Mencoba untuk berpikir positif dan percaya pada sang suami, Wulan pun memilih untuk tidak lancang membuka handphone Darsa, dia sangat menghargai privasi Darsa, terlebih sejauh ini Darsa juga tidak pernah memeriksa apa isi di handphonenya. Mereka cukup saling percaya dan berusaha saling menghargai, selagi tidak melewati batas normal.
"Mungkin Ayah lupa belum cerita. Nanti juga pasti bakal cerita sendiri, tanpa harus ditanya."
Sebelum ke kamar Wulan mengambil air minum, anggaplah amunisinya sebelum berperang dengan sang suami.
"Mamah lama." Cibiran Darsa menyambut Wulan saat mengunci pintu dan mematikan lampu kamar
"Sekalian ambil minum dulu." Jawab Wulan lalu menaruh segelas air dan handphone Darsa di meja rias
"Ayah lho kalau naruh handphone sembarang terus, kalau hilang nanti uring-uringan nyalahin orang, padahal dia sendiri yang lupa naruh." Omel Wulan
"Oiya lupa, emang handphonenya ayah dimana?"
"Coba ingat-ingat tadi ditaruh mana?"
"Ruang tamu?"
"Kan, pikun. Dasar Mbah-mbah."
"Sembarangan ngatain Mbah-mbah. Minta diapain?"
"Ya emang bener kan, udah dipanggil Mbah. Minta apa? Minta dikasih uang." Celetuk Wulan lalu merebahkan diri ke ranjang
"Kok balik ke ranjang sih, Mah?"
Wulan pun membalikkan badan dan menghadap sang suami yang sudah bersiap tidur di kasur bawah, tempat khusus mereka untuk berpacaran dan memadu kasih
"Besok aja ya? Mamah ngantuk."
"Kesini sendiri apa Ayah gendong?" Ancam Darsa namun tidak membuat Wulan takut, dia memilih memejamkan mata
"Mamah..."
Hening
"Mah.."
.
"Lho, kok tenanan e wong iki."
(Lho, kok beneran e orang ini).
Wulan sebisa mungkin menahan tawa, mendengar perkataan Darsa yang mulai kesal
"Mah.. tak hitung ya.. satu..."
"Dua.."
"Tak hitung sampai tiga kalau nggak kesini, tak gendong."
"Gendong aja, kayak kuat aja. Gayamu lho,Yah.. Yah.."
Tanpa berkata seketika Wulan terkejut merasa tubuhnya melayang dan reflek dia mengalungkan kedua lengannya pada bahu Darsa
"Ayah! Kok nekat bener toh." Pekik Wulan tertahan, karena takut membuat Sena terbangun dan kaget mendengar ulah kedua orang tuanya
"Rewel, kesuwen!"
(Rewel, kelamaan!)
Tanpa ba-bi-bu pergulatan Ayah Darsa dan Mamah Wulan pun dimulai, ditemani rintik hujan malam ini dan menahan diri untuk tidak berlebihan mengingat Sena yang masih satu ruangan dengan mereka.
"Mamaaaahh.. ahh.. mantapp..."
-°-°-°-°-
Pagi harinya Wulan bergegas bangun dan segera mandi sebelum adzan subuh berkumandang, karena dia harus membersihkan dirinya terlebih dahulu baru akan membangunkan sang suami. Untungnya semalam Sena tidur sangat pulas, sehingga tidak membangunkan Mamahnya yang sudah lelah digarap sang Ayah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Mas Darsa
RomanceCerita ini berbau dewasa (18+) (Duda series kedua setelah cerita Unexpected Love) ***** Wulandari Pramita seorang guru sekolah dasar yang di usia ke dua puluh enam tahun ini belum juga berkeluarga. Kedua orang tuanya sudah tidak tahu lagi bagaimana...