Cerita ini berbau dewasa (18+)
(Duda series kedua setelah cerita Unexpected Love)
*****
Wulandari Pramita seorang guru sekolah dasar yang di usia ke dua puluh enam tahun ini belum juga berkeluarga. Kedua orang tuanya sudah tidak tahu lagi bagaimana...
Wulan mendengarkan cerita Darsa dengan seksama, kini Darsa menjadi semakin terbuka dan semenjak kejadian hari kemarin Darsa membuat janji pada dirinya sendiri untuk tidak menyembunyikan sesuatu pada Wulan. Dia akan lebih terbuka dan menceritakan tentang pekerjaan atau pun yang lainnya.
Saat ini keluarga Darsa sedang menikmati waktu kebersamaan, Minggu pagi hujan terus turun dengan deras membuat aktivitas sedikit tertunda, bahkan Rama dan Anjani pun belum menampilkan diri dari kamar mereka bermalas-malasan untuk tetap berguling-guling di kasur. Sama halnya dengan Darsa, Wulan dan Sena mereka masih belum beranjak dari ranjang sejak subuh tadi, Darsa menikmati momen seperti ini, kapan lagi dia akan bermanja-manja dengan istri di pagi hari seperti ini? Terlebih sejak permasalahan kemarin Wulan sedikit menjaga jarak beberapa hari dengannya, Darsa memaklumi itu karena memang dia tahu kalau istrinya benar-benar kecewa dengannya.
"Sena putranya siapa, Sen?" Tanya Darsa pada Sena yang sedang bermanja dengannya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ca."
"Ayah siapa? Ayah Dar-?"
"Ca." Jawab Sena
"Nama Mamahnya siapa? Mamah Wu-?"
"Yan." Jawab Sena membuat Darsa tertawa gemas lalu mendekap tubuh gembul anaknya
"Kalau ini, kalau ini namanya siapa?" Tanya Wulan dengan jari telunjuknya menunjuk dada Sena
"Cen-Cen."
"O cen-cen."
Pintu kamar kamar terbuka, Rama yang baru bangun pun menghampiri mereka dengan langkah gontai. Interaksi Darsa dan Rama sedikit membaik, tentu saja berkat bantuan Wulan juga agar Darsa banyak membujuk anak laki-lakinya, Wulan tidak ingin kalau dibiar-biarkan nanti hubungan Rama akan semakin jauh dengan sang Ayah.
"Nah kalau ini siapa, Cen?" Wulan menunjukkan diri Rama yang ikut berbaring mendekap tubuhnya, Rama memang sudah tidak malu-malu lagi untuk berdekatan dengan Wulan, bahkan dia menjadi semakin lengket dengan Wulan dan tidak lagi gengsi untuk sekedar memeluk bahkan meminta tidur dengan Mamahnya
"Ma.." Jawab Sena dengan seru, dia senang setiap kali ada Rama
"Baru bangun, Mas Rama?" Tanya Darsa
Rama hanya mengangguk pelan dalam pelukan Wulan, dia merasa nyaman dalam pelukan Mamahnya apalagi tangan Wulan yang terus mengelus rambutnya dengan lembut, membuat dia ingin memejamkan mata dan kembali tidur
"Mbak Anjani udah bangun belum?"
"Belum." Gumam Rama
"Nanti siapa yang mau ikut Ayah beli es krim?"
Hanya Sena yang berceloteh tidak jelas
"Mas Rama nggak mau ikut?" Wulan menanyakan pada Rama
"Mau." Masih dengan memejamkan mata Rama menjawab dengan enggan