Besedekah 14M dalam Sehari

53 6 0
                                    

#Islamic Geographic Institute
All About Islam-Recharge Your Iman
Seri : Ibroh Pilihan

*BERSEDEKAH 14 MILIAR DALAM SEHARI*

_Rezeki tak akan berkurang karena sedekah_
*Ummul Mukminin, Aisyah رضي الله عنها,* suatu saat pernah mendapatkan hadiah berupa dua kantong harta berisi masing-masing 100 ribu dirham ( total berarti 200 ribu dirham). Sebagaimana diketahui, satu dirham syar’I hari ini setara kira-kira Rp. 70 ribu rupiah. Artinya, Aisyah رضي الله عنها saat itu mendapatkan uang kira-kira lebih dari Rp. 14 Miliar (200 ribu xRp. 70 ribu).

Mendapatkan uang sebanyak itu, *Aisyah *رضي الله عنها tidak lantas bergembira dan bersuka cita, lalu menyimpannya atau menghabiskannya untuk kepentingan dan kesenangan dirinya. Sesaat setelah menerima hadiah uang itu, ia segera membagi-bagikan uang sebanyak itu kepada fakir-miskin, hanya dalam tempo beberapa jam saja, sejak pagi hingga sore, uang sebanyak Rp. 14 miliar rupiah itu ludes disedekahkan semuanya.

Tak ada satu dirhampun tersisa bagi dirinya. Padahal hari itu Aisyah رضي الله عنها sedang berpuasa dan tidak tahu kalau hari itu ia memiliki makanan untuk berbuka kecuali amat sedikit. Saat uang itu habis dibagikan menjelang maghrib, Aisyah رضي الله عنها berkata kepada pembantunya,
_”Coba engkau bawakan makanan untuk saya berbuka.”_

Tak lama, pembantunya segera membawakan sepotong roti kering dan sedikit minyak zaitun.

_“Adakah makanan yang lebih baik dari ini?”_ Tanya *Aisyah رضي الله عنها*
         
_“ Andai tadi engkau menyisakan satu dirham saja, tentu kita dapat membeli sekerat daging.”_  Jawab pembantunya.

_“ Mengapa engkau baru mengatakan itu sekarang? Andai saja tadi engkau meminta, tentu saya akan memberi kamu satu dirham.”_ Kata Aisyah رضي الله عنها  *(Al-kandahlawi, Fadha-il A’mal. Hlm.679)*

Demikianlah sepeninggal Baginda Rasulullah  ﷺ , dalam posisinya sebagai Ummul Mukminin, *Aisyah رضي الله عنها* sering mendapatkan hadiah seperti ini, diantaranya dari *Muawiyyah, Abdullah bin Umar, Zubair رضي الله عنهم* dan para Sahabat lainnnya. Apabila saat itu kaum Muslim sering mendapatkan harta yang banyak *(ghanimah)* karena seringnya mereka meraih kemenangan dalam sejumlah peperangan.

Walaupun banyak kaum Muslim saat itu yang memiliki banyak harta, dan sebagiannya banyak dihadiahkan kepada Ummur Mukminin Aisyah رضي الله عنها, *Aisyah رضي الله عنها* tetap hidup sederhana.

Dalam kisah ini, sebagaimana dituturkan oleh *Urwah رضي الله عنه,* Aisyah رضي الله عنها pernah menyedekahkan harta sebanyak 70 ribu dirham (kira-kira setara 4,9 milyar), sementara saat itu beliau mengenakan pakaian yang amat sederhana bahkan bertambal.

Pada saat lain, *Aisyah رضي الله عنها* sedang berpuasa. Selain sepotong roti, pada hari itu tak ada makanan dirumahnya untuk berbuka. Tiba-tiba datanglah seorang lelaki miskin. Lalu ia meminta sedikit makanan kepada Beliau.

*Aisyah رضي الله عنها* segera memerintahkan pembantunya untuk memberikan sepotong roti itu kepada lelaki miskin tersebut.
Pembantunya berkata,
_” Jika kita berikan roti ini kepada orang itu, berarti kita tidak memiliki makanan untuk berbuka.”_
     
_“Biar saja”_ jawab Aisyah ra,
_“ Berikan saja roti itu kepada dia.”_ Tegasnya lagi  *(Al-Kandahlawi, Fadha-il A’mal, hlm.679).*

*Pembaca yang budiman, apa yang terlintas di benak kita saat kita membaca kisah nyata diatas?*
Perasaan apa yang ada dalam dada kita saat membaca kisah *Aisyah رضي الله عنها* juga kisah-kisah keteladanan para Sahabat ataupun Shahabiyah yang serupa, yang sesungguhnya bertaburan dalam catatan sirah dan sejarah mereka?

*Saya akan mencoba menduga-duganya.*
*Pertama :* Yang ada pasti sikap takjub.
Namun, sebatas itu. Setelah itu, kisah semacam ini akan berlalu begitu saja dari benak dan hati kita tanpa ada pengaruh sedikitpun kedalam sikap dan tindakan kita. Infak kita tetap biasa saja. Sedekah kita tetap seperti semula : *hanya sisa-sisa dari pengeluaran untuk memenuhi  pengeluaran kita sehari-hari.*

*Kedua    :* Takjub, tetapi kemudian juga segera berapologi dan membela diri.
_“ Ya, memang keimanan kita jauh sekali dengan para Sahabat Nabi  ﷺ. Rasa-rasanya susah kita bisa mencontoh keteladanan mereka.”_ 
Barangkali begitu komentar kita. Setelah itu, infak dan sedekah kita pun tak pernah meningkat; biasa-biasa saja seperti semula meski mungkin penghasilan kita terus bertambah. Sebabnya, kita sendiri sudah menegaskan : *sulit mencontoh para sahabat Nabi  ﷺ .*

*Ketiga  :* Kita takjub, lalu merenung. Namun, kitapun kemudian menimbang-nimbang saat berinfak. Pada akhirnya, mungkin infak dan sedekah kita meningkat sedikit dari sebelumnya karena kita masih bisa beralasan,

_“ Ya kalau disedekahkan semuanya, gimana untuk memenuhi keperluan kita dan keluarga kita?”_

Barangkali demikian komentar kita. Kebanyakan kita masih belum yakin dengan rezeki sebagai ketetapan dari Allah  ﷻ . Kebanyakan kitapun masih belum yakin dengan balasan yang belipat ganda-di dunia dan di akhirat-dari amalan sedekah dan infak dijalan Allah  ﷻ . Pada akhirnya, kisah-kisah tentang dasyatnya infak dan sedekah para Sahabat Nabi  ﷺ . Tetap sesuatu yang kecil pengaruhnya untuk menguatkan keyakinan sekaligus meledakan semangat kita untuk melakukan hal yang sama.

*Keempat :* Takjub dan terharu sekaligus. Akal dan kesadaran kita segera tergugah. Perasaan kita segera bangkit untuk juga melakukan apa yang telah banyak dilakukan dan dicontohkan oleh para Sahabat Nabi  ﷺ . Dalam hal infak dan sedekah mereka. Tak berlama-lama, kita akan segera mengeluarkan sebagian besar- bukan sebagian kecil-harta dan penghasilan kita untuk infak dijalan Allah  ﷻ  dan sedekah bagi fakir miskin.

Tak ada lagi waktu untuk menimbang-nimbang. Tak ada masanya lagi untuk berfikir ulang, Dasarnya hanyalah satu keyakinan : *Rezeki tak akan berkurang karena sedekah.*

*Sebaliknya,* sedekah pasti membawa berkah, selain akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda oleh Allah  ﷻ . Pada akhirnya, kita tak ragu lagi untuk menolong  Agama Allah  ﷻ  ini, juga untuk berbagi dengan kaum dhuafa; tentu menjadi obsesi kita, sebagaimana yang telah secara gamlang dicontohkan oleh *Ummu Mukminin Aisyah رضي الله عنها* diatas, juga para Sahabat Nabi  ﷺ  yang lain, termasuk tentu saja sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Baginda Rasulullah  ﷺ .
Menjadi kaya tak lagi menjadi orientasi utama. Menumpuk-numpuk harta tak lagi menjadi obsesi didalam dada.

Dari keempat tipikal diatas, kita termasuk yang mana?
_Wama tawfiqi illa billah wa’ alayhi tawakaltu wa ilayhi unib._  []

والله أعلمُ بالـصـواب


_*Indahnya Islam jika diterapkan Total*_
*Silahkan sebarkan dan jadikan amal soleh!*

Disusun: IGI Team dari Ibroh Piihan ABI
Semoga Allah Azza Wa Jalla Merahmati Penulisnya.

*Alhamdulillah… hanya Allah yang berhak dipuji.*

Fiqih Islam ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang