#Islamic Geographic Institute
All About Islam-Recharge Your Iman
Seri: _Siyam was Syawal (100)_
*PUASA DAN ESENSI TAKWA*
_”Betapa banyak orang berpuasa tidak mendapatkan apapun kecuali rasa lapar dan haus belaka”_
*(HR. Muslim)*
Takwa sebagaimana kita ketahui, adalah _‘harapan’_ yang Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى kehendaki dari seorang Mukmin setelah menunaikan _shaum_ atau puasa selama ramadhan. Karena itu boleh dikatakan takwa sejatinya adalah _’buah’_ dari shaum atau puasa yang dilakukan seorang Mukmin.
Persoalannya, sebagaimana Sabda Rasulullah ﷺ
_” Betapa banyak orang berpuasa tidak mendapatkan apapun kecuali rasa lapar dan haus belaka.”_ *(HR. Muslim).*
*Mengapa demikian?*
Itulah sejatinya pertanyaan yang harus selalu menjadi bahan renungan bagi setiap Mukmin. Di sini pula setiap Mukmin sejatinya memahami kembali esensi ketakwaan, dengan harapan bisa benar-benar menjadi orang yang bertakwa.
*Apa itu takwa atau siapa sesungguhnya orang bertakwa itu?*
Saat menafsirkan al-Quran surat al-Baqarah ayat 1-5, *Imam Ali ash-Shabuni رَحِمَهُ اللهُ* mengatakan.
_” Orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang takut terhadap murka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dengan cara melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.”_
Beliaupun mengutip pernyataan *Ibnu’Abbas رضي الله عنهما* Yang menyatakan,
_” Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang takut dengan perbuatan syirik (menyekutukan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى ) sembari menjalankan ketaatan kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى .”_
Adapun menurut *Imam Hasan al-Bashri رَحِمَهُ اللهُ*
_’’ Orang-orang bertakwa adalah mereka yang takut terhadap apa saja yang telah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى larang atas diri mereka dan menunaikan apa saja yang telah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى wajibkan atas diri mereka.”_ *(Lihat Ali ash-Shabuni, Shafwah at- Tafasir, I/26)*
Pengertian takwa inilah yang sering dikutip oleh para ulama dalam sejumlah kitab mereka. Dengan demikian, jika memang takwa adalah buah dari Shaum Ramadhan yang dilakukan oleh setiap Mukmin. Idealnya usai Ramadhan, setiap Mukmin senantiasa takut terhadap murka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dengan selalu berupaya menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua Larangan-Nya, selalu berupaya menjauhi kesyirikan, senantiasa menjalankan ketaatan, memiliki rasa takut untuk melakukan perkara-perkara yang haram dan senantiasa berupaya menjalankan semua kewajiban yang telah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى bebankan (taklif) kepada dirinya.
Menjalankan semua perintah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan menjauhi semua Larangan-Nya tentu bermakna melaksanakan seluruh perintah-Nya dan meninggalkan semua Larangan-Nya baik terkait ‘aqidah dan ubudiah; makanan, minuman, pakaian dan akhlak; mualalah (ekonomi, Politik, pendidikan, pemerintahan, sosial, budaya dll); maupun _‘uqubat_ (sanksi hukum) seperti _hudud, jinayat, ta’zir maupun mukhalafat._
Bukan takwa namanya jika seseorang biasa melakukan sholat , melaksanakan shaum ramadhan atau bahkan menunaikan ibadah haji ke Baitullah; sementara ia biasa memakan riba, melakukan suap dan korupsi, mengabaikan urusan masyarakat, menzalimi rakyat dan enggan terikat dengan Syariah Islam diluar yang terkait dengan ibadah ritual.
*Selalu berupaya menjauhi kesyirikan maknanya adalah* tidak menyekutukan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dengan Makhluk-Nya baik dalam Konteks’ aqidah maupun ibadah; *termasuk tidak meyakini sekaligus menjalankan hukum apapun selain hukum-Nya, karena hal itupun bisa dianggap sebagai bentuk kesyirikan.*
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ
_“ Orang-orang Yahudi dan Nasrani telah menjadikan para pendeta dan para rahib mereka bebagai tuhan-tuhan selain Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى…”_ *(QS at-Taubah :31).*
Terkait ayat ini , ada sebuah peristiwa menarik. Diriwayatkan, bahwa saat Baginda Rasulullah ﷺ membaca ayat ini, kebetulan datanglah *Adi bin Hatim* kepada Beliau ﷺ dengan ; maksud hendak masuk Islam.
Saat Adi bin Hatim yang ketika itu masih beragama nasrani, mendengar ayat tersebut, ia kemudian berkata:
_” wahai Rasulullah ..., kami (orang-orang nasrani, pen) tidak pernah menyembah para pendeta kami.”_
Tetapi, Baginda Nabi ﷺ membantahkan pernyataan Adi bin Hatim sembari bertanya dengan pertanyaan retoris,
_“ Bukankah para pendeta kalian biasa menghalalkan apa yang telah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى haramkan dan mengharamkan apa yang telah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى halalkan, lalu kalian pun mentaatinya?”_
Jawab Adi bin Hatim, _” Benar, Wahai Rasulullah...”_
Beliau tegas menyatakan _“ itulah bentuk penyembahan kalian terhadap para pendeta kalian.”_ *(Ath-Thabari, Jami’al-Bayan fi ta’wil al-Quran,X/210; al-Baghawi, Ma,alim at-Tanzil, IV/39)*
Saat ini posisi pendeta dan para rahib itu telah digantikan oleh para penguasa maupun para wakil rakyat dalam sistem demokrasi.
*Pasalnya,* merekalah saat ini yang biasa membuat hukum yang banyak menghalalkan apa yang telah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى haramkan dan mengharamkan apa yang telah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى halalkan.
*Tentu saja,* sebagai wujud dari ketaatan kita, kita dilarang mentaati apapun produk hukum buatan mereka yang nyata-nyata bertentangan dengan hukum-hukum Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.
Disinilah pentingnya kita senantiasa hanya mentaati Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan rasul-Nya dengan hanya menjalankan dan mentaati Syariah-Nya, seraya membuang hukum-hukum selain hukum-hukum-Nya.
Itulah esensi ketakwaan kita, Yang sejatinya kita petik sebagai buah dari shaum kita selama Ramadhan.
_Wa ma’ tawfaqi illa billah_ []
والله أعلمُ بالـصـواب
*Insya Allah akan kita lanjutkan berikutnya, sedikit-sedikit asal paham.*
_*Indahnya Islam jika diterapkan Total*_
*Silahkan sebarkan dan jadikan amal soleh!*Disusun: IGI Team dari ABI (60 Ibroh Pilihan)
Semoga Allah Azza Wa Jalla Merahmati Penulisnya.
*Alhamdulillah… hanya Allah yang berhak dipuji.*
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiqih Islam I
NonfiksiBegitu banyak pemahaman Islam yang belum kita ketahui bahkan mungkin kita tidak pernah mendengarnya, padahal menjadi sebuah kewajiban bagi seorang Muslim terutama yang sudah Mukallaf untuk memahami Islam dan menerapkannya Buku ini berisi beberapa pe...