Meraih Ilmu yang Bermanfaat

43 9 0
                                    

#Islamic Geographic Institute
All About Islam-Recharge Your Iman
Seri: Hikmah

*Meraih Ilmu Yang Bermanfaat*

Di dalam Alqur'an, Allah ﷻ menyebut ilmu sekali-kali dikaitkan dengan pujian dan sekali-kali dikaitkan dengan celaan.

Allah ﷻ memuji ilmu yang bermanfaat dan sebaliknya, mencela ilmu yang tidak bermanfaat.

Dalam konteks ilmu yang bermanfaat, Allah ﷻ, misalnya berfirman (yang artinya):

_"Katakanlah, “Samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”"_ *(TQS. Az-Zumar [39]:9)*

_"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di kalangan hamba-hamba-Ku adalah para ulama."_ *(TQS Fathir [35]:28)*

Allah ﷻ pun berkisah tentang Nabi Adam as dan mengajarinya tentang nama-nama benda.

Lalu Allah ﷻ mengisahkan Adam kepada para malaikat. Allah ﷻ berfirman:

_"(Malaikat berkata), “Mahasuci Allah, tidak ada ilmu (pengetahuan) pada diri kami, selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami."_ *(TQS al Baqarah[2]:32).*

Semua ini adalah terkait dengan ilmu yang bermanfaat.
Di sisi lain, Allah ﷻ juga telah mengabarkan tentang suatu kaum yang diberi ilmu, tetapi mereka tidak memanfaatkan (mengamalkan) ilmu mereka.

Artinya, ilmu itu sendiri bermanfaat, tetapi tidak bermanfaat bagi pemiliknya (karena tidak mereka amalkan).

Allah ﷻ, misalnya, berfirman (yang artinya):
_“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepada mereka kitab Taurat tetapi mereka tidak memikul Taurat itu adalah seperti keledai yang memikul buku-buku”_ *(TQS Al-Jumu’ah [62]:5).*

Ada pula ilmu Allah ﷻ sebut tetapi dengan celaan, misalnya ilmu sihir.

Terkait sihir, misalnya, Allah ﷻ berfirman: _"Mereka mempelajari ilmu yang bisa memadharatkan mereka dan tidak memberi mereka manfaat..."_ *(TQS al-Baqarah[2]:102).*

Allah ﷻ pun berfirman (yang artinya): _"Mereka tahu secara nyata kehidupan dunia, tetapi mereka lalai terhadap akirat"_ *(TQS ar-Rum[30]:7).*

Dengan memperhatikan paparan di atas, tentu tidak aneh jika Rasul ﷺ pun membedakan ilmu yang bermanfaat dan yang tidak. Hal ini tercermin antara lain dalam doa-doa beliau.

Dalam hadits penuturan *Jabir رضي الله عنه,* misalnya, beliau pernah berdo'a,
_“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, dan berlindung kepada Engkau dari ilmu yang tidak bermanfaat.”_ *(HR an-Nasa’i).*

Beliau ﷺ juga pernah berdoa, sebagaimana dituturkan oleh *Abu Hurairah رضي الله عنه,*
_“Ya Allah, berilah aku manfaat dengan ilmu yang telah Engkau ajarkan kepada diriku, dan ajarilah aku ilmu yang bermanfaat bagi diriku, serta tambahkanlah ilmu untuk diriku.”_ *(HR at-Tirmidzi).*

Diantara buah terpenting dari ilmu yang bermanfaat bagi pemiliknya adalah rasa takut kepada Allah ﷻ.

Ini ditegaskan oleh Allah ﷻ di dalam firman-Nya (yang artinya):
_"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di kalangan hamba-hamba-Ku adalah para ulama"_ *(TQS Fathir [35]:28).*

*Ibn Mas'ud رضي الله عنه* berkata,
_“Cukuplah rasa takut kepada Allah itu menjadi bukti dari ilmu dan cukuplah sikap lancang kepada Allah menjadi bukti dari kebodohan.”_

Seorang ulama salaf berkata, _“Ilmu itu bukanlah dengan banyaknya riwayat (riwayah), tetapi dengan banyaknya rasa takut (khashyah) kepada Allah ﷻ.”_

Ulama lain menyatakan,
_“Siapa saja yang takut kepada Allah, dialah orang ‘alim. Siapa saja yang bermaksiat kepada Allah, dialah orang bodoh.”_ *(Ibn Rajab, Fadhl ‘Ilm as-Salaf ‘ala al-Khalaf, hlm.10)*

Ucapan senada dari para ulama demikian banyak. Hal demikian karena ilmu yang bermanfaat menunjukkan pada dua hal.

*Pertama:* Makrifat kepada Allah ﷻ, yakni memahami Allah ﷻ berikut nama-nama dan sifat-sifatnya yang mahatinggi dan mahamulia. Kesadaran ini akan melahirkan sikap: memuliakan dan mengagungkan Allah; rasa takut dan cinta kepada Allah; berharap dan bertawakal hanya kepada Allah; ridha terhadap qadha-Nya dan sabar atas segala ujian yang Dia timpakan kepada dirinya.

*Kedua:* memahami apa yang Allah sukai dan ridhai; apa yang Allah benci dan murkai baik menyangkut keyakinan, perilaku lahir maupun batin, juga ucapan.

Kedua perkara ini wajib ada pada seorang yang berilmu yang bisa mengantarkan dirinya untuk meraih cinta dan ridha Allah dan menjauhkan dirinya dari kebencian dan murka-Nya.

Saat rasa takut itu selalu muncul pada orang yang berilmu, ia akan selalu merasa qana’ah dan puas dengan hal-hal yang halal dari dunia ini (meski sedikit) dan ia akan memiliki sifat zuhud *(Ibn Rajab, Fadhl ‘Ilm as-Salaf ‘ala al-Khalaf, hlm.10).*
_Wa ma Tawfiqi illa bilLah.[]_ abi

والله أعلمُ بالـصـواب

_*Indahnya Islam jika diterapkan Total*_
*Silahkan sebarkan dan jadikan amal soleh!*

Disusun: Raiyan HC dr Hikmah MU
Semoga Allah Azza Wa Jalla Merahmati Penulisnya.

*Alhamdulillah… hanya Allah yang berhak dipuji.*

Fiqih Islam ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang