Orang Kaya Lebih Mudah Berbuat Baik, Benarkah?

66 7 5
                                    

#Islamic Geographic Institute
All About Islam-Recharge Your Iman
Seri: Nafsiyah

*Orang Kaya Lebih Mudah Berbuat Baik, Benarkah ?*

Baru-baru ini viral kalimat yang menyatakan bahwa menjadi orang kaya akan lebih mudah membantu orang lain, daripada orang miskin, dan orang miskin lebih membenci dunia. *Benarkah ?*

_"Aku juga sangat sangat sangat disarankan sama bunda, jadilah orang kaya karena kalau kamu kaya, kamu akan lebih mudah untuk menjadi orang baik,"_

_”…dan saat kita miskin *rasa benci* kita terhadap dunia itu tuh sudah terlalu besar sampai kita nggak punya waktu untuk baik ke orang lain. Itu sih makanya penting banget,"_

Demikianlah kalimat yang ramai diperbincangkan di medsos utamanya twitter.

Secara ilmiah, kalimat diatas hanyalah hipotesa yang belum terbukti kebenarannya. Pembaca, penulis dan siapapun boleh setuju dan boleh tidak setuju, karena hipotesa adalah gagasan atau dugaan yang belum terbukti, yang dilontarkan oleh seorang atau sekelompok orang sesuai dengan pola fikir, derajat keilmuan dan moralnya dalam memandang sesuatu _(worldview),_ dalam hal ini harta.

Untuk menjadi sebuah teori valid, maka perlu dilakukan penelitian yang mendalam dengan metode ilmiah.

Penulis sendiri memiliki pendapat lain dan bersebrangan dengan pendapat diatas, dan bahkan cenderung membantah.

Bantahan penulis berdasarkan keilmuan Islam dan solusi Islam, karena kata baik dalam pernyataan diatas atau _ahsan_ identik dengan pahala dan dosa, serta balasan diakhirat kelak, serta bukti empiris sepanjang sejarah kehidupan Umat Islam, maka yang paling tepat pembahasan ini adalah dengan pandangan Islam _(Islamic Wordlview)._

*Pertama :* Islam memandang harta hanyalah salah satu dari  berbagai cara _(asalib)_ dan sarana _(wasa’il)_ dalam merealisasikan perbuatan baik _(ahsan/adab/akhlak/amal solih)_ yang diperintahkan oleh syara.

Oleh karenanya, harta adalah salah satu dari jutaan atau milyaran atau se ehem… (tak terhingga)… cara dalam berbuat baik. Bisa tenaga, pemikiran, waktu ilmu dan lain-lainnya.

Sungguh sangat kerdil dan sangat rendah jika berpendapat bahwa berbuat baik hanya bisa dilakukan oleh harta. Lihatlah dalam kehidupan kita disekitarnya, justru mereka yang membantu, berbuat baik dan mudah mengangkat tangan adalah mereka yang biasa-biasa saja hartanya, atau bahkan miskin.

Saya tidak pernah melihat bahwa ada artis yang bergaya hidup parlente atau pejabat negara yang kaya di negeri ini turun tangan membantu memberishkan got, berkotor-kotoran dengan comberan dan berbaur dengan masyarakat. Tidak pernah, kecuali menjelang pemilu. ✌🏻
😁

*Kedua:* Semakin berharta semakin rakus.
Sudah lumrah jika orang yang berharta maka ia akan semakin rakus, kecuali di dalam dirinya mengetahui dengan ilmu bahwa harta akan dihisab, lihatlah kisah Rajal ibn Unfiyah, seseorang yang dulunya berjihad bersama Rosulallah  ﷺ , namun berbalik melawan umat dan ditetapkan di neraka dengan gigi geraham sebesar gunung uhud lantaran mencintai harta dunia.

Harta ibarat air garam dalam lautan, yang jika diminum akan semakin haus. Oleh karena itu di negeri kita yang bersistem kapitalisme sekuler ini, kita selalu disuguhkan berita-berita para pejabat yang korupsi, bukankah mereka sudah berharta ?, saya tidak menemukan berita bahwa orang miskin korupsi duit rakyat 😁.

Dari *Ibnu ‘Abbas رضي الله عنهما,* ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

Fiqih Islam ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang