24

215K 10.6K 388
                                    

Darsa kebingungan melihat sang istri yang menangis, Wulan mengeluh kalau air susunya belum juga keluar, keluar pun hanya beberapa tetes saja, lebih parahnya seharian ini Sena juga rewel, karena tidak ingin disusui Mamanya, mungkin karena dia kesal sudah kelaparan namun tidak bisa merasakan adanya air susu yang keluar dari hisapannya, bisa jadi Sena juga merasakan kesedihan sang Mama.

"Aku nggak bisa jadi Ibu yang baik buat Sena, kasih dia asi aja nggak bisa. Gimana sama yang lainnya nanti. Aku nggak bisa kasih yang terbaik buat anak ku."

"Nggak bisa kasih asi bukan berarti Mama nggak bisa jadi ibu yang baik buat anak-anak, kalau Mama sedih dan stres seperti ini juga akan mempengaruhi ASI-nya Mama." Ujar Darsa melembut agar sang istri tenang, menurut kata Dania sejak sore tadi selepas mandi Wulan tidak keluar kamar bahkan untuk menemani Sena, Wulan hanya berdiam diri di kamar dan menangis sampai sang suami pulang kerja, dia baru menumpahkan kesedihannya

"Mamah pengen kayak ibu-ibu yang lain Yah, bisa kasih ASI ke anaknya."

Darsa yang melihat Wulan menangis pun tidak tahan untuk tidak mendekap sang istri, dipeluk tubuh sang istri yang berbaring di ranjang kamar mereka

"Sabar Mah, sabar.. Ya gimana wong Mamah juga udah usaha, dari minum obat, minum jamu, bahkan cara dari Bu RT juga sudah kita usaha, sekarang Mamah serahkan sama Allah, minta yang terbaik dari Allah. Mamah hanya butuh sabar dan ikhlas." Bisik Darsa yang sedikit membuat Wulan tenang

"Kalau Mamah sedih, ngurung di kamar sendirian yang ada malah buat Sena semakin rewel, ya gapapa di kasih susu formula dulu, nanti kalau memang sudah bisa menyusu ke Mama pasti dia juga mau kok."

"Aku takut kalau Sena kayak Mbak Anjani, katanya dia dulu nggak mau nyusu ke Ibunya, akhirnya apa? sampai sekarang dia nggak dekat kan sama Ibunya, dia malah dekatnya sama Buliknya."

"Nah, ini yang buat ASI-nya Mama nggak keluar, Mama terlalu memikirkan hal itu, Mama beda kasus sama Ibunya Anjani, memang dari awal Ibunya sudah berniat tidak ingin memberi ASI karena dulu dia berencana setelah melahirkan akan lanjut meneruskan keinginannya kerja ke luar negeri. Makanya Mbak Anjani terbiasa minum susu formula."

"Tapi Mama takut, Yah." Wulan masih menangis sesenggukan

"Ya ambil positifnya, kalau ASI-nya nggak keluar ya wes memang jatahnya buat Ayah, nggak buat Sena." Jawab Darsa enteng

"Ayah! Mama lagi serius, bisa-bisanya lho."

"Ya udah toh, Mama nggak kasihan sama Sena? Dari tadi rewel lho, dia itu tau kalau Mamanya lagi sedih, bayi itu sensitif lho Mah."

"Udah, nggak usah nangis lagi, sabar.." bisik Darsa, dan ajaibnya Wulan merasa lebih tenang setelah mendengar perkataan suaminya

"Ayo, bangun dulu, kita ke depan. Sebelum nanti Ibu kesini, malah Mama diomeli." Mengingat sang mertua suka mengomel, Darsa mewanti-wanti Wulan agar kali ini tidak mendapatkan omelan dari Wati, walaupun sebenarnya Wati mengomel untuk kebaikan juga dan lebih mengarah ke nasihat, hanya  memang pembawaannya saja yang berbeda, terkadang Darsa kasihan juga melihat Wulan selalu diomeli sang mertua

Wulan terbangun dari berbaringnya lalu duduk ditepi ranjang, menatap suaminya yang sudah berdiri mengulurkan tangan

"Ayok, kenapa?"

Wulan menggeleng

"Mamah dikamar aja."

"Ngapain? Masih pengen nangis lagi? Ha?"

"Nggak."

"Lha ngapain? Mamah nggak kasihan toh sama Sena?" Tanya Darsa merasa sedikit kesal

Bukannya menjawab Wulan malah kembali mengeluarkan air mata

Istri Mas DarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang