"Selamat ulang tahun, Ayah.." bisik Wulan pada Darsa yang masih belum sepenuhnya sadar
"Hm.." Darsa masih berusaha untuk menyadarkan diri dan memperjelas pendangannya pada sang istri yang membawa kue tart dengan lilin yang menyala menerangi suasana kamar yang remang-remang, memang Wulan sengaja tidak tidur dan menunggu sampai pukul dua belas malam untuk memberi kejutan pada sang suami
"Sekali-kali gapapalah romantisin Ayah, kasihan pasti dia belum pernah rasain diromantisin sama istri." Pikir Wulan
"Mamah ngapain?" Tanya Darsa dengan polos dan mengusap mata membuat Wulan sedikit kesal
"Selamat ulang tahun." Jawab Wulan dan berusaha untuk tidak menghiraukan pertanyaan suaminya
"Eh, Ayah ulang tahun ya?"
"Ck, udah buruan ditiup, kelamaan, tuh udah leleh kan." Ujar Wulan ketus, benar - benar menyebalkan memang suami tuanya
Darsa hanya terkekeh melihat sang istri yang sudah memasang wajah garangnya
"Hehe, iyaa iya maaf, berdoa dulu nggak?"
"Ya terserah."
Darsa pun memejamkan mata dan setelah itu meniup lilin yang tinggal setengah tinggi dari awalnya
"Terimakasih, Mamah sayang. Kok lilinnya nggak angka sih? Udah kecil, cuma satu lagi." Protes Darsa mengamati kue tart yang diserahkan Wulan padanya
"Biar Ayah nggak sedih meratapi umur, kan Ayah makin tua." Jawab Wulan lalu mengambilkan papper bag dari lemari yang memang khusus untuk bagiannya
"Ck, ngece, meskipun udah empat puluh dua tahun, Ayah nggak kelihatan tua tua amat yo."
Wulan hanya mengulum bibirnya mendengar jawaban sang suami, dan memberikan papper bag itu pada Darsa.
"Apa ini?"
"Buka aja. Sini kue tartnya."
Darsa pun membuka kado dari istrinya dan seketika tertawa terbahak, bahkan lupa kalau ada Sena yang tertidur nyenyak disampingnya.
"Ihh, anaknya tidur juga." Tegur Wulan lalu menepuk pelan paha Sena yang sempat terganggu tidurnya
"Hehe, iya iya maaf-maaf, lupa Mah. Akhirnya kebeli juga." Kata Darsa disela tawa
"Nyenengin suami nggak ada salahnya kan?"
"Nggak lah, malah dapat pahala!"
Wulan geleng-geleng kepala melihat suaminya sumringah.
"Pakai gih." Suruh Darsa
"Apa?"
"Pakai sekarang."
"Nggak lah, mau ngapain? Ada-ada aja, udah jam segini juga."
"Dicoba aja Mamah Sayang."
"Nggak Ayah. Buka lagi dong, ada lagi itu hadiahnya dibawah."
"Wih, cakep. Tau banget kalau Ayah lagi pengen ganti jam tangan."
"Jangan dilihat dari harganya ya? Itu Mamah belinya pakai uang gaji Mamah sendiri, jadi uang bulanan aman." Kata Wulan dan membuat Darsa tersenyum, mengingat gaji Wulan yang masih belum seberapa dibanding dengan guru yang sudah PNS
"Iyaa, terima kasih ya, Mah. Ayah suka kok hadiahnya, malah nggak nyangka sampai dibuatkan kejutan seperti ini. Ayah kira Mamah lupa." Mengingat tahun lalu di awal pernikahan, ulang tahun Darsa masih seperti tahun-tahun sebelumnya, mungkin hanya ucapan dari Anjani dan Rama saja yang mengucapkan. Baginya sangat lah tidak penting, yang terpenting dia masih diberi umur panjang dan kesehatan selalu untuk bekerja mencari nafkah keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Mas Darsa
RomanceCerita ini berbau dewasa (18+) (Duda series kedua setelah cerita Unexpected Love) ***** Wulandari Pramita seorang guru sekolah dasar yang di usia ke dua puluh enam tahun ini belum juga berkeluarga. Kedua orang tuanya sudah tidak tahu lagi bagaimana...