Menggapai Taqwa dengan Puasa

81 7 0
                                    

#Islamic Geographic Institute
All About Islam-Recharge Your Iman
Seri:  _Siyam was Syawal (29)_

*MENGGAPAI TAQWA DENGAN PUASA*

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وَبَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَآلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ

Tujuan puasa Ramadhan adalah membentuk individu-individu yang selalu bertaqwa kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى

Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى    telah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

_“Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana puasa itu telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”_ *QS.Al-Baqarah:183)*

Seorang mufassir ternama, *Imam Ibnu al-‘Arabiy,* menjelaskan makna firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى  _,”la’allakum tattaquun”_ sebagai berikut:

_“Dalam menafsirkan frasa ini, para ‘ulama tafsir terbagi menjadi tiga pendapat._ 
_*Pertama,* ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “la’allakum tattaquun” adalah “la’allakum tattaquun maa hurrima ‘alaikum fi’luhu” {agar kalian terjaga dari perbuatan-perbuatan yang diharamkan kepada kalian}._

_*Kedua,* ada yang berpendapat bahwa, “la’allakum tattaquun” bermakna “la’allakum tudl’ifuun fa tattaquun” [agar kalian menjadi lemah, sehingga kalian menjadi bertaqwa].  Sebab, ketika seseorang itu sedikit makannya maka syahwatnya juga akan lemah, ketika syahwatnya melemah maka makshiyyatnya juga akan sedikit.”_

_* Ketiga,* ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى    “la’allakum tattaquun”, adalah la’allakum tattaquun ma fa’ala man kaana qablakum” [agar kalian terjaga dari perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang sebelum kalian {Yahudi dan Nashrani}.”_
*[lihat : Imam Ibnu al-‘Arabiy, Ahkaam al-Quraan, juz I/108]*

*Makna pertama*
Terminal akhir dari ibadah puasa adalah agar kita mampu menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang diharamkan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.   Atas dasar itu, puasa harus mampu membentuk karakter untuk selalu membenci dan menjauhi perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan (maksiat). 

Sayangnya, betapa banyak kaum muslim yang sudah melaksanakan ibadah puasa puluhan tahun lamanya, akan tetapi ia tidak pernah bisa terjaga dari perbuatan-perbuatan yang diharamkan Allah عزّ وجلّ. 

Benar, setiap tahun mereka menjalankan ibadah puasa, namun setiap tahun pula mereka gemar berbuat maksiyat, mendzalimi orang lain, memakan riba dan memangsa hak-hak orang lemah.   Puasa yang mereka kerjakan tidak memberikan bekas dan pengaruh apapun, kecuali sekedar haus dan dahaga.  

*Bahkan,* betapa banyak para penguasa yang disibukkan dengan kegiatan-kegiatan seremonial untuk menyambut bulan Ramadhan.  Mereka juga terlihat serius dan komitmen tatkala menjalankan ibadah puasa. 

Mereka juga rela bangun di pagi buta untuk mendapatkan berkah makan sahur.  Di siang harinya, mereka juga sangat serius dalam menjaga kesempurnaan pahala puasanya dan dari hal-hal yang bisa membatalkan puasanya. 

Fiqih Islam ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang