Kecuali orang-orang yang beriman, beramal sholeh serta saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran”_  *(QS al-‘Ashr (103):3).*

Merekalah orang-orang yang berhasil menganti modal umurnya yang terus berkurang dengan iman, amal sholeh dan aktivitas yang saling menasehati (baca:dakwah)  yang bakal  menghasilkan keuntungan yang bakal menghasilkan keuntungan berlipat ganda dan tak ternilai harganya diakhirat nanti: surga!.

Seorang Muslim (wajib berdakwah.red), apabila seorang mengemban dakwah, sudah selayaknya memahami makna terdalam dari surat al- ‘Ashr di atas. Ia mesti menyadari, bahwa modal umurnya hakikanya merupakan *‘pinjaman* dari Allah  ﷻ .

Allah ﷻ pasti akan meminta pertanggungjawaban manusia atas penggunaan modal umurnya yang merupakan pinjaman dari Allah  ﷻ  itu.

Allah  ﷻ  akan meminta pertanggungjawaban umur yang telah Dia amanahkan kepada kita. Setiap jam yang kita habiskan, setiap menit yang kita lalui, bahkan setiap detik yang kita lewati, pasti Allah  ﷻ  akan tanyai :

*Untuk apa waktu-waktu tersebut kita gunakan;* 
_Apakah lebih banyak untuk hal yang bermanfaat ataukah sia-sia;_
_Apakah lebih banyak untuk urusan akhirat ataukah urusan dunia;_
_Apakah untuk urusan dakwah ataukah melulu untuk urusan ma’isyah (kerjaan.red);dst._

Saat kita kebanyakan tidur, atau ngobrol ngalor-ngidul, sering nonton bola atau hiburan di televisi, banyak bengong/bercengkrama dengan teman di kendaraan menuju tempat kerja,dll. Pada dasarnya kita benar-benar merugi.

Kerugiaan menjaadi lebih besar lagi saat di didalamnya banyak kita melakukan dosa seperti banyak melihat aurat wanita, menggunjing orang lain, dll.

*Namun,* cobalah kita kurangi tidur kita dengan sering bangun untuk sholat tahajud; istilah waktu-waktu luang kita dengan banyak membaca Al-Quran, berzikir, melakukan ibadah-ibadah sunnah, membaca buku untuk meningkatklan tsaqafah, mengobrol yang bermanfaat, melakukan kontak dakwah, dll.
*Pada saat demikian setiap menit kita habiskan pasti mendatangkan keuntungan.*

Tentu, sebagaimana seorang pedagang yang merugi pasti bersedih, kitapun pantas bersedih andai modal waktu atau umur kita yang terus berkurang, lebih banyak dihabiskan untuk hal-hal yang sia-sia, apalagi yang mendatangkan dosa.
        _”Wa ma’tawfiqi illa billah wa’ alayhi tawakkaltu wa ilayhi unib.”_

والله أعلمُ بالـصـواب

U-Abi []

_*Indahnya Islam jika diterapkan Total*_
*Silahkan sebarkan dan jadikan amal soleh!*

Disusun: IGI Team  dari Buku 60 Ibroh Pilihan
Semoga Allah Azza Wa Jalla Merahmati Penulisnya.

*Alhamdulillah… hanya Allah yang berhak dipuji.*

Fiqih Islam ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang