#Islamic Geographic Institute
All About Islam-Recharge Your Iman
Seri: _Siyam was Syawal (52)_
*Hukum Itikaf Bagi Wanita*
Sangat banyak peserta IGI (Islamic Geographic Institute) yang bertanya tentang hukum Itikaf bagi akhwat/perempuan, sebagian besar menyangka bahwa _i’tikaf_ yang disunnahkan oleh Islam hanya berlaku bagi kaum rijal/laki-laki saja, dan tidak berlaku bagi Nisa/perempuan. Sementara itu, sebagian yang lain menyatakan sebaliknya, bahwa perempuan juga diperbolehkan melakukan i’tikaf seperti halnya laki-laki tanpa dibeda-bedakan.Sebenarnya, bagaimana pandangan Islam mengenai i’tikaf bagi wanita?
Dalam hal ini ada dua pendapat:
*1. Memakruhkan Wanita I’tikaf di Masjid*
Mereka berdalil sebagai berikut,
Hadits ‘Aisyah رضي الله عنها yang menerangkan bahwa Nabi ﷺ memerintahkan untuk melepas kemah-kemah istri Beliau ﷺ ketika mereka hendak beri’tikaf bersama beliau. *(HR Ibnu Khuzaimah, no. 2224)*
Hadits ‘Aisyah رضي الله عنها yang lainnya, beliau mengatakan,
_“Seandainya Rasulullah ﷺ mengetahui apa kondisi wanita saat ini tentu beliau akan melarang mereka (untuk keluar menuju masjid) sebagaimana Allah telah melarang wanita Bani Israil."_ *(HR. Bukhari: 831 dan Muslim: 445)*
*2. Menyunnahkan Wanita I’tikaf di Masjid*
Dalil pendapat ini adalah
Firman الله تبارك وتعالى
_“Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab…"_ *(QS. Ali ‘Imran: 37).*
dan firman-Nya,
_“Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka…"_ *(QS. Maryam: 17).*
Dalam hadits dari ‘Aisyah رضي الله عنها
_”Sesungguhnya Nabi ﷺ telah melakukan i’tikaf di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan hingga Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau pun melakukan i’tikaf sepeninggal beliau”_ *(HR Al Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An Nasa’i, dan Ahmad)*
Dalam *Shahih Al Bukhari (2033)* dan *Muslim (1173)* dari jalur *Yahya bin Sa’id bin Amrah, dari Aisyah رضي الله عنهم*,
_“Bahwasanya Nabi ﷺ hendak beri’tikaf. Maka ketika beliau beranjak ke tempat yang hendak dijadikan beri’tikaf, di sana sudah ada beberapa kemah, yaitu kemah Aisyah, kemah Hafshah, dan kemah Zainab."_
*Pendapat yang Rajih*
Berdasarkan dalil-dalil yang dipaparkan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendapat yang menyatakan bahwa hukum i’tikaf bagi wanita adalah sunnah adalah pendapat yang lebih dekat kepada kebenaran.
Hadits ‘Aisyah رضي الله عنها yang menyatakan bahwa nabi ﷺ memerintahkan untuk melepas kemah para istri beliau ketika mereka beri’tikaf bukanlah menunjukkan ketidaksukaan beliau apabila para pemudi turut beri’tikaf.
Namun, motif beliau memerintahkan hal tersebut adalah kekhawatiran jika para istri beliau saling cemburu dan berebut untuk melayani beliau ﷺ. Oleh karena itu, dalam hadits tersebut beliau mengatakan,
_“Apakah kebaikan yang dikehendaki oleh mereka dengan melakukan tindakan ini?"_
Akhirnya Beliau ﷺ pun baru beri’tikaf di bulan Syawal.
Sedangkan berdasarkan hadits tentang kemah ‘Aisyah, Hafshah, dan Zainab رضي الله عنهم dalam *Shahih Bukhari dan Muslim* menunjukkan bahwa i’tikaf di masjid tidak menjamin keamanan seorang wanita, oleh karena itu perlu dibuat kemah sebagai tabir atau hijab bagi para wanita dari pandangan para lelaki dan dibuat Infishol/terpisah serta tidak Ikhtilat/campur baur.
I’tikaf bagi wanita di masjid ini tentunya dengan syarat tidak melalaikannya dari kewajibannya mengurus kewajibannya sebagai isteri dan ibu.Hal ini diukur dengan pemberian izin dari suami untuknya beri’tikaf di masjid.
Kebolehan ini juga tidak mutlak, selain harus _Infishol,_ tidak _Ikhtilat,_ dan harus dengan izin suami, seorang wanita juga wajib menjaga kehormatannya dengan tidak melanggar larangan الله تبارك وتعالى dan NabiNya, seperti tidak memakai wewangian, tidak bersolek, tidak memakai pakaian syuhroh/menonjol baik warna maupun lekuk tubuhnya/tabaruj, serta menjaga kehormatan dirinya.والله أعلمُ بالـصـواب
Assosiasi Assatid Indonesia-Islamic Geographic Indonesia*Insya Allah akan kita lanjutkan berikutnya, sedikit-sedikit asal paham.*
_*Indahnya Islam jika diterapkan Total*_
*Silahkan sebarkan dan jadikan amal soleh!*Disusun: IGI Team
Semoga Allah Azza Wa Jalla Merahmati Penulisnya.*Alhamdulillah… hanya Allah yang berhak dipuji.*
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiqih Islam I
No FicciónBegitu banyak pemahaman Islam yang belum kita ketahui bahkan mungkin kita tidak pernah mendengarnya, padahal menjadi sebuah kewajiban bagi seorang Muslim terutama yang sudah Mukallaf untuk memahami Islam dan menerapkannya Buku ini berisi beberapa pe...